Jakarta - Demonstrasi mahasiswa dan pelajar STM yang terjadi sejak Senin, 23 Desember 2019 di depan Gedung DPR Jakarta, tidak berdampak signifikan terhadap perekonomian Jakarta maupun nasional.
Meski eskalasi demonstrasi meningkat pada hari berikutnya, kegiatan ekonomi makro Indonesia tidak terlalu mengalami guncangan.
Pengamat dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto mengatakan demonstrasi yang terjadi, justru berdampak pada pelaku kegiatan ekonomi mikro.
Faktor global masih lebih kuat mempengaruhi kurs Rupiah dibanding aksi demo dan situasi politik.
"Mungkin dalam skala mikro, ada beberapa kerusakan fasilitas, kemacetan, dan terganggunya aktivitas kantor sekitar gedung DPR. Namun secara keseluruhan ekonomi jakarta tidak terganggu," ujar Eko kepada Tagar pada Kamis, 26 September 2019.
Meski pada Rabu nilai tukar Rupiah terkoreksi melemah sebesar 29 poin terhadap dollar AS, menurut dia, hal itu hanya berdampak kecil pada arus bisnis dan perekonomian nasional.
Eko menilai ada faktor lain yang lebih berpengaruh pada pergerakan Rupiah terhadap dollar ketimbang situasi politik nasional.
"Faktor global masih lebih kuat mempengaruhi kurs Rupiah dibanding aksi demo dan situasi politik," katanya.
Ia juga mengomentari anggapan beberapa pihak yang menyamakan pola demonstrasi mahasiswa beberapa hari lalu dengan reformasi tahun 1998.
Kata dia, demonstrasi mahasiswa yang terjadi pada 21 tahun lalu untuk meruntuhkan Orde Baru. Berbeda jauh dengan kondisi hari ini.
"Tuntutannya beda, respon pelaku ekonomi pun berbeda. Dulu pelaku ekonomi cemas berbisnis, namun saat ini mereka tetap berbisnis meskipun ada demo," tuturnya.
Berdasarkan pantauan Tagar, hingga Kamis sore, nilai tukar Rupiah terhadap dollar AS berada di kisaran Rp 14.180 per dollar AS.[]
Baca juga:
