Denny Siregar: AHY, Bemo Mangkrak dan Jejak Kebaperan Demokrat

Benarkah terjadi kudeta di Demokrat, partai yang ibarat bemo mangkrak itu? Ini hal-hal yang harus dilakukan AHY kalau dia pintar. Denny Siregar.
AHY dan SBY (Foto:Tagar/Net)

Kalau muncul nama Partai Demokrat, saya jadi ingat dulu disomasi oleh mereka karena Annisa Pohan baper anaknya disentil di media sosial. Bayangkan gara-gara satu anak saja, seluruh Partai Demokrat keluar sarang untuk menyerang saya. Bahkan mereka ramai-ramai membawa masalah ini ke jalur hukum. Sayangnya laporan mereka ditolak polisi.

Lho, bagaimana? Laporan enggak punya bukti hukum, cuma karena rasa baper, kok harus diterima? Tapi ya begitulah, karena keluarga utama baper, akhirnya seluruh kader jadi baperan. Kayaknya ada ujian untuk masuk Demokrat, kalau enggak baper, kamu enggak memenuhi syarat. Pantaslah Ferdinand Hutahaen keluar dari Demokrat, dia ingin belajar baper enggak dapat-dapat.

Jejak kebaperan Demokrat bisa dilihat dari pendirinya, yaitu Susilo Bambang Yudhoyono. Bahkan waktu jadi Presiden, bapernya SBY sering ditampakkan ke publik. Ingat waktu SBY cerita ke publik, bahwa dia akan dibunuh oleh teroris? SBY sampai konferensi pers sambil membawa foto dirinya yang berlubang karena katanya ditembus peluru, buat latihan para teroris.

SBY juga pernah curhat ke publik, bahwa dirinya dan keluarganya mendapat ancaman karena kebijakannya tidak pro-rakyat, yaitu menaikkan harga BBM. Banyaklah pokoknya curhat SBY.

Jadi ketika Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY tiba-tiba muncul ke publik dan berkata bahwa dirinya akan dikudeta, seluruh planet bumi langsung ketawa karena membayangkan curhat SBY dengan model yang sama. Ditambah dia berkirim surat ke Jokowi, AHY ingin pansos supaya masalah kudeta di Demokrat itu jadi isu nasional. Supaya jadi bahan pembicaraan lah, supaya orang simpati kepadanya.

Tapi tunggu, benarkah ada rencana kudeta di Partai Demokrat? Untuk mengerti itu, kita harus paham definisi atau arti sebenarnya dari kudeta. Kudeta adalah cara merebut kekuasaan dari seorang yang berwenang dengan cara ilegal, dan seringkali sifatnya brutal. Misalnya nih, seperti di Myanmar, militer mengambil alih pemerintahan dengan jalan kekuatan, bukan dengan jalan demokrasi. Itu baru namanya kudeta.

Kalau AHY pintar, harusnya mulai gerak mengumpulkan kader-kader setia. Rapatkan barisan. Tunjukkan jiwa kepemimpinan. Jadilah laki-laki. Jangan sembunyi di balik kata 'kudeta'.

Ketum DPP Partai DemokratKetua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono. (Foto: Tagar/Instagram @agusyudhoyono)

Atau misalnya, di Demokrat tiba-tiba diumumkan AHY bukan lagi Ketua Umum dan SBY tidak berwenang lagi menjadi Pembina Demokrat. Itu baru namanya kudeta. Tidak pakai proses pemilihan, tidak pakai ambil suara, langsung ambil alih kekuasaan. Itu baru namanya kudeta.

Tapi yang sebenarnya terjadi di Demokrat itu beda. Kader-kader Demokrat resah melihat partai yang semakin lama semakin hancur ke bawah.

Tahun 2009, suara Demokrat di DPR RI besar sekali, total 20,4 persen dari seluruh kursi. Tahun 2014 sesudah kasus korupsi besar-besaran di Hambalang, suara Partai Demokrat anjlok, tinggal 10 persen saja. Nah, yang parah tahun 2019, suara Demokrat, partai yang dulunya besar itu tinggal 7 persen.

Wah, itu bahaya, begitu pikir kader-kader Demokrat. Kalau dibiarkan, tahun 2024 nanti Partai Demokrat tinggal sejarah. Syarat untuk sebuah partai ada di DPR RI minimal punya 4 persen jumlah kursi. Demokrat sudah tinggal sedikit lagi menuju kehancuran partainya.

