Denny Siregar: Membedah Konsep Kartu Prakerja Jokowi

Di YouTube banyak pelatihan, kenapa harus pakai Kartu Prakerja? Kan buang-buang duit namanya? Denny Siregar membedah konsep Kartu Prakerja Jokowi.
Warga mencari informasi tentang pendaftaran program Kartu Prakerja gelombang kedua di Jakarta, Senin, 20 April 2020. (Foto: Antara/Aditya Pradana Putra)

Awalnya sih, karena enggak suka sama si staf khusus dengan segala kepongahan dan keteledorannya, saya termasuk yang apriori sama Kartu Prakerja ini. Apalagi perusahaan si staf khusus dapat proyeknya.

Tapi, tunggu, bukannya Kartu Prakerja ini sudah dirancang Jokowi sejak kampanye? Membaca sambil bertanya-tanya, akhirnya dapatlah sistem kartu ini. Ternyata tidak seperti yang diperkirakan.

Tapi untuk beberapa staf khusus, saya setuju mereka mundur. Pertama, enggak capable. Kedua, daripada jadi bahan gunjingan dan jadi jelek Presidennya, mundur sangat terhormat.

Oke, mari kita bedah konsep Kartu Prakerja. Mungkin ini tidak menarik bagi sebagian orang karena tidak semua orang butuh, juga karena sebagian orang dalam pikirannya tentang Kartu Prakerja itu sudah cenderung menuduh. Tapi enggak apa-apa. Kita bahas saja kenapa Jokowi mengeluarkan Kartu Prakerja di masa wabah ini.

Kartu Prakerja ini sudah dirancang lama. Waktu kampanye, Jokowi sudah bicara tentang Kartu Prakerja. Niat Jokowi dengan Kartu Prakerja ini memberikan kesempatan untuk mereka yang belum pernah bekerja, supaya punya skill yang dibutuhkan perusahaan nanti di tempat mereka mau melamar pekerjaan. Selama ini banyak perusahaan yang kita tahu hanya mau menerima pelamar yang sudah punya pengalaman. 

Juga niatnya membangun skill supaya orang siap menjadi wiraswastawan. Jadi calon-calon pengusaha baru di sektor informal. Ini visi jangka panjangnya.

Rencana awal memang yang akan mengadakan pelatihan adalah mitra-mitra yang ditunjuk seperti Balai Latihan Kerja. Si peserta pelatihan dengan Kartu Prakerja ini, selain dibekali uang untuk membayar pelatihan, juga diberikan bekal untuk bertahan hidup setiap bulan selama 4 bulan, sebelum dia dapat pekerjaan. Itu sebelum wabah muncul di Indonesia.

Ketika ada wabah, peraturan physical distancing diterapkan. Kita harus diam di rumah, belajar di rumah, dan bekerja di rumah. Maka begitu juga sistem Kartu Prakerja yang tadinya dilaksanakan secara offline, akhirnya diubah menjadi online, atau pelatihan lewat internet supaya orang tidak kumpul-kumpul di satu tempat.

Oke, paham kan dulu sampai di sini.

Nah, karena sistemnya berubah dari offline menjadi online, mitra pemerintah yang akan melaksanakan pelatihan pun juga berubah. Kalau offline memakai Balai Latihan Kerja, sekarang online harus memakai perusahaan yang memang menyediakan para pengajar. 

Jangan mau dibelokkan pemahamannya oleh mereka yang tidak paham, seolah-olah pemerintah mengucurkan uang triliunan rupiah ke perusahaan aplikasi itu tanpa tender lagi. Itu namanya pembodohan dan penyesatan informasi.

Kartu PrakerjaWarga mencari informasi tentang pendaftaran program Kartu Prakerja gelombang kedua di Jakarta, Senin, 20 April 2020. (Foto: Antara/Aditya Pradana Putra)

Seperti ruangguru, misalnya, Mereka selama ini menyediakan para guru untuk menambah murid yang ingin menambah ilmu. Ruangguru hanya menjadi mediator, menghubungkan para guru dan murid yang butuh. 

Samalah seperti Bukalapak dan Tokopedia yang bukan toko, tetapi aplikasi yang menghubungkan pedagang dan pembeli.

Karena sistem Kartu Prakerja ini berubah online, maka perusahaan online yang siap, sementara ini hanya 8 perusahaan yang menjadi mitra.

"Enak dong mereka dapat duit dari pemerintah."

Bukan begitu.

