Judul Asli: Jangan Hina Gus Dur
Gus Dur bagi saya pribadi bukan sekadar Kiai NU, atau mantan Presiden RI, namun lebih sebagai Guru Bangsa. Sosok Gus Dur sangat melekat dengan kaidah pluralisme. Gus Dur adalah Bapak Pluralisme Indonesia.
Hidup saya sangat terinspirasi dengan ketokohan Gus Dur yaitu membela minoritas yang tertindas. Saat ini, saya menapak jalannya Gus Dur dalam upaya pembelaan terhadap kelompok-kelompok minoritas yang dirampas hak hidupnya, terutama kebebasannya dalam beragama sesuai keyakinannya.
Gus Dur juga begitu mengagumkan saat menjelaskan ajaran agama Islam. Cara Gus Dur menjelaskan sesuatu sangat diwarnai dan didominasi kepribadian Gus Dur yang pluralis.
Beberapa waktu lalu ada twitt dari seorang politisi, saya tidak tertarik menyebut namanya, yang mengatakan bahwa pembangunan makam Gus Dur di Kompleks Makam Tebuireng, Jombang, dibiayai negara. Twitt itu ternyata hoaks.
Puteri sulung Gus Dur membantah dan menjelaskan dengan gamblang, bahwa pembangunan makam Gus Dur dibiayai keluarga besar Gus Dur. Negara memperbaiki jalan menuju area makam Gus Dur, dan membangun tempat berjualan bagi warga sekitar. Mengingat peziarah ke makam Gus Dur jumlahnya jutaan orang per tahun, wajar negara menyiapkan sarana jalan dan lapak-lapak pedagang untuk berjualan.
Sayangnya, twitt-nya hoaks, dan kasusnya beda level dan beda spirit.
Walaupun sudah wafat, Gus Dur masih memberikan rezeki bagi warga sekitar dan panti asuhan yang nilainya sangat fantastis. Alhamdullilah.
Tidak ada kaitannya antara pembangunan makam Gus Dur yang dibiayai keluarga besar Gus Dur dan pembangunan suatu museum di daerah Jawa Timur, yang konon katanya dibangun dengan uang negara.
Secara pribadi saya tidak tertarik berkomentar soal pembangunan museum tersebut. Saya justru tertarik menyimak komentar-komentar publik perihal pembangunan museum yang memakai uang negara tersebut. Menarik!
Twitt hoaks tersebut ternyata hanyalah upaya politik mencari kesepadanan dalam rangka mencari pembenaran. Sayangnya, twitt-nya hoaks, dan kasusnya beda level dan beda spirit.
Mau membangun museum pakai uang rakyat, silakan saja. Biarlah rakyat menilai!
Please jangan lecehkan Gus Dur.
*Akademisi Universitas Gadjah Mada