Bergeraklah kemudian para kader yang resah itu ke mana-mana. Mereka ingin Demokrat selamat, karena mereka dulu ikut membesarkannya. Mereka menganggap AHY tidak punya kemampuan untuk mempertahankan partai. Perlu orang yang pengalaman dan kuat untuk menggerakkan partai yang dulu besar itu. Kalau enggak, hancurlah berantakan.

Karena itu, para kader di bawah mendesak untuk diadakan Kongres Luar Biasa atau KLB untuk memilih ketua umum baru. Apa KLB itu legal? Ya legal dong. Itu ada dalam persyaratan pembuatan organisasi, tertuang dalam AD/ART atau Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

Kalau memang kader Demokrat merasa bahwa ketua umum yang sekarang tidak lagi punya wibawa dan kekuatan untuk memimpin partai, kader bisa mengajukan Kongres Luar Biasa untuk mencari ketua baru. Jadi di mana kudetanya? Enggak ada, kan? AHY saja yang baper seolah di Demokrat akan ada perebutan kekuasaan.

Tapi tunggu, benarkah ada rencana kudeta di Partai Demokrat? Untuk mengerti itu, kita harus paham definisi atau arti sebenarnya dari kudeta.


AHYKetua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY konferensi pers tentang adanya rencana kudeta di Partai Demokrat, Senin, 1 Februari 2021. (Foto: Tagar/YouTube Agus Yudhoyono)

Kalau AHY pintar, harusnya mulai gerak mengumpulkan kader-kader setia. Rapatkan barisan. Tunjukkan jiwa kepemimpinan. Jadilah laki-laki. Jangan sembunyi di balik kata "kudeta". Hadapilah situasi internal partai dengan gagah berani, bukan malah kirim surat ke Jokowi.

Memang urusan apa Jokowi dengan Partai Demokrat? Apa Jokowi ikut-ikutan akan kudeta juga? Woi, Bro AHY, Jokowi kalau mau ambil partai, dia pasti pilih lah. Ibarat mobil, mending dia pilih Ferrari atau PDI Perjuangan. Atau Lamborghini lah seperti Gerindra. Ya, mungkin agak ke bawah sedikit, Maserati atau Golkar. Kenapa begitu? Ya karena dia punya kekuasaan, yang mau kasih uang ke dia banyak. Kan enggak mungkin Jokowi pilih bemo mangkrak? 

Bro AHY, saran saya, gantilah orang-orang ring satumu. Mereka tidak bisa kerja, cuma jago cari muka. Lihat saja, pembelaan apa yang kamu harapkan dari seorang Andi Arief? Baru mangap sedikit, orang sudah buka jejak digitalnya waktu dia ditangkap nyabu dengan kondom bergerigi. Atau mau dapat pembelaan dari Roy Suryo? Baru mesem sedikit, orang sudah teriak, "Panci, panci." Nyakitin, kan?

Mending rekrut lagi lah Ferdinand Hutahaean. Dia kader yang punya prinsip. Kalau tidak sesuai nurani, dia keluar. Bukan diam di Demokrat sambil jilat-jilat, tapi tidak punya manfaat.

Kalaupun nanti Bro AHY harus kehilangan Demokrat, ikhlaskanlah. Toh, sudah dapat banyak selama ini di sana. Sudah kaya raya. Tinggal banyakin bisnis saja, tidak ada salahnya. Siapa tahu malah di sana bakatnya. Bukan di politik, di mana orang harus betah bermuka dua. Ini saran dari seseorang yang bukan siapa-siapa. Cuma tukang ngopi yang sibuk memperhatikan jumpalitannya elit-elit politik di negeri ini.

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Berita terkait
Profil Moeldoko, Didukung 4 Faksi Rebut Demokrat dari AHY
Moeldoko meraih preastasi dengan menjadi lulusan terbaik di Akademi Militer.Tiga bulan menjadi Kasad, ia dilantik menjabat Panglima TNI.
AL-JAMIN Duga AHY Serang Moeldoko Agar Dilirik Jokowi
Andy William Sinaga menduga niat tertentu atas serangan yang dilontarkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) kepada Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko.
Politikus Senior Demokrat: 4 Tokoh Dukung Moeldoko Jegal AHY
Berikut nama 4 orang Tokoh yang diduga ingin mengambilalih paksa kepemimpinan Partai Demokrat dari tangan AHY.
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.