Dililit Utang, Garuda Indonesia Kesulitan Keuangan

Direktur PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Irfan Setiaputra mengakui, maskapai pelat merah ini mengalami kesulitan keuangan.
Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra menjadi narasumber diskusi bertema Semangat Baru Garuda di Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat, 24 Januari 2020. (Foto: Antara/Sigid Kurniawan)

Jakarta - Direktur Utama, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Irfan Setiaputra mengakui, maskapai pelat merah ini mengalami kesulitan keuangan. Menurutnya, arus kas masih negatif, cash flow hanya US$ 14,5 juta. Hal ini diperparah dengan kondisi utang yang totalnya mencapai US$ 2,21 miliar atau setara Rp 32 triliun.

“Dari total utang sebesar US$ 2,21 miliar per 1 Juli 2020 itu terdiri dari utang usaha US$ 905 juta dan pinjaman bank sebesar US$ 1,31 miliar," ujar Irfan dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta, seperti dikutip dari emitennews.com.

Garuda Indonesia melakukan beberapa efisiensi biaya, dan melakukan penundaan pembayaran ke avtur, serta maintenance.

Baca Juga: Curhat Bos Garuda Indonesia Kehilangan 4 Ceruk Duit 

Untuk pinjaman bank sebesar US$ 1,31 miliar itu terbagi atas pinjaman jangka pendek US$ 668 juta dan pinjaman jangka panjang US$ 645 juta. "Dari US$ 645 juta itu ada pinjaman Sukuk sebesar US$ 500 juta yang berhsil dinegosiasi dan extend menjadi Juni 2023," ucap Irfan yang pernah menjadi Direktur PT INTI (Persero).

Menurutnya, manajemen Garuda Indonesia akan memperbaiki arus kas. Salah satunya, dengan mengoptimasilasi pendapatan dari operasional penumpang. Pihaknya akan memaksimalkan pendapatan kargo. “Hari ini kita ada 10 flight khusus kargo. Kita melakukan beberapa efisiensi biaya, dan melakukan penundaan pembayaran ke avtur, serta maintenance,” tutur Irfan.

Sebelumnya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi X DPR, di Jakarta, Rabu, 8 Juli 2020, Irfan menyebutkan adanya sinyal kebangkrutan maskapai nasional akibat pandemi Covid-19, yang sudah dialami lebih dulu oleh maskapai lain di sejumlah negara. “Banyak maskapai yang menyatakan kebangkrutan. Di dekat kita ada Thai Airways. Jadi enggak usah terlalu kaget kalau dalam waktu dekat ada maskapai di Indonesia yang tidak tahan lagi,” katanya.

Salah satu sektor yang erat kaitannya dengan industri penerbangan adalah pariwisata. Terpukulnya sektor ini ikut membuat emiten penerbangan dengan kode saham GIAA itu  kehilangan penumpang wisatawan mancanegara (wisman) dari sejumlah negara. Penyumbang terbesar turis asing, salah satunya Australia. Negara ini sudah memberlakukan pelarangan bagi warganya untuk bepergian hingga akhir tahun, termasuk ke Bali.

Garuda IndonesiaCabin crew maskapai nasional Garuda Indonesia. (Foto: Instagram/@garuda.indonesia)

Penerbangan haji  mampu menyumbangkan pendapatan Garuda plus-minus 10%.

Sejak pandemi covid-19, seiring dengan terpukul industri pariwisata, jumlah turis asing sudah turun drastis. Penurunan pada April 2020 sebesar 87 persen, dan semakin anjlok sampai 90% pada Mei 2020. Untuk bangkit kembali, beberapa hal harus menjadi perhatian agar pemulihan dunia wisata berhasil, dan maskapai penerbangan juga bangkit. 

Sebelumnya Irfan menyebutkan, Garuda Indonesia  sudah dipastikan kehilangan empat pendapatan tradisional yang selama ini jadi lumbung pemasukan akibat hantaman pandemi Covid-19. Pertama, perseroan sudah kehilangan momentum meraih pemasukan lewat agenda libur tengah tahun yang sama sekali tidak terjadi kali ini. 

Kedua, perseroan dipastikan tidak bisa memperoleh cuan akibat peniadaan keberangkatan haji 2020. Padahal, sektor ini menjadi katalisator utama yang sangat berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. “Haji ini mampu menyumbangkan pendapatan kami plus-minus 10 persen,” kata Irfan, Jumat, 12 Juni 2020.

Opportunity ketiga Garuda Indonesia yang pupus adalah kesempatan melayani masyarakat untuk mudik maupun pulang kampung. Kali ini, lagi-lagi maskapai bertipe full service airlines itu harus rela kehilangan pemasukan guna mendukung arahan pemerintah soal pembatasan sosial berskala besar (PSBB). 

Baca Juga: Bos Garuda Indonesia Hormati Keputusan KPPU

“Yang keempat ini adalah libur akhir tahun. Biasanya kan masyarakat pada akhir tahun senang berlibur ke luar negeri untuk melihat salju, ini demand-nya juga tinggi. Termasuk saya, biar jadi dirut tapi suka juga lihat salju, ndesonya tidak bisa hilang,”ucap Irfan dengan nada gurau. []

Berita terkait
Viral Masker Garuda Indonesia, Pramugari Tak Bisa Senyum
Maskapai Garuda Indonesia sedang viral di linimasa. Tren yang dipicu dari kabar para kru kabin yang tak bisa senyum.
Ini Kata Bos Garuda Indonesia soal Adian Napitupulu
Opsi penyelamatan kinerja keuangan Garuda Indonesia terus bergulir guna menangkal dampak pandemi pada maskapai nasional ini
Bos Garuda Indonesia Prediksi Tarif Naik 20 Persen
Garuda Indonesia menyakini bakal terjadi penyesuaian tarif angkutan penerbangan menyusul tekanan akibat pandemi Covid-19
0
Harga Emas Antam di Pegadaian, Rabu 22 Juni 2022
Harga emas Antam hari ini di Pegadaian, Rabu, 22 Juni 2022 untuk ukuran 1 gram mencapai Rp 1.034.000. Simak rincian harganya sebagai berikut.