Denny Siregar: Pak Jokowi, Jangan Memelihara Monster ISIS

Saya ingat sekali pernyataan Vladimir Putin, Presiden Rusia waktu menyatakan akan terlibat dalam perang Suriah. Tulisan Denny Siregar.
Kelompok teroris ISIS, musuh dunia. (Foto: hstoday)

Saya ingat sekali pernyataan Vladimir Putin, Presiden Rusia waktu menyatakan akan terlibat dalam perang Suriah, "Saya akan kembalikan anggota-anggota ISIS itu ke negara produsen mereka," katanya.

Yang dimaksud negara produsen oleh Putin tentu negara-negara yang sebelumnya menjadi pendukung ISIS termasuk Amerika dan Eropa. Dan Rusia tidak main-main dengan pernyataan itu. Kekuatan militernya dikerahkan ke Suriah, memborbardir ISIS sehingga organisasi teroris itu akhirnya kalah total. 

Dari sinilah cerita itu berawal.

Sesudah ISIS kalah, permasalahannya adalah mau dikirim ke mana anggota mereka yang selamat dan sekarang ada di kamp pengungsian di Suriah?

Menurut laporan, kamp terbesar ada di Al Hol Suriah, dengan jumlah pengungsi sebanyak 70 ribu orang dan lebih dari 90 persennya adalah warga asing. Besarnya jumlah mereka ini membuat pusing banyak negara karena tentu mereka harus dipulangkan ke negara asal mereka.

Siapa yang mau terima mereka sekarang, sedangkan dulu para anggota ISIS itu menebar banyak teror di negara orang?

Donald Trump, Presiden Amerika sudah menyerukan supaya negara-negara Eropa menerima kembali pengungsi ISIS itu ke negara asalnya. Dan pemerintah di Eropa tentu menolak keras, karena mereka juga mendapat penolakan dari warganya. Dan banyak negara lain juga menolak mereka.

Nah, situasi yang sama sekarang dihadapi Indonesia. Menteri Agama baru-baru ini menyatakan siap menerima 600 anggota ISIS dari Suriah kembali ke Indonesia. "Demi kemanusiaan," kata Menteri Agama yang pernah menyatakan diri sebagai pendukung FPI itu.

Sontak negeri ini ribut. Bayangan ngeri pulangnya anggota ISIS dan dampak kerusuhan kelak di Indonesia terbayang-bayang.

Mau berapa nyawa lagi melayang kelak ketika kita sibuk memelihara monster yang siap melahap kita semua?

Menteri Dalam Negeri Malaysia pernah mengingatkan, "Hati-hati dengan kekalahan ISIS di Suriah. Mereka kemungkinan besar memindahkan markas operasinya ke Asia Tenggara." Dan markas ISIS yang paling mungkin di Asia Tenggara, apalagi kalau bukan Malaysia dan Indonesia, negara dengan penduduk muslimnya yang besar.

Bahaya memang kalau 600 anggota ISIS ini pulang. Bahayanya mungkin tidak akan terasa dalam waktu setahun atau dua tahun ke depan. Karena pasti para pengungsi itu harus melewati program deradikalisasi dari pemerintah, utamanya dari BNPT. Tapi yang namanya ideologi itu seperti agama, tidak mudah diubah begitu saja. Para anggota ISIS ini punya keyakinan bahwa apa yang mereka lakukan itu benar dan ini adalah perintah Tuhan, termasuk membunuh orang yang mereka anggap tidak seiman. Dan itu yang terjadi di Suriah dan Irak selama ini.

Mungkin para pengungsi itu tidak akan seganas waktu mereka beraksi di Suriah. Tapi yang pasti, nilai-nilai toleransi mereka sudah hilang. Mereka sulit melihat keberagaman antaragama seperti yang dianut Malaysia dan Indonesia.

