Cerita Seram Batu Unu di Pelabuhan Bantaeng

Bebatuan gunung berwarna hitam yang seolah berserakan di tengah lautan itu, orang-orang menyebutnya Batu Unu. Banyak misteri di baliknya.
Tumpukan Batu Unu\' di sisi kanan pelabuhan di Desa Bonto Jai, Kecamatan Bissappu, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, Selasa, 25 Februari 2020. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

Bantaeng - Langit jingga mewarnai sisi selatan Pelabuhan Bantaeng yang berbatas dengan laut Flores. Bias-bias cahaya di lautan membuat pantulan warna perak dan mengkilap. Tak kurang dari 10 pasang pemuda-pemudi menanti detik-detik hilangnya cahaya matahari yang tenggelam di sana. Waktu kira-kira masih sekitar pukul 5 sore, Selasa, 25 Februari 2020.

Pelabuhan yang berada di Desa Bonto Jai, Kecamatan Bissappu, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, ini memang senantiasa ramai kala senja tiba. Hampir setiap saat pula ditongkrongi mereka yang hobi memancing ikan. Apalagi di bagian ujung pelabuhan, konon di sana adalah spot yang paling diincar pemancing.

Angin laut berembus membelai-belai, riak ombak ujungnya seperti jemari kecil yang berusaha menggapai-gapai dinding karang. Kawanan burung terbang beramai-ramai menuju sarang. Lautan menguarkan aroma khas. Sejauh mata memandang, biru laut begitu indah menenangkan.

Di pelabuhan, pandangan akan bertemu pada tumpukan batu berjarak kurang lebih 10 meter dari ujungnya. Tumpukan kecil di sisi kiri pelabuhan, serta tumpukan yang tiga kali lebih banyak di sisi kanannya. Bukan batu karang, tapi bebatuan gunung berwarna hitam yang seolah berserakan di tengah lautan. Orang menyebutnya Batu Unu'.

Tiba-tiba seperti ada pusaran air di bawah laut, pancingan tertarik kuat sekali padahal di atasnya air tenang-tenang saja.

Batu UnuTumpukan Batu Unu\' di sisi kiri pelabuhan, yang dipisah sewaktu pengerjaan pelabuhan di Desa Bonto Jai, Kecamatan Bissappu, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, Selasa, 25 Februari 2020. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

Ada banyak cerita tentang Batu Unu' yang jadi buah bibir di mana-mana. Konon ada banyak misteri yang tersimpan di balik diamnya tumpukan bebatuan hitam di sana. Ada yang mengatakan bebatuan tersebut memiliki saudara, ada di Gunung Bawakaraeng, ada pula di Kelurahan Campaga. Di sana saudaranya disebut masyarakat setempat dengan Batu Ejayya atau batu yang berwarna merah.

Batu Unu' tak pernah tenggelam meskipun air sedang pasang, kata Mukhlis, 30 tahun, seorang pemancing. Mukhlis tinggal di dekat pelabuhan, menjadi nelayan sejak masih lajang, bahkan sewaktu tempat itu belum dijadikan pelabuhan.

Mukhlis menjadi saksi kejadian penuh misteri saat pembangunan pelabuhan. Tepatnya saat lebih dari satu ekskavator rusak. Mobil dengan komponen yang biasanya mengangkut benda berat tersebut kesulitan saat berusaha memindahkan gundukan bebatuan yang akan menjadi lintasan pelabuhan. Semakin dipaksa, mesin ekskavator akan bermasalah. Suasana semakin parah karena ombak besar tiba-tiba menerpa. Akibatnya proses pekerjaan terhambat hingga melibatkan campur tangan paranormal.

Batu UnuPerahu nelayan Desa Bonto Jai yang tertambat di sekitar pelabuhan di Desa Bonto Jai, Kecamatan Bissappu, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, Selasa, 25 Februari 2020. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

"Setelah dipotongkan Tedong Bonga baru bisa rampung dikerjakan," kata Mukhlis sembari berusaha mengingat-ingat kejadian lebih dari 10 tahun lalu itu. Tedong Bonga adalah bahasa lokal dari Kerbau Belang, kerbau dengan warna kulit cokelat tua bercorak putih.

