Denny Siregar: Lima Fase Hadapi Resesi Covid-19

Ada lima fase ketika orang berada dalam posisi sulit dan tertekan. Fase pertama adalah menyangkal bahwa situasi buruk telah terjadi. Denny Siregar.
Ilustrasi - Kesempatan, keputusan dalam situasi sulit. (Foto: Pixabay/qimono)

Ada lima fase ketika orang berada dalam posisi sulit dan tertekan. Fase pertama adalah menyangkal. Kita menyangkal bahwa situasi buruk telah tejadi pada kita. Kita juga menyangkal bahwa situasi buruk itu akan berpengaruh buruk juga pada kita. 

Fase kedua adalah marah. Sesudah kita tahu bahwa ternyata situasi buruk itu benar-benar berpengaruh kepada kita, kita pun langsung marah. Ngamuk enggak tentu arah. Enggak jelas marahnya kepada siapa, untuk apa dan mau apa. 

Fase ketiga adalah mencoba berdamai dengan situasi. Pada fase ini marah kita sudah habis. Yang tinggal hanyalah bingung. Mau menyalahkan siapa juga enggak tahu. Kita berada pada fase paling tengah antara menolak kenyataan dan harus menerima kenyataan secara realistis. 

Situasi wabah (Covid-19) ini juga begitu. Kita awalnya menyangkal virus ini akan membawa dampak buruk bagi kita, baik secara kesehatan maupun juga ekonomi.

Fase keempat adalah depresi. Ketika kita sadar bahwa kita tidak mungkin lolos dari situasi buruk dan harus menerimanya suka atau tidak suka, biasanya kita akan mulai depresi. Di sinilah fase terpenting karena kita akan berada di persimpangan jalan, mau ke kiri atau ke kanan. Dan kalau kita mau ambil jalan ke kiri, atau jalan putus asa, kita akan melakukan banyak keburukan. Dan keburukan yang paling pahit adalah bunuh diri.

Bagaimana kalau kita ambil jalan ke kanan? Inilah fase kelima atau terakhir, yaitu fase menerima semua dengan senang hati. Di sini kita akan berpikir positif, optimis, membuat rencana-rencana baru dan lucunya, kita malah berteman baik dengan peristiwa buruk itu. 

Dan tanpa sadar kita sudah berubah, memulai jalan baru yang sama sekali tidak pernah kita perkirakan sebelumnya. Dalam ilmu ekonomi, inilah yang disebut titik EQUILIBRIUM atau titik keseimbangan.

Situasi wabah (Covid-19) ini juga begitu. Kita awalnya menyangkal virus ini akan membawa dampak buruk bagi kita, baik secara kesehatan maupun juga ekonomi. Kemudian kita marah, menyalahkan banyak hal dan banyak orang. 

Lalu kita mencoba berdamai dengan situasi, meski hati masih terasa perih. Baru kemudian kita depresi, bingung mau apa lagi? Lalu kita bersahabat dengannya. Menerimanya sebagai sebuah peringatan. Kita akan lebih hati-hati dalam bergaul, bahkan lebih teratur. 

Di sisi ekonominya, sesudah wabah berdampak pada pendapatan kita, kita akhirnya mau tidak mau harus berteman baik dengan situasi yang menyakitkan.

Mungkin Anda yang sebelumnya adalah pengemudi online, harus menangis keras ketika hilangnya pendapatan. Akhirnya sesudah air mata habis dan capek mengeluh, Anda mulai coba wiraswasta, jualan tahu isi misalnya sekadar untuk makan. 

Siapa tahu Anda akhirnya punya ribuan outlet tahu isi dan menjadi kaya karena wiraswasta. Anda akhirnya ketawa sendiri dan malah berterima kasih dengan adanya wabah, karena kalau dia tidak datang, Anda akan menjadi pengemudi online selamanya.

Bacalah kisah-kisah orang sukses yang mulai dari bawah. Mereka melewati fase demi fase itu dan akhirnya berujung bahagia. Kalau mereka bisa, masa Anda tidak? 

Sesudah gempa wabah, akan muncul tsunami resesi dunia. Percaya atau tidak, menurut IMF, tiga negara di Asia yang akan bertahan terhadap resesi dunia adalah China, India, dan Indonesia. Ketiganya termasuk dalam lima negara dengan penduduk terbanyak di dunia. Jadi peluang itu terbuka lebar, kan?

Jangan panik, karena rasa panik itu akan membunuhmu pelan-pelan. Hidup itu sederhana, kata orang, yang hebat hanya penafsirannya. Nikmati selama kita masih ada, karena mengeluh hanya membuang waktu dan membuat Anda tidak ke mana-mana.

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Baca juga:

Berita terkait
9 Bisnis Rumahan yang Datangkan Cuan Saat WFH
Dengan adanya imbauan work from home (WFH), warga mempumyai banyak waktu luang, dan ini bisa dimanfaatkan untuk berbinis yang menghasilkan uang.
Peluang Usaha yang Tetap Kinclong Meski Ada Covid-19
Pandemi Covid-19 tak selalu merusak sektor ekonomi, masih ada sejumput area bisnis yang malah terdongkrak dan menjadi primadona baru,
Bisnis Properti Unggul Saat Corona, Gimana Caranya?
Konsultan properti Colliers International Indonesia menilai penyebaran virus corona atau Covid-19 dalam negeri tidak menguntungkan beragam sektor.
0
Ketok Palu Tingkat I Tiga RUU DOB Papua Akan Putuskan DPR Siang Hari Ini
Panitia Kerja (Panja) 3 RUU DOB Papua akan kembali menggelar rapat pengambilan keputusan Tingkat I terkait dengan pembagian batas wilayah.