Dan apa yang terjadi dalam kurun waktu 10 tahun ke depan? Intoleransi akan marak. Orang-orang ideologis dengan pemahaman sempit masalah agama itu akan menyebar ke masyarakat dan menanamkan nilai-nilai yang salah. Mereka akan menyebarkan paham radikal, yang mungkin saja lebih parah daripada sekarang ini.

Sekarang ini saja Indonesia sudah menghadapi masalah radikalisme di daerah-daerah. Pelarangan dan perusakan tempat ibadah terjadi di mana-mana, dan polisi juga masih terkesan gagap menindaknya. Ada kelompok masyarakat yang takut salib di kuburan, ada yang membubarkan orang yang sedang beribadah pada Tuhan, bahkan ada yang jualan ayat dan mayat supaya menang di pemilihan.

PR itu saja belum selesai. Eh, bukannya menyelesaikan masalah yang sudah lama ada, ini pemerintah mau menambah rumitnya situasi dengan memulangkan 600 anggota ISIS itu. Saya, jujur, sangat khawatir kalau pemerintah memaksakan supaya 600 anggota ISIS ini pulang.

Pertama, pemerintah tidak sensitif terhadap kondisi psikologis bangsa Indonesia sekarang ini. Di beberapa daerah, masih menyimpan bara dalam sekam terhadap masalah intoleransi. Itu dulu yang diselesaikan, tidak perlu lagi menambah kacaunya situasi.

Yang kedua, siapkah negeri ini menerima anggota ISIS pulang ke daerahnya? Jangan-jangan malah ada penolakan hebat, sehingga bisa saja terjadi kerusuhan rasial yang dampaknya meluas ke level nasional.

Dan ketiga, apakah layak dana dan waktu yang besar dikucurkan untuk sekadar mengawasi para mantan ISIS itu?

Fokus. Fokus. Kita masih banyak PR yang butuh penanganan lebih serius untuk menjadikan bangsa ini bangsa yang berpendidikan.

Ingat peristiwa penyerangan Mako Brimob Kelapa Dua tahun 2018, lima polisi tewas dihajar simpatisan ISIS dalam penjara? Mau berapa nyawa lagi melayang kelak ketika kita sibuk memelihara monster yang siap melahap kita semua?

Mungkin menolak 600 anggota ISIS untuk pulang ke Indonesia itu bertentangan dengan kemanusiaan. Tetapi mungkin saja, pelarangan itu sekarang mencegah korban jiwa kelak ketika mereka menjadi besar. Dan korban jiwa itu bisa saja anak Anda, orang tua Anda, pasangan Anda, atau mungkin Anda dan saya sendiri yang dengan polosnya bagai sekumpulan kijang menerima serigala yang ingin berteduh dengan alasan kehujanan. Sudah tahu serigala, yang dia punya hanya perikeserigalaan dengan naluri memangsanya. Bukan perikekijangan sebagai binatang untuk dimangsa. Dan anggap saja ini peringatan untuk kita ke depan.

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Tulisan ini sebelumnya telah di-publish di Cokro TV dengan judul Denny Siregar: Pak Jokowi, Jangan Biarkan Mereka Pulang

Baca juga:

Berita terkait
Moeldoko: Pemerintah Belum Putuskan Terima WNI Eks ISIS
Kepala Staf Kepresidenan menegaskan pemerintah belum memutuskan ingin terima WNI eks ISIS, karena masih mempertimbangkan plus dan minusnya.
Jokowi Centre: Kombatan ISIS Bukan WNI Lagi
Relawan Jokowi Centre mendukung penuh sikap Presiden Joko Widodo yang tidak menerima eks WNI yang tergabung dalam ISIS.
Mantan Teroris Menolak Eks ISIS Dibawa ke Indonesia
Mantan narapidana terorisme Muhammad Sofyan Tsauri menentang keras rencana Menteri Agama Fachrul Razi untuk memulangkan WNI eks kombatan ISIS.