Jakarta – Sesumbar Presiden Brasil, Jaro Bolsonaro, yang mengatakan virus corona baru (Covid-19) tidak lebih buruk daripada virus flu ternyata jadi ‘senjata makan tuan’. Sampai awal April 2020 kasus positif Covid-19 di Brasil bertambah dengan landai. Tapi, mulai akhir April 2020 kasus baru Covid-19 di Brasil bertambah dengan jumlah yang banyak sampai akhirnya tanggal 31 Mei 2020 pukul 19.20 WIB situs independen worldometer melaporkan kasus Covid-19 di Brasil sebanyak 501.985 dengan 28.872 kematian dan 205.371 sembuh.
Kasus Amerika Serikat (AS), Brasil, Rusia dan beberapa negara lain dengan kasus yang kecil atau sedikit di awal pandemi perlu jadi perhatian negara-negara lain yang juga menganggap remeh pandemi Covid-19 yang ditandai dengan pernyataan pemimpin dan tokoh-tokoh di negara tsb. Pandemi belum menunjukkan gejala akan berhenti karena tidak ada vaksin.
Epidemi dan pandemi penyakit hanya bisa dikendalikan dengan vaksin. Ketika vaksin tidak ada, seperti kasus Covid-19, maka yang bisa dilakukan adalah mencegah penyebaran virus yang meluas di masyarakat, seperti lockdown, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), dan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Celakanya, banyak negara yang tidak menerapkan ‘vaksin sosial’, al. karena kasus di awal pandemi hanya sedikit. Seperti yang terjadi di Brasil sampai 5 Mei 2020 kasus sedikit dan landai. Pada akhirnya penyebaran Covid-19 terus terjadi yang berujung pada jumlah kasus yang menembus angka 500.000.
Dengan jumlah ini Brasil bertahan di peringkat ke-2 dunia di belakang AS dengan 1.817.409 kasus 105.575 kematian dan 535.238 sembuh. Presiden AS, Donald Trump, juga sesumbar virus tidak akan bisa masuk ke negaranya. Akhirnya kasus Covid-19 di AS mendekat angka 2 juta dengan kematian lebih dari 100.000.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, pun ketika kasus di Negeri Beruang Merah itu sedikit dan landai juga sesumbar dengan mengatakan negaranya bisa menahan laju penyebaran corona. Tapi, sekarang Rusia di peringkat ke-3 dunia dengan kasus dekati 500.000 yaitu 405.843 kasus 4.693 kematian dan 171.883 sembuh.
Semula banyak kalangan yang memperkirakan episentrum Covid-19 akan bertahan di China dan bergeser ke Korea Selatan. Tapi, perjalanan pandemi corona secara global berkata lain. Episentrum semula bergeser ke Eropa yaitu Italia yang disusul Spanyol, Rusia dan negara lain. Di Asia episentrum Covid-19 ada di India dan Iran. Selanjutnya Covid-19 menyeberang ke Amerika Latin dengan pusat episentrum di Brasil.
Indonesia juga perlu mawas diri karena jumlah kasus yang sedikit dan landai (26.473) dijadikan patokan untuk melonggarkan ‘vaksin sosial’, padahal itu terjadi karena jumlah tes Covid-19 yang sangat kecil. Pemerintah Indonesia menggembar-gemborkan new normal sebagai tatanan hidup baru di tengah pandemi corona dengan membuka aktivitas ekonomi dan angkutan umum secara terbatas yang juga cenderung diskriminatif. []