Cerita Keanehan Pak De Penjual Es Terduga Teroris

Warga sekitar Perumahan Grand Doyo Sentani tidak banyak tahu tentang Pak De yang selama ini begitu tertutup dengan tetangga sekitar.
Tim Gegana dan Antiteror Polda Papua mengamankan sejumlah barang bukti yang merupakan bahan peledak di salah satu rumah toko terduga teroris di Sentani, Kabupaten Jayapura, Kamis 5 Desember 2019. (Foto: Tagar/Istimewa)

Jayapura – Warga sekitar Perumahan Grand Doyo Sentani dikagetkan kehadiran Tim Gegana dan Densus 88 Antiteror yang mendatangi rumah pojok di jalur sembilan komplek itu, Kamis 5 Desember 2019.

Para warga selama ini tak menyangka jika penghuni rumah itu adalah terduga jaringan teroris. Pak De, sebutan akrab penghuni rumah yang diperkirakan berusia 35 tahun itu selama ini dikenal sebagai penjual keliling es ketan hitam. Namun, umumnya warga mengakui jika pria tersebut dikenal tertutup.

Tak ada satu pun warga yang mengetahui aktivitas Pak De dan anggota keluarganya ketika polisi yang dilengkapi safety fest, melakukan penangkapan. Mereka hanya menyaksikan polisi membawa keluar sejumlah benda dalam bungkusan plastik dari dalam rumah yang dipasang police line itu.

Dia cukup tertutup kepada orang dewasa.

“Kami sama-sama tinggal di jalur sembilan komplek ini. Setahu saya selama ini Pak De itu hanya penjual keliling es ketan hitam dan kacang merah, tapi kami tidak tahu nama aslinya. Hanya nama anaknya Salsa aja yang tetangga tahu,” kata Nicolaus Ruruk, salah satu tetangga terduga teroris itu kepada wartawan di Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Jumat 6 Desember 2019.

Sepengetahuan Nicolaus, pria yang ditangkap Tim Antiteror itu sangat akrab dengan anak-anak. Ia kerap mengajak anak-anak bermain, dan dikenal ramah. Namun sosialisasi dengan orang dewasa di komplek itu terkesan jarang sekali. Pak De dikenal tertutup.

“Dia cukup tertutup kepada orang dewasa, paling hanya tegur sapa kalau ketemu di jalan, lalu langsung masuk ke rumahnya. Rumanya pun jarang sekali terbuka,” katanya.

Nicolaus menuturkan jika dirinya pernah beberapa kali melihat Pak De menerima tamu saat hendak memasuki kontrakannya. Tamu itu merupakan sesama rekan penjual makanan. Sementara, warga dan tetangganya jarang menyambangi rumah Pak De, lantaran rumah itu selalu ditutup.

“Dia menerima tamu dari sesama penjual es, bakso, penjahit sepatu, dan penjual ayam. Mereka biasa datang di pagi dan malam hari,” tambah Nicolaus.

Teroris PapuaTim Gegana dan Antiteror Polda Papua mengamankan sejumlah barang bukti yang merupakan bahan peledak di salah satu rumah toko terduga teroris di Sentani, Kabupaten Jayapura, Kamis 5 Desember 2019, malam. (Foto: Tagar/Istimewa)

Pak De itu tidak pernah bergaul. Tidak pernah keluar (rumah).

Ketua RT setempat, Andy Trikora menyebut pria tersebut berinisial KW, sebagaimana pemberitahuan warga kepadanya. Sehari-hari KW berjualan es kacang merah dan es ketan hitam keliling.

"Pak De itu tidak pernah bergaul. Tidak pernah keluar (rumah). Kemarin ada dua keluarga di rumah itu, sekarang tinggal dia sendiri," kata Andy seraya mengaku kaget, lantaran tak menyangka jika pria yang ditangkap itu merupakan jaringan terduga teroris.

Meski baru sekitar setahun tinggal di perumahan itu, akan tetapi pria tersebut sama sekali tak pernah melaporkan dirinya kepada Ketua RT setempat.

"Kalau ada apa-apa (kegiatan warga), kami ke sana, tapi rumahnya tidak pernah terbuka. Selama ini kami hanya lihat (penangkapan teroris) di TV, namun sekarang kami lihat nyata di komplek ini," kata Andy.

Sebelum ditangkap, warga menyebut Pak De tinggal bersama istri dan anaknya. Istrinya membuka jasa jahitan baju. Bahkan tetangganya menyebut tak ada yang aneh dari Pak De sekeluarga.

“Dulu saya sering ke rumahnya untuk permak baju dan potong celana jeans,” kata Ibu Ina, warga lainnya di jalur sembilan Perumahan Grand Doyo, Sentani.

Tetapi di saat perayaan Idul Fitri, ketika Ibu Ina dan keluarganya hendak bersilaturahmi ke kediaman Pak De, malah keluarga ini menutup rapat pintu rumahnya. “Padahal kami mau kasih ucapan selamat sebagai tetangga dekat, tetapi pintu pagar tertutup, tapi orangnya ada di dalam rumah. Jadinya kita tidak ke sana,” akunya.

