Kudus - Sudah jatuh tertimpa tangga. Peribahasa itu dialami warga terdampak banjir di Dukuh Tanggulangin, Desa Jati Wetan, Kecamatan Jati, Kudus. Air banjir yang tercemar limbah pabrik membuat hidup mereka makin merana.
Tiga hari terakhir, warga Tanggulangin harus hidup dalam kepungan banjir bercampur limbah. Penyakit pun mulai mengintai warga yang masih bertahan di rumah masing-masing. Gangguan pernafasan, mual dan gatal-gatal menjadi keluhan utama yang disuarakan warga.
Muksin, 60 tahun, warga RT 5 RW 3 Tanggulangin, mengatakan tiga hari lalu sebuah pipa limbah yang terletak di barat traffic light Terminal Induk Kudus mengalami kebocoran. Pipa tersebut diduga berasal milik perusahaan yang terletak tak jauh dari Sungai Wulan.
Air limbah, lanjut dia, kemudian masuk ke permukiman warga Dukuh Tanggulangin yang sedang terendam banjir. Alhasil air banjir berubah jadi hitam dan menimbulkan bau tak sedap.
"Sudah tiga hari ini, air banjir di permukiman kami tercampur limbah. Bau banget," keluh Muksin, Kamis, 4 Februari 2021.
Lebih lanjut, Muksin mengatakan pipa yang bocor sekarang memang sudah tidak lagi menyemburkan limbah. Namun dampak dari limbah yang sudah bercampur dengan air banjir tidak serta merta hilang.
Pusing, mual, perut kembung dan kaki gatal-gatal paling dirasakan.
Tiga hari bertahan di lokasi banjir, Muksin mengaku kerap merasa pusing dan mual lantaran bau limbah yang begitu menusuk hidung. Gatal-gatal juga menyerang warga akibat terlalu sering terpapar air limbah.
"Pusing, mual, perut kembung dan kaki gatal-gatal paling dirasakan. Kemarin sudah dikasih obat dari puskesmas tetapi tidak bisa langsung sembuh," tandasnya.
Dampak terbesar dari pencemaran lingkungan di permukiman warga Tanggulangin ini adalah krisis air bersih. Sumur warga turut tercemar dan tak bisa lagi dimanfaatkan.
"Kalau hanya banjir biasa, sumur masih bisa digunakan. Setelah tercemar limbah, air sumur tidak layak dikonsumsi. Karena airnya tercemar limbah," kata dia.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tiga hari terakhir warga mengandalkan air dari PDAM atau membeli air galon.
Terpisah, Sekertaris Desa Jati Wetan, Muchammad Yakqub mengatakan pihaknya telah menyiapkan posko pengungsian dan dapur umum bagi warga korban banjir di desanya. Hanya saja hingga sekarang belum ada warga yang mengungsi.
"Dua hari ini, dapur umum beroperasi untuk memberi bantuan makanan dan air bersih bagi warga terdampak banjir," katanya.
Baca juga:
- Sembilan Kecamatan di Pasuruan Terendam Banjir, Satu Meninggal
- Tanggul Sungai Lusi Jebol, BPBD Grobogan: Waspadai Banjir
- Masyarakat Terdampak Banjir Kalsel, Kemenag Salurkan Bantuan
Dua polder di Dukuh Tanggulangin juga telah difungsikan untuk menampung air banjir dari permukiman dan disalurkan ke Sungai Wulan. Hanya saja, operasionalnya memang belum bisa maksimal.
"Di sana juga ada posko kesehatan. Bagi warga yang mengeluhkan sakit bisa berobat gratis ke posko," ujarnya.
Hingga Kamis ini ada 350 rumah warga di Dukuh Tanggulangin yang terendam banjir dengan ketingggian air bervariasi hingga mencapai 135 sentimeter. []