Jakarta - Pelaku usaha industri pembiayaan menyambut baik inisiasi pemerintah dalam memberikan relaksasi (kelonggaran) kredit kepada usaha kecil dan pekerja informal yang sedang menjalankan angsuran atau cicilan motor, yang terkena dampak virus corona Covid-19.
Presiden Direktur PT Federal International Finance (FIF Group), Margono Tanuwijaya mengatakan pihaknya memang tengah menanti stimulus pemerintah guna menjaga stabilitas industri jasa keuangan nonbank khususnya sektor pembiayaan.
“Kami menanggapinya secara positif karena memang dengan kondisi saat ini pasti ada beberapa segmen konsumen yang penghasilannya turun,” ujarnya kepada Tagar di Jakarta, Selasa 24 Maret 2020.
Baca Juga: Jokowi Beri Kelonggaran Cicilan Kredit Pekerja Harian 1 Tahun
Tentu yang sangat kami nantikan adalah implementasi detailnya seperti apa?
Margono menambahkan, pemerintah mesti menterjemahkan secara detail mengenai mekanisme pelonggaran pembayaran angsuran nasabah. Pasalnya, termin acuan yang disebutkan mempunyai rentang yang tergolong cukup panjang, yakni selama satu tahun.
“Tentu yang sangat kami nantikan adalah implementasi detailnya seperti apa. Ini perlu dibuat agar relaksasi yang diberikan benar-benar tepat ke segmen yang dituju,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut, bos leasing itu mengungkapkan pula bahwa Covid-19 sudah mulai mengganggu kinerja perseroan. Setidaknya hal tersebut nampak pada capaian pada Februari 2020. Margono mengaku, rasio pembiayaan bermasalah (non-performing financing/NPF) perseroan telah melebar sebesar 0,2 persen.
“Untuk Maret ini kami belum tahu sampai sejauh mana pengaruhnya karena memang belum closing,” tutur Margono.
FIF memperkuat mitigasi risiko
Guna mengantisipasi makin tertekannya kinerja keuangan, FIF saat ini tengah melakukan beberapa langkah srategis, seperti memperkuat mitigasi risiko dan lebih selektif dalam memilih calon nasabah. Kemudian, diupayakan pula pengaturan arus kas perusahaan agar tetap dalam kodisi yang terjaga. Salah satu divisi yang masuk radar Margono adalah departemen penjualan.
“Kalau saat ini pasti dari sisi cost marketing kita pangkas dulu. Sebab, jika Covid-19 ini berkepanjangan pasti sales kami turun karena daya beli juga turun, jadi marketing expense sementara ditiadakan termasuk juga perjalanan dinas,” ucap Margono.
Sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan kelonggaran kredit bagi usaha kecil dan pekerja informal yang sedang menjalankan angsuran, termasuk ojek online atau ojol. Hal itu dia sampaikan kepada 34 gubernur dalam pengarahan penanggulangan pandemi virus corona jenis baru atau Covid-19 melalui telekonferensi di Istana Merdeka, Jakarta.
Jadi, para pekerja harian, kata dia tak perlu cemas dengan masalah cicilan kendaraannya."Saya kira ini juga perlu disampaikan kepada mereka untuk tidak perlu khawatir, karena pembayaran bunga dan angsuran diberikan kelonggaran atau relaksasi selama satu tahun," tuturnya.
Untuk diketahui, pada Jumat, 20 Maret 2020 lalu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto baru saja merilis strategi penguatan ekonomi terbaru berupa elaksasi pembayaran kredit kendaraan bermotor roda dua. Adapun, kebijakan yang diambil berupa pelonggaran ketentuan penghitungan kolektibilitas atau klasifikasi keadaan pembayaran kredit motor (terutama untuk ojek online) selama satu tahun.
“Tidak diperkenankan bagi perusahaan leasing non-bank untuk menggunakan jasa penagihan atau debt collector yang menimbulkan keresahan bagi masyarakat, terutama ojek online,” ujar Airlangga dalam teleconference di Jakarta pakan lalu.
Simak Pula: Imbas Corona Cicilan Motor Diberi Keringanan Setahun
Sementara itu dari sisi kinerja, FIF Group membukukan penyaluran pembiayaan sekitar Rp 40 triliun pada sepanjang 2019 silam. Torehan itu tercatat tumbuh 9 persen dibandingkan dengan periode yang sama 2018 dengan total pembiayaan sebesar Rp 36 triliun.
Meningkatnya penyaluran pembiayaan itu turut menopang pendapatan perusahaan yang naik 5,4 persen menjadi Rp 9,9 triliun dari posisi sebelumnya Rp 9,4 triliun pada 2018 lalu. Alhasil, terjadi lonjakan laba bersih FIF Group pada sepanjang tahun lalu sebesar 10,8 persen menjadi Rp 2,5 triliun. Adapun, laba bersih perseroan pada tutup buka 2018 adalah sebesar Rp 2,3 triliun.[]