Berbeda sedikit dari apa yang dirasakan Nicolaus, Andy dan Ibu Ina. Ance, warga yang tinggal bersebelahan dengan Pak De melihat keanehan perilaku terduga teroris itu, sejak Juli 2019 lalu.

“Dia kelihatan gelisah dan susah tidur, tiap malam mondar-mandir di depan rumah. Kadang duduk berpindah-pindah tak menentu. Saya pernah pulang pukul dua pagi, malah om (Pak De) masih duduk sendiri di luar,” kata Ance.

Bahkan, Ance menangkap kesan kalau Pak De dan keluarganya selalu waspada. Hal ini Ia rasakan ketika sedang menitip motornya di rumah Pak De, lantaran pagar rumah Ance belum dipasang.

“Pernah saya titip motor di rumahnya karena rumah kami belum dipagari, ketika itu banyak kasus pencurian motor. Saat saya masuk, mereka cepat-cepat tutup pintu dan bilang; iya.. taruh saja motornya. Saya heran, apa karena merasakan sesuatu dari saya hingga mereka takut,” ujarnya.

Dia kelihatan gelisah dan susah tidur, tiap malam mondar-mandir.

Tak hanya Ance, keanehan yang sama juga dirasakan Ibu Sony Trikora, istri dari Ketua RT setempat. Pasalnya, Pak De yang pernah sebagai Guru mengaji di komplek itu malah melarang kebiasaan beribadah kepada anak-anak. Misalnya, tidak boleh memperingati Maulid.

“Anak saya bilang, Mama kenapa guru ngaji bilang tidak boleh memperingati Maulid. Saya bilang, tak usah didengar Nak. Dengar Mama dan Bapak saja,” kata Ibu Sony. “Sudah banyak orangtua yang melarang anaknya mengaji di Pak De,” tuturnya.

Teroris PapuaNampak anggota polisi dengan anjing pelacaknya saat hendak menggeledah salah satu rumah toko yang diduga tempat penyimpanan bahan peledak oleh terduga teroris di Sentani, Kabupaten Jayapura, Kamis 5 Desember 2019, sore. (Foto: Tagar/Istimewa)

Dikabarkan sebelumnya, Tim Gegana Polda Papua dan Polres Jayapura menangkap seorang terduga teroris di Perumahan Grand Doyo Sentani, Distrik Waibu di Kabupaten Jayapura, Papua, Kamis 5 Desember 2019.

Selain menangkap terduga teroris itu, polisi juga menggeledah tiga lokasi berbeda. Sejumlah barang bukti yang diduga bahan peledak berhasil diamankan dalam penggeledahan yang berlangsung sejak siang hingga malam.

Kapolres Jayapura, Ajun Komisaris Besar Pol Victor Dean Mackbon usai memantau olah tempat kejadian perkara (TKP), Kamis 5 Desember 2019 malam, menjelaskan penggeledahan di lokasi pertama yakni rumah sewa terduga di Jalur 9 Blok A, Perumahan Grand Doyo. Lokasi kedua yang digeladah adalah sebuah ruko di samping SPBU Doyo Baru, dan lokasi ketiga yakni area sekitar pinggiran jalan raya Sentani-Doyo Baru, tepat di depan gerbang masuk perumahan tempat tinggal terduga teroris.

Mama kenapa guru ngaji bilang tidak boleh memperingati Maulid.

Namun Mackbon belum dapat memberikan informasi lebih detail terkait berapa orang yang ditangkap, jaringan kelompoknya, serta jenis dan jumlah barang bukti yang ditemukan dari tiga alamat berbeda tersebut.

"Barang bukti atau hasil penyidikan itu semuanya sama tim Densus Mabes (Polri). Untuk yang diamankan kami belum bisa memberikan informasi terkait inisial atau berapa orang, tapi yang kami lakukan adalah kewajiban kami mengamankan TKP. Terduga dari mana kami belum tahu juga. Untuk barang bukti yang diamankan kami juga tidak tahu, tetapi ada barang bukti yang diamankan di tiga lokasi tersebut," kata Mackbon.

Pantauan wartawan di Sentani, Kamis malam, dua bunyi ledakan terdengar saat Tim Penjinak Bom (Jibom) melakukan penggeledahan di TKP ketiga yang diduga merupakan tempat tinggal terduga teroris itu. []

Baca juga cerita lain: 

Berita terkait
Dampak Tumpahan Merkuri di Teluk Basamuk ke Jayapura
Limbah merkuri tumpah di perairan teluk Basamuk, Papua New Guinea. KBRI Port Moresby memantau dampaknya ke wilayah perbatasan di Jayapura.
Tersangka Kerusuhan Jayapura Diserahkan ke Kejati Papua
Polda Papua menyerahkan 27 tersangka kerusuhan Jayapura ke Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan Tinggi (Kejati) Papua.
291 Pengungsi Wamena di Sentani Jayapura Dipulangkan
Sebanyak 291 pengungsi asal Wamena yang mengungsi ke Sentani Jayapura kembali ke Wamena, Jumat 1 November 2019.
0
Gempa di Afghanistan Akibatkan 1.000 Orang Lebih Tewas
Gempa kuat di kawasan pegunungan di bagian tenggara Afghanistan telah menewaskan lebih dari 1.000 orang dan mencederai ratusan lainnya