Oleh: Denny Siregar*
Kivlan Zen rupanya sudah gak tahan.
Buntut pembuatan Pam Swakarsa tahun 1998 akhirnya membuat dia harus bernyanyi panjang lebar. Itu karena dia merasa dirugikan oleh Wiranto, Menkopolhukam, yang saat itu menjabat Panglima Angkatan Bersenjata.
Menurut Kivlan, Wiranto berutang banyak pada dia. Waktu tahun 98, dia disuruh membentuk Pam Swakarsa. Dikasih modal hanya 400 juta rupiah saja, padahal biayanya lebih dari itu.
Dari salinan gugatan di PN Jakarta Timur, Kivlan merasa dia sangat dirugikan oleh Wiranto gara-gara pembentukan Pam Swakarsa itu, dia harus berutang banyak dengan mencari pinjaman, menjual rumah dan mobil dengan total kerugian 8 miliar rupiah.
Ia juga terpaksa menyewa rumah sampai kemudian digantikan oleh Gatot Nurmantyo untuk beli rumah tahun 2018. Total biayanya 8 miliar rupiah.
Karma akan menemukan jalannya sendiri. Mungkin ini saatnya Wiranto menemui apa yang pernah ia lakukan pada masa lalu.
Kivlan juga menuntut kerugian immateriil karena menanggung malu sebab berutang 100 miliar, tidak dapat jabatan yang dijanjikan 100 miliar, pertaruhan nyawa 500 miliar, sampai tekanan batin karena dipenjara 100 miliar. Totalnya 1 triliun rupiah.
Kata Kivlan, dulu BJ Habibie sudah setuju kucuran dana untuk membentuk Pam swakarsa sebesar 10 miliar. Itu berasal dari dana non budjeter BULOG.
"Sudah saya kasih ke Wiranto," kata BJ Habibie yang jadi Presiden waktu itu. Tapi dananya gak pernah sampai ke Kivlan.
Jika cerita ini benar, mungkin inilah sebab kenapa Kivlan Zen begitu benci pada Wiranto. Dan dia mendapat kesempatan untuk melawannya saat bersama Prabowo.
Pan Swakarsa sendiri adalah pasukan sipil bersenjata yang dibentuk untuk menghadapi serbuan kelompok mahasiswa saat 1998. Dan organisasi inilah cikal bakal Front Pembela Islam yang kemudian terkenal dengan aksi kekerasannya itu.
Wiranto sendiri mempersilakan Kivlan menggugat tapi tidak membantah. Kelak masalah ini akan menjadi menarik ketika persidangannya dibongkar di muka publik tentang sejarah masa lalu.
Karma akan menemukan jalannya sendiri. Mungkin ini saatnya Wiranto menemui apa yang pernah ia lakukan pada masa lalu.
Seruput....
*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi
Baca juga: