Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani memaparkan perkembangan terkini kondisi perekonomian pada sepanjang kuartal I/2020 yang disebutnya mengalami koreksi cukup dalam pasca serangan pandemi virus corona Covid-19.
“Penerbangan di 15 bandara dalam negeri dibatalkan pada periode Januari-Februari 2020 dengan rincian 11.680 rute domestik dan 1.023 rute internasional,” ujar Sri Mulyani dalam teleconference di Jakarta, Jumat, 17 April 2020.
Baca Juga: Strategi Ekonomi Indonesia Atasi Dampak Covid-19
Menurut Sri Mulyani, buyarnya belasan ribu penerbangan tersebut memberikan ekses kerugian berupa penurunan jumlah turis asing sekitar 6.800 orang per hari, dengan mayoritas kedatangan berasal dari China. Data lain menyebut bahwa potensi pendapatan yang hilang di sektor layanan udara telah menyentuh angka Rp 207 miliar.
level inflasi masih terjaga di level 2,96 persen pada akhir Maret 2020.
“Impor Indonesia turun 3,7 persen pada kuartal I/2020. Sementara untuk hotel dan restoran yang merupakan salah satu sektor terimbas langsung juga mengalami penurunan tingkat okupansi sebesar 50 persen. Bahkan, pada beberapa tempat bisa anjlok hingga 90 persen,” kata dia.
Di sisi lain, mantan petinggi IMF itu mengungkapkan jika level inflasi masih terjaga di level 2,96 persen pada akhir Maret 2020. Adapun, pembantuk angka inflasi terbesar disumbang oleh fluktuasi harga emas yang tercatat mengalami kenaikan cukup signifikan pada tiga bulan pertama 2020.
Selain itu, Menkeu menyebut beberapa komoditas bahan pangan juga turut membantuk inflasi Maret 2020. Meski demikian, terjaganya besaran inflasi dibawah acuan atas juga dipengaruhi oleh deflasi atau penurunan harga pada sejumlah kebutuhan masyarakat, seperti cabai dan tarif angkutan udara.
Pada Maret 2020 kita juga membukukan surplus neraca perdangangan sebesar 740.000 dolar AS
Sementara untuk kondisi ketenagakerjaan di dalam negeri, Sri Mulyani menyebut bahwa setidaknya terdapat sekitar 1,5 juga orang yang terpaksa kehilangan sumber penghidupannya akibat serangan covid-19. Dari jumlah tersebut, 1,24 juta orang berasal dari sektor formal serta 265.000 lainnya merupakan pekerja sektor informal.
Baca Juga: COVID-19 Bisa Membuat Perlambatan Ekonomi Indonesia
“Kemudian pada Maret 2020 kita juga membukukan surplus neraca perdangangan sebesar 740.000 dolar AS yang disebabkan oleh tekanan impor yang lebih dalam dibandingkan dengan ekspor,” tutur Sri Mulyani.[]