Denny Siregar: Para Egois Teriak Lockdown

Egois. Mereka yang teriak lockdown yang berarti warga tak boleh keluar rumah, pabrik berhenti, kegiatan ekonomi mati. Tulisan Denny Siregar.
Antrean calon penumpang Busway di koridor halte Transjakarta Budi Luhur, Ciledug, Tangerang, Senin, 16 Maret 2020, pukul 8.14. (Foto: Facebook/TMC Polda Metro Jaya)

Saya ingat pernah baca tulisan seorang - yang katanya dia dokter dan ahli virus. Ada satu paragrafnya berbunyi, "Pak Jokowi, lockdown, Pak. Kami bisa kok tahan kelaparan beberapa saat, yang penting negara ini sehat."

Tulisan itu viral, dibagikan ribuan orang, yang akhirnya membangun narasi supaya Jokowi mengambil tindakan tegas lockdown untuk mencegah virus corona menyebar.

Enak memang bicara "tahan lapar" ketika di ATM ada uang puluhan bahkan ratusan juta rupiah sebagai cadangan. Paling pusingnya sedikit, ketika bahan pokok hilang dari pasar.

Tapi bagaimana dengan driver ojek online?

Mereka enggak punya tabungan. Pendapatan mereka harian. Istilahnya, gak ngaspal gak makan. Belum lagi mereka harus bayar cicilan motor tiap bulan. Debt collector enggak kenal lockdown, mereka hanya kenal "telat berapa bulan".

Itu baru driver ojek online, belum lagi pedagang kaki lima, buruh harian, buruh pabrik dan banyak lagi. Apa mereka bisa dikasih narasi "tahan lapar" dengan santai?

Egois. Itulah kata yang tepat yang harus saya berikan kepada mereka.

Tahu jumlah mereka semua? Puluhan juta orang!

Lockdown berarti menghentikan semua kegiatan dan warga enggak boleh keluar rumah. Pabrik berhenti. Kegiatan ekonomi mati. Transportasi publik berhenti.

Sehari? Enggak.

14 hari, bro!

Lalu siapa yang menanggung makan mereka, anak mereka, cicilan mereka, bayar listrik mereka dan semua kebutuhan harian mereka? Si dokter ahli virus itu? Atau dokter bedah plastik itu? Atau sosialita itu? Atau para kelas menengah ngehek yang sok tahan lapar itu?

Egois.

Itulah kata yang tepat yang harus saya berikan kepada mereka. Kalau pengen ngomong "tahan lapar", ngomong di depan para pekerja di sektor informal itu. Jangan cuma gagah di media sosial, habis itu shopping ke mall belanja sepatu buat anak yang harganya bikin kepala berjendol.

Tahan lapar? Pengen muntah rasanya baca tulisan itu.

Lihat DKI kemarin.

Sehari saja transportasi publik dibatasi, antrean mengular sana sini. Pengen cegah corona, malah virus itu bebas ke sana ke mari. Itu baru dibatasi. Belum lockdown.

"Loh, kan perusahaan harusnya stop produksi?"

Gigi lu peang!

Lah, kalau perusahaan IT sih oke bisa kerja di rumah, tapi bagaimana dengan perusahaan manufaktur yang pekerjakan ribuan orang? Kalau berhenti, siapa yang produksi? Kalau enggak ada yang produksi, siapa nanti yang gaji?

Ngomong enak, ludah nyembur sana sini. Realitas tidak seperti saat lu tidur di ruang AC dan mengetik di hape.

Iran saja, negara yang sejak lama musuhan dengan barat, mau tidak mau minta bantuan IMF, karena ekonomi mereka berhenti akibat corona. Karena pabriknya berhenti produksi. Karena harus menanggung makan warganya sehari-hari.

Dan tahu akibat pinjam ke IMF, brother? Mereka kuasai ekonomi.

Jadi enggak gampang bicara lockdown, terutama Indonesia ini. Dan karena itulah Jokowi tegas, urusan lockdown urusan pusat, bukan urusan daerah. Bahaya. Dampaknya bisa ke mana-mana. Negara jatuh bukan karena virus, tapi karena ekonomi runtuh.

Jangan sembarangan bicara lockdown kalau enggak paham apa-apa. Apalagi terikut narasi kadrun yang memang ingin chaos dan bersiap mendirikan khilafah. Goyang negara ini.

Untuk yang sibuk nyetatus "lockdown lockdown", sungguh gua pingin lock lu di kamar sempit terus gua smack down.

Jadi esmosi. Sampe ketelan gelas kopi. Glek!

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Baca juga

Berita terkait
Denny Siregar: Dokter yang Bekerja dalam Senyap
Mereka bukan saja lelah, tapi juga berada pada situasi berbahaya, rentan terdampak virus karena bersentuhan dengan positif corona. Denny Siregar.
Denny Siregar: Yang Sembuh dari Corona Jauh Lebih Banyak
Karena itu, tidak perlu takut berlebihan pada corona, karena ternyata yang SEMBUH jauh lebih banyak dari yang meninggal. Tulisan Denny Siregar.
Malaysia Lockdown, Pasien Virus Corona Naik Signifikan
Meningkatnya jumlah penderita virus corona COVID-19, akhirnya Perdana Menteri Tan Sri Muhyiddin Yassin menetapkan lockdown
0
Aung San Suu Kyi Dipindahkan ke Penjara di Naypyitaw
Kasus pengadilan Suu Kyi yang sedang berlangsung akan dilakukan di sebuah fasilitas baru yang dibangun di kompleks penjara