Dijajah Paylater

Saya punya anak. Mungkin Anda yang sedang baca, juga sama. Kebayang nanti anak-anak kita akan berhadapan dengan gempuran gaya hidup paylater ini.
Ilustrasi Dijajah Paylater. (Foto: Tagar/Canva Premium)

Oleh: Yossy Girsang*

Paylater, bayar nanti. Padahal artinya simple, utang. Nyicil bisa 3 bulan, 6 bulan atau 12 bulan.

Kalau di tahun 2000-an, modelnya pakai kartu kredit. Harus di-apply ke bank. Lebih ribet.

Sekarang, gak perlu kartu. Cukup instal aplikasi marketplace di hp. Banyak ditawarkan perusahaan startup digital untuk belanja di platform mereka. Taglinenya, lebih mudah, praktis. Gak ada survey, cukup upload ktp dan foto selfie. Bisa kapan pun dan di mana pun.

Ada juga yang klaim lebih hemat. Aneh, beli pakai paylater kok lebih murah dari beli cash. Sering ada programnya. Semakin sering belanja, levelnya makin tinggi. Silver, gold, diamond, dst. Makin tinggi level, makin banyak rewardnya. Belanja terus, sampai yang gak perlu, gak butuh juga dibeli demi mendapat reward. Merasa menang karena dapat hadiah, pikirnya gratis.

Padahal itu tidak gratis. Paylater juga ada bunganya. Tidak kecil, ada yang 3% sebulan dari pinjaman. Artinya setahun 36%. Gawat.

Mungkin benar gratis sekarang. Tapi profil peminjam juga dipelajari, senangnya beli apa dan reward apa. Sehingga ada masanya mereka akan menuai. Ketika sudah saatnya perusahaan itu mengejar cashflow positif.

Targetnya akan sulit untuk menolak belanja, kalau tawaran muncul di hp-nya. Tawaran muncul tidak hanya di aplikasi martketplace-nya. Tapi juga di aplikasi sosial media yang dibuka pelanggan itu.

Tidak bisa lari. Hidup udah seperti gali lubang tutup lubang. Bahkan lubangnya semakin lama semakin dalam dan besar. Lebih besar dari penghasilan per bulan si pelanggan.


Saya punya anak. Mungkin Anda yang sedang baca, juga sama. Kebayang nanti anak-anak kita akan berhadapan dengan gempuran gaya hidup paylater ini.


Itulah tantangan yang dihadapi Milenial dan Gen Z saat ini. Gempuran itu sangat nyata. Tahun lalu, saya pernah interview narasumber di YouTube Tagar TV. Terjerat utang konsumsi kartu kredit 200 juta. Most likely akan ada nanti yang nunggak paylater hingga ratusan juta. Di beberapa aplikasi. Atau sekarang mungkin sudah ada.

Dosen saya di MBA ITB, Dr. Aswin sebut sedang lakukan penelitian soal paylater ini dengan mahasiswanya di SBM. Utang yang dipermudah, bisa diambil kapan pun, bagaimana dampaknya terhadap budaya belanja dari generasi muda Indonesia?

Kita memang terkenal dengan negara konsumtif. Ekonomi kita saja ditopang oleh konsumsi domestik. Belum lagi masyarakat yang gampang sekali diajak belanja hal-hal yang baru.

Apa yang lagi tren. Orang Indonesia mau ngantri berjam-jam demi cake kekinian yang ramai di sosial media. Biasanya begitu, hanya ramai sesaat. Ganti lagi dengan tren yang baru.

Jadi tampaknya gaya hidup paylater bakal sulit dilepas dari generasi muda ke depannya. Mau apa pun perusahaan yang menawarkan sama saja. Ada demand dan supply. Pasti terjadi.

Saya punya anak. Mungkin Anda yang sedang baca, juga sama. Kebayang nanti anak-anak kita akan berhadapan dengan gempuran gaya hidup paylater ini. Apa yang harus kita sampaikan ke mereka. Karena gaya hidup konsumtif hanya akan jadi masalah untuk masa depan mereka.

Belum lagi flexing para influencer yang pamer barang dan belanja mahal. Merusak bawah sadar generasi muda. Inilah hidup yang saya inginkan, bagaimana pun cara mencapainya. Klop sudah.

Makanya saya sering sedih, kalau dengar founder tanpa malu klaim kalau mereka adalah social impact startup. Padahal ujungnya sama saja, kejar cuan. Penguasa pasar, kalau bisa monopoli. Atau setidaknya oligopoli, hanya 2-3 penguasa. Bisa cincailah, yang penting cuan bersama.

Tanggung jawabnya bukan ke sosial. Bukan ke masyarakat. Tapi ke pemegang saham, ke Investor.

Jadi, jangan mau jadi korban paylater. Bagian yang dieksploitasi. Jadilah smart people, sepeti kata Dedy Corbuzier. Riding the wave, bisa jadi Investor perusahaan yang akan menikmati cuan dari paylater. Atau setidaknya tidak ikut gaya hidup paylater. Aman Tentram. Debt Free.

*CEO Tagar.id


Baca juga





Berita terkait
5 Cara Mencapai Kemerdekaan Financia untuk Para Perempuan Indonesia
ara perempuan Indonesia berhak untuk mencapai kebebasan keuangan, tanpa ada kecuali.
5 Cara Rencana Pembayaran Utangmu Tetap Berjalan
Jika bisa membuat rencana motivasi atau menyenangkan, kamu akan lebih mudah untuk bebas dari semua utang.
Mengenal Lebih Dekat Refinancing, Teknik Lunaskan Utang
Dengan tidak mampunya membayar utang, akhirnya membuat banyak orang yang diminta pembayarannya oleh debt collector.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.