Menurut mata gaib, dalam dunia tak kasat mata, pada tumpukan Batu Unu' tersebut adalah sebuah masjid yang begitu besar dan megah. Tak sedikit pula orang yang mengkeramatkannya. Baik warga setempat maupun orang-orang dari luar Kabupaten Bantaeng. Banyak yang datang karena mengaku mendapat petunjuk lewat alam mimpi, ada juga yang mendengar dari cerita orang-orang.

Biasanya dengan nazar tertentu mereka datang membawa sesajian di atas tampah berisi beragam jenis makanan. Tampah tersebut dilarung di laut sekitar Batu Unu'. Kadang mereka yang datang meminta kemakmuran, ada pula sebagai wujud syukur atas keberhasilan mereka meraih sesuatu yang lama dicita-citakan. Beberapa warga desa Bonto Jai juga ada yang memiliki kepercayaan demikian. Setelah hajatan biasanya mereka membuat sebuah rakit kecil yang dibiarkan mengapung di sekitar Batu Unu' dengan seekor ayam yang sengaja disimpan di atas rakit.

Batu UnuPengunjung berswafoto dengan latar Batu Unu\' di pelabuhan di Desa Bonto Jai, Kecamatan Bissappu, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, Selasa, 25 Februari 2020. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

Cerita lain yang dikisahkan Mukhlis adalah tentang seseorang yang meninggal di sana. Katanya, orang tersebut adalah nelayan yang dikenal pemberani, tidak takut apa pun. Ia bahkan sering berinteraksi dengan makhluk-makhluk gaib yang senantiasa mengusik orang-orang di sekitarnya. Suatu sore ia menantang penunggu Batu Unu'. Malam hari ia bertolak ke laut untuk mencari ikan. Keesokan harinya ia ditemukan warga dalam keadaan sekujur tubuh membiru di atas perahu miliknya, tak jauh dari tumpukan Batu Unu'.

Ikbal, 26 tahun, warga setempat lain, juga memberikan kesaksian tentang Batu Unu'. Ia sering merasakan suasana mistis yang kuat saat memancing bersama rekan-rekannya di sana. Ia tak pernah berani memancing dengan jarak sangat dekat dengan tumpukan Batu Unu'. 

Ia memang tak pernah diperlihatkan sosok-sosok misterius atau menyeramkan secara langsung. Namun, ia tahu betul sensasi yang dirasakan pertama kali memancing di sana. Waktu itu, ia pemancing pemula yang tak paham situasi tempatnya melakukan hobi.

"Waktu itu ombak besar sekali datang, tapi di bagian itu saja yang ada bebatuan. Pernah juga tiba-tiba seperti ada pusaran air di bawah laut, pancingan tertarik kuat sekali padahal di atasnya air tenang-tenang saja," kenangnya.

Begitulah, cerita-cerita berlalu lalang. Walau ramai dan berbau seram, namun tak juga membuat tempat itu sepi dari pengunjung. Pelabuhan yang berada tak jauh dari batas kota kabupaten ini justru sering menjadi destinasi berswafoto bagi mereka yang melintas di bumi Butta Toa. Bahkan, tak jarang mereka sengaja mengabadikan dengan berpose di pelabuhan dengan latar Batu Unu'.

Waktu semakin sore, langit senja yang jingga mulai memudar. Berganti gelap yang perlahan mengantar bulan ke singgasana. Nelayan desa Bonto Jai berlalu lalang. Angin malam begitu dingin, namun ombak yang tak pernah tenang terus beriak. Membelai Batu Unu' yang hitam dan diam. []

Baca cerita lain:

Berita terkait
Menyapa Eloknya Mamuju dari Puncak Anjoro Pitu
Embus angin siang itu cukup kencang, menggoyangkan dahan dan dedaunan di Bukit Anjoro Pitu, Mamuju, Sulawesi Barat.
Luka Dalam Teramat Dalam di Singkil Aceh
Usai salat, pria itu menangis dan tertawa, kadang tersenyum lebar tiba-tiba meneteskan air mata. Luka dalam seorang pria di Singkil Aceh.
Hari Terburuk Benni Kehilangan 5 Anggota Keluarga di Makassar
Lima peti jenazah berjejer rapi di dalam ruangan di rumah duka di Makassar. Kain satin putih melapisi peti-peti tersebut.
0
DPR Terbuka Menampung Kritik dan Saran untuk RKUHP
Arsul Sani mengungkapkan, RUU KUHP merupakan inisiatif Pemerintah. Karena itu, sesuai mekanisme pembentukan undang-undang.