Denny Siregar: Yang Sembuh dari Corona Jauh Lebih Banyak

Karena itu, tidak perlu takut berlebihan pada corona, karena ternyata yang SEMBUH jauh lebih banyak dari yang meninggal. Tulisan Denny Siregar.
Warga melintas di samping papan informasi tentang virus corona di halte dan bus Trans Kutaraja, Banda Aceh, Aceh, Sabtu, 14 Maret 2020. (Foto: Antara/Irwansyah Putra)

Ketika membaca berita tentang virus corona, apa sebenarnya kalimat paling dicari? Jawabannya adalah "berapa yang meninggal". Ya, kata-kata "meninggal" itu menakutkan, atau lebih tepatnya lagi membangun ketakutan. Memang siapa sih yang tidak takut meninggal?

Dan ketakutan itu sudah kita serap sejak lama, ketika wabah pertama di China dengan berita sekian orang meninggal. Sehingga ketika mampir ke kita, ketakutan itu jadi nyata. Dan kita sebarkan ketakutan itu, supaya orang lain juga mendapat perasaan yang sama.

Jadilah ketakutan di mana-mana, memancing kepanikan.

Padahal, kalau kita jeli, rata-rata yang meninggal bukan 100 persen karena corona, tapi dia sudah punya penyakit seperti diabetes, hepatitis dan penyakit berat lain. Ditambah corona sehingga terjadi komplikasi. Tubuhnya sebelumnya sudah lemah, sehingga tidak mampu bertahan dan lewatlah.

Tapi tahukah kita bahwa yang SEMBUH lebih banyak dari yang meninggal?

Kata "SEMBUH" sengaja saya perbesar, untuk menarik perhatian. Meski saya yakin, itu juga tidak menarik untuk dibaca karena, narasinya positif. Sembuh tidak meninggalkan ketakutan, karena efeknya biasa saja. Sebuah kewajaran.

Karena itu, tidak perlu takut berlebihan pada corona, karena ternyata yang SEMBUH jauh lebih banyak dari yang meninggal.

Saya jadi senyum, mungkin karena itu banyak yang menamakan Rumah Sakit, bukan Rumah Sehat, karena kata "Sakit" menimbulkan ketakutan juga. Semakin takut, semakin sakit dan RS jadi punya pasien lebih banyak.

Saya lebih senang membaca berapa yang sembuh dari virus corona. Tapi media tidak. Karena bagi mereka, bad news is a good news.

Jadilah berita-beritanya, "sekian meninggal", "sekian positif corona", tapi jarang yang memuat "sekian sembuh". Pembacanya lebih banyak kalau ada unsur ketakutan, dan bagi media online itu berarti jualan.

Karena itu, tidak perlu takut berlebihan pada corona, karena ternyata yang SEMBUH jauh lebih banyak dari yang meninggal. Kalau terdampak, jelas terdampak, karena corona adalah virus dengan tingkat penyebaran cepat. Mirip dengan Influenza dan Tuberculosis. Masalahnya, dia sembuh atau meninggal. Itu saja.

Permasalahannya, ketakutan corona ini juga selain dikapitalisasi media, juga dipolitisasi politikus.

Apalagi bentar lagi Pilkada. Dan ada yang ngebet jadi Presiden. Jadilah, isunya lebih besar dari berita kesembuhannya.

Menyerap berita tentang virus corona, memunculkan dua karakter manusia. Satu, manusia yang selalu mengambil hal positif. Manusia jenis ini biasanya tenang. Kedua, manusia yang senang menyerap berita negatif. Ini biasanya penakut dan panikan.

Saya sih, positif saja. Percayakan kepada pemerintah. Toh dari penanganan selama ini lebih banyak yang SEMBUH dari yang meninggal. Ngapain juga panik?

Tetap seruput kopi, karena aura positif dari secangkir kopi menjauhkan kita dari berita negatif tentang corona.

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Tulisan ini sebelumnya telah di-publish di laman Facebook Denny Siregar dengan judul Yang Baca Ini Pasti Sembuh dari Corona

Baca juga:

Berita terkait
Denny Siregar: Anies Baswedan Cuma Berpikir Dapat Tepuk Tangan
Pak Jokowi lambat amat tangani corona. Lihat tuh Anies Baswedan, cepat banget bereaksi. Tulisan Denny Siregar.
Denny Siregar: Anies, Ganjar dan Risma di Pusaran Corona
Banyak kepala daerah bagus seperti Ganjar dan Risma, tidak menakut-nakuti seperti Anies Baswedan dalam pusaran virus corona. Tulisan Denny Siregar.
Denny Siregar: Anies Baswedan Merasa Dirinya Presiden
Anies Baswedan mempolitisasi virus corona, merasa dirinya presiden yang punya hak mengumumkan situasi genting sebuah negara. Tulisan Denny Siregar.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.