Jakarta - Geliat pandemi atau wabah virus corona baru (Coronavirus Disease 2019/Covid-19) tanpa henti yang ditandai dengan insiden penularan baru Covid-19 di banyak negara. Laporan situs independen, worldometer, tanggal 15 Juni 2020 pukul 15.05 WIB jumlah kumulatif kasus Covid-19 dunia tembus angka 8.000.000 yaitu 8.007.804 dengan 435.855 kematian dan 4.134.874 sembuh.
Sedangkan WHO mencatat 7 690 708 cases (14 Juni 2020), dan Johns Hopkins University 7,912,981 (15 Juni 2020). Situs worldometer melaporkan kasus real time dengan link langsung ke negara yang bersangkutan.
Jumlah kasus 8.007.804 ini terjadi hanya dalam 168 hari setelah wabah yang pertama kali dilaporkan oleh otoritas China ke Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) tanggal 31 Desember 2019. Dengan demikian setiap hari ada 47.665 warga dunia yang terpapar Covid-19. Sedangkan jumlah kasus Covid-19 global 7,5 juta tercapai pada tanggal 12 Juni 2020 pukul 04.52 WIB.
Ada 16 negara dengan kasus lebih dari 100.000, yaitu:
1.Amerika Serikat 2.162.228
2.Brasil 867.882
3.Rusia 537.210
4.India 332.783
5.Inggris 295.889
6.Spanyol 291.008
7.Italia 236.989
8.Peru 229.736
9.Jerman 187.671
10.Iran 187.427
11.Turki 178.239
12.Chili 174.293
13.Prancis 157.220
14.Meksiko 146.837
15.Pakistan 144.472
16.Arab Saudi 127.541
19.China 83.181
31.Indonesia 38.277
56.Korea Selatan 12.085
Di awal-awal pandemi banyak kalangan yang memperkirakan China akan jadi episentrum Covid-19 karena banyak kasus terdeteksi. Setelah China diperkirakan ‘neraka’ corona akan berkecamuk di Korea Selatan (Korsel) karena Negeri Ginseng ini dekat dengan China dan jadi tujuan utama pelancong asal Wuhan, China.
Perkiraan China dan Korsel jadi episentrum buyar ketika Italia melaporkan kasus yang melebihi jumlah kasus di China dan Korsel. Gebrakan corona belum berhenti karena episentrum berikutnya terjadi di Amerika Serikat (AS). Sedangkan di Eropa terjadi saling salip antara lima negara.
Episentrum bertambah lagi ketika Brasil (Amerika Selatan) melaporkan kasus yang banyak. Sedangkan di Asia kasus terbanyak terdeteksi di Iran dan India. Belakangan India malah menyodok ke peringkat ke-4 dunia.
Beberapa negara yang jadi episentrum Covid-19 ternyata pemerintahnya anggap remeh terhadap ancaman pandemi corona. Presiden AS, Donald Trump, misalnya, mengatakan virus corona tidak akan bisa masuk ke negaranya (11 Maret 2020). Padahal, waktu itu sudah banyak kasus Covid-19 yang terdeteksi. Sekarang AS ada di puncak pandemi dengan 2.162.144 kasus.
Begitu pula dengan Rusia. Presiden Vladimir Putin sesumbar negaranya bisa menghadang penyebaran virus corona. Tapi, sekarang Rusia di peringkat ke-3 dunia dengan jumlah kasus 528.964.
Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, juga anggap enteng dengan mengatakan virus corona sebagai ‘flu ringan’. Dia memecat menteri kesehatan karena menerapkan lockdown. Presiden Jair memenuhi tuntutan pendukungnya dengan membuka lockdown. Sekarang Brasil di peringkat ke-2 dunia dengan jumlah kasus 867.882.
Yang jadi fenomena adalah Singapura. Negara pulau itu semula dianggap sebagai contoh negara yang bisa tanggulangi Covid-19 karena deteksi kasus yang kecil dan kematian yang sedikit. Selain itu negeri ini ada di peringkat pertama sebagai negara tersehat di dunia.
Sedangkan Indonesia semula juga ada menteri yang anggap remeh dengan komentar-komentar nyeleneh menyepelekan virus corona. Dengan doa corona terbang dari Indonesia. Nasi kucing tangkal corona. Corona susah masuk karena izinnya berbelit-belit, dll. Sekarang Indonesia melaporkan 38.277 kasus dan bertengger di peringkat ke-31 dunia. []