Jakarta - Skema pendistribusian vaksin global telah memasok vaksin Covid-19 ke 144 negara sejak Februari 2021. Namun, ketidaksetaraan pasokan vaksin tetap tinggi, dengan 40% populasi dunia belum menerima satu suntikan pun.
Skema pasokan vaksin global COVAX yang dipimpin PBB telah mengirimkan satu miliar dosis vaksin Covid-19. Program COVAX didirikan pada tahun 2020 untuk memastikan akses global terhadap vaksin virus corona, terutama ke negara-negara miskin.
Program ini didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO), aliansi vaksin Gavi, dan Koalisi Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI).
Seorang staf UNICEF memeriksa kotak-kotak vaksin Moderna yang disumbangkan pemerintah AS melalui fasilitas COVAX di bandara Nairobi, Kenya (Foto: Dok/voaindonesia.com/AP)
1. Sebuah 'tonggak penting'
"COVAX telah mengirimkan dosis pertama vaksin Covid-19 ke 144 negara & wilayah di seluruh dunia," tulis kepala eksekutif Gavi Seth Berkley di Twitter. "Ini adalah tonggak penting dalam peluncuran vaksin global terbesar dan tercepat dalam sejarah."
“Pesawat yang membawa kiriman dengan dosis satu miliar itu tiba di Kigali, Rwanda pada Sabtu, 15 Januari 2022, malam,” kata Berkley.
"Saya merasa bangga tetapi juga rendah hati mengetahui seberapa jauh kita harus pergi untuk melindungi semua orang dan memecahkan ketidakadilan vaksin," cuitnya.
COVAX mulai mengirimkan vaksin pada Februari 2021, dengan dosis pertama mencapai Ghana. Sejak saat itu, COVAX telah memasok vaksin ke 144 negara dan telah menerima sumbangan lebih dari 10 miliar dolar AS (Rp143 triliun).
2. Pengiriman vaksin di bawah target
Namun, pasokan vaksin ke negara-negara berpenghasilan rendah masih tetap terbatas setelah dosis awalnya tersedia pada Desember 2020.
Ini karena mereka dipaksa untuk bersaing dengan negara-negara kaya yang membeli suntikan dari pembuat vaksin dengan harga premium dan menimbunnya. Banyak negara bahkan membatasi ekspor vaksin.
Tetapi pengiriman telah meningkat secara eksponensial pada kuartal terakhir, kata Gavi.
Namun, program tersebut jauh dari rencana awalnya untuk memberikan dua miliar dosis pada akhir tahun 2021.
Rencana COVAX juga hanya memasok vaksin yang diperoleh langsung oleh program dengan menggunakan dana para donatur. Namun, dari satu miliar dosis, sekitar sepertiganya disumbangkan oleh negara-negara kaya.
Perubahan strategi ini menyebabkan penundaan karena beberapa donor meminta agar suntikan dikirim ke negara-negara yang mereka pilih.

3. Ketidaksetaraan vaksin tetap tinggi
Terlepas dari tonggak satu miliar, sebagian besar penduduk di negara-negara miskin tetap belum divaksinasi.
Sekitar 67% dari populasi di negara-negara kaya telah divaksinasi dibandingkan dengan hanya 5% di negara-negara miskin, menurut data WHO. Bahkan, lebih dari 40% populasi dunia belum menerima dosis tunggal.
Direjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, pada Kamis, 13 Januari 2022, menunjukkan bahwa lebih dari 85% orang di Afrika belum menerima dosis tunggal [pkp/ha (AFP, Reuters)]/dw.com/id. []
COVAX Minta Agar Kesenjangan Vaksin Covid-19 Tidak Kian Lebar
Dirjen WHO Ingatkan Negara-negara Kaya Jangan Hambat COVAX
COVAX Kirimkan Vaksin Virus Corona Pertama ke Ghana
Indonesia Termasuk Negara Penerima Vaksin Bantuan AS