Pemerintah menganggarkan uang Rp 20 triliun untuk Kartu Prakerja ini. Rp 20 triliun ini awalnya disiapkan untuk 5,6 juta orang yang butuh kerja dan ingin dapat pelatihan kerja.

Rinciannya begini. Setiap orang dapat sangu sebesar Rp 3,55 juta per orang. Dari sangu itu yang Rp 1 juta harus dipaki untuk pelatihan. Sisanya yang Rp 2,55 juta akan ditransfer ke para peserta Kartu Prakerja, masing-masing Rp 600 ribu per bulan selama 4 bulan untuk biaya hidup sebelum dapat pekerjaan.

Nah, dana Rp 1 juta untuk pelatihan tadi, adalah hak peserta pelatihan untuk "membeli" ilmu sesuai yang mereka butuhkan.

Kalau mereka pengin jadi montir, ya cari yang bisa memberikan pelatihan tentang mesin. Di mana mencarinya? Ya, di aplikasi yang sudah ditunjuk pemerintah sebagai mitra tadi. 

Jadi dengan Rp 1 juta misalnya, kita masuk Tokopedia. Di sana kita cari ada enggak ya pengajar yang sesuai bidang kita. Oh, ada. Berapa biayanya? Rupanya Rp 250 ribu. Oke, kita ikut. Berarti sisa uang pelatihan kita Rp 750 ribu, bisa untuk cari pengajar lain sesuai budget yang kita terima.

Paham, kan?

Jadi, bukan Rp 1 juta itu dibelanjakan sekaligus semuanya.

Jadi, tuduhan pemerintah mengucurkan uang triliunan rupiah ke perusahaan aplikasi itu, jelas salah besar. Karena uang Kartu Prakerja ini langsung diberikan ke peserta lewat rekening elektronik yang mereka bikin.

Kenapa harus lewat rekening elektronik seperti Ovo, Gopay, atau Link Aja? Supaya mudah dipantau dan mencegah korupsi.

"Di YouTube kan banyak pelatihan, kenapa harus pakai Kartu Prakerja? Kan buang-buang duit namanya?" begitu biasanya pertanayaannya.

Ya, dengan Kartu Prakerja ini, yang diuntungkan bukan cuma peserta pelatihan, tetapi juga para pelatihnya. Pelatih juga dapat uang, sehingga ekonomi mereka juga selamat di masa wabah ini.

Jadi, Kartu Prakerja ini di masa wabah, memang dibuat untuk menyelamatkan ekonomi para pengajar seperti guru, dan mereka yang ingin dapat pelatihan. 

Paham, kan?

Dari sini kita bisa melihat, yang dapat untung besar bukan perusahaan aplikasinya, tetapi pengajar dan peserta Kartu Prakerja.

Aplikasi seperti ruangguru itu hanya sebagai media. Tentu perusahaan itu dapat sekian persen dari transaksi antara peserta dan pengajar. Ya, itu untuk membiayai pegawai perusahaan aplikasi itu. Jadi wajar saja sih sebenarnya.

Jangan mau dibelokkan pemahamannya oleh mereka yang tidak paham, seolah-olah pemerintah mengucurkan uang triliunan rupiah ke perusahaan aplikasi itu tanpa tender lagi. Itu namanya pembodohan dan penyesatan informasi.

"Oke, oke, terus apa ketika sudah dapat pelatihan juga dapat jaminan kerja nantinya?"

Catat ya, Kartu Prakerja ini untuk menambah skill seseorang, bukan untuk orang itu pasti kerja. Karena masalah kerja itu bukan saja masalah skill, tapi juga masalah mental.

Kartu Prakerja ini untuk mereka yang masih belum bekerja dan mau mencari kerja, bukan untuk pemalas yang penginnya selalu disuapi tanpa mau usaha.

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Baca juga:

Berita terkait
Pemerintah Tambah Anggaran Kartu Prakerja Rp 20 T
Pemerintah akan melanjutkan program Kartu Prakerja dengan menambah kapasitas peserta dan menyiapkan tambahan anggaran senilai Rp 20 triliun.
Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang Kedua 20 April 2020
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan gelombang kedua pendaftaran kartu prakerja bakal dilakukan pada 20 April 2020.
Dapat Rp 3,55 Juta, Lihat Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja
Mulai hari ini, Sabtu, 11 April 2020, pemerintah resmi membuka pendaftaran Kartu Prakerja.
0
David Beckham Refleksikan Perjalanannya Jadi Pahlawan untuk Inggris
David Beckham juga punya tips untuk pesepakbola muda, mengajak mereka untuk menikmati momen sebelum berlalu