Untuk Indonesia

Cuma Jokowi yang Berani Hancurkan HTI

Jika ingin tahu bagaimana kemampuan sel-sel HTI mengorganisir diri, lihatlah tagar #UninstallJokowi atau #ShutdownJokowi.
Eko Kuntadhi Pegiat Media Sosial

Oleh: Eko Kuntadhi*

Palu hakim MA diketuk. Glotak!

Kemarin segala upaya hukum HTI kandas. Organisasi transnasional ini tidak lagi memiliki hak hidup di Indonesia. Jokowi, melalui Perpu yang kemudian disetujui menjadi UU telah membuat landasan hukum untuk menghancurkan gerombolan khilafah dari muka bumi Indonesia.

Tentu saja mereka gak langsung menyerah. Perlawanan akan semakin mengeras. Pilpres 2019 adalah tunggangan yang empuk.

Mereka marah. Usaha yang dibangun untuk mengkhilafahkan Indonesia sejak awal 1980an, kandas sudah. Setidaknya aparat keamanan kini mempunyai landasan hukum untuk memberangus aktivitas mereka.

Tapi akar HTI sudah terlanjur menjalar. Kader-kadernya tersebar di banyak instansi dan lembaga. Di BUMN, kampus atau swasta sel-sel HTI sudah lama membangun kekuatan. Simpatisannya juga berserakan. Karena itu, pasca keputusan MA, perlawanannya terhadap Jokowi mungkin akan terasa keras.

Cara melawannya dengan menunggangi Pilpres. Mereka kini berkumpul di belakang Prabowo.

HTI memang berbeda dengan gerombolan teroris yang suka aksi main bunuh. Mereka lebih memilih strategi penyusupan, membangun ideologi khilafah. Ketika sudah waktunya mereka akan memulai petualangannya merebut kekuasaan.

Kisah-kisah kudeta yang didalangi Hizbut Tahrir sudah banyak. Kehancuran Libya dan Suriah tidak terlepas dari tangan kotor mereka. Di Indonesia, mereka membangun sel sejak era 80an, mencecoki jemaah dengan ide khilafah, dan menanamkan doktrin.

Salah satu keberhasilan mereka adalah dukungannya pada UU Pornografi, yang menekan DPR dengan jumlah massa militan. Pada aksi 212, gerombolan HTI jelas memainkan peran dalam pengerahan massa. Itu semua sebagai latihan sebelum mereka memgibarkan kudeta.

Sambil menunggu masa itu, mereka berusaha bekerja sama dengan siapa saja untuk memperbesar pengaruhnya. Forum Umat Islam (FUI), misalnya, adalah salah satu bentuk kamuflase HTI untuk melebarkan pengaruh. Mereka juga menyusup ke FPI dan organisasi gerakan lainnya.

Jika ingin tahu bagaimana kemampuan sel-sel HTI mengorganisir diri, lihatlah tagar #UninstallJokowi atau #ShutdownJokowi yang tetiba mencuat kemarin. Orang melihatnya ini hanya sebagai bentuk pembelaan pada Achmad Zaky, CEO Bukalapak yang kepleset jempolnya.

Sesungguhnya, pasukan yang bermain untuk menaikkan tagar itu jauh lebih terorganisir dibandingkan pasukan medsos Prabosan. Sedangkan pasukan PKS gak banyak ikut bermain karena dongkol dengan keserakahan Gerindra menguasai kursi Wagub DKI.

Akun-akun pendukung HTI sedang memainkan perannya di medsos. Mereka menunjukkan kemarahannya pada Jokowi. Tim Prabosan sih, senang-senang saja.

Perkembangan HTI yang paling mengkhawatirkan terjadi di Papua. Mereka merangsek untuk melakukan kampanye ideologis di sana. Daerah yang rawan sparatisme ini mulai disusupi ideologi khilafah. Seorang pentolan HTI putra asli Papua adalah Muhamed Fadzlan Garamatan.

Bukan hanya di Indonesia. HTI juga membangun basis di luar negeri dengan mendekati WNI yang berada di sana. Di Jepang, mereka merekrut anggota dari WNI yang kebanyakan mendapat pekerjaan magang.

Hal yang sama terjadi di Taiwan, dengan mendekati pekerja-pekerja migran asal Indonesia. Jangan kaget jika kita banyak menemukan perempuan bercadar asal Indonesia di berbagai negara.

Dengan kata lain, pembubaran HTI oleh pemerintah melalui jalur hukum, tampaknya belum cukup. Diperlukan usaha lebih serius lagi untuk memangkas gerombolan khilafah ini sampai ke akar-akarnya.

Bukan apa-apa. Strategi mereka menyusupkan orang di pos-pos penting pemerintahan sampai saat ini membantu berbiaknya ideologi Islam radikal yang mengancam Indonesia.

Wajar saja mereka sangat marah kepada Jokowi yang telah mengeluarkan legacy hukum untuk menghabisi mereka. Kemarahan itu sepertinya terus diperlihatkan dengan berbagai perlawanan.

Kini mereka berdiri rapat di belakang Prabowo. Bukan untuk mendukungnya, tetapi untuk memastikan mereka tetap bisa bergerak. Suatu saat kekuatan itu akan bangkit. Menerkam Indonesia.

*Penulis adalah Pegiat Media Sosial

Baca juga: 

Berita terkait