Cerita Bocah Peracik Pupuk Organik Cair di Bulukumba

Seorang anak remaja berusia 14 tahun di Kabupaten Bulukumba mampu meracik pupuk organik cair hanya berbekal menonton video di YouTube.
Muhammad Iswan alias Jokowi, anggota komunitas Kebun Bersama yang mahir membuat pupuk organik cair. (Foto: Tagar/Dok Kebun Bersama)

Bulukumba - Rambut Muhammad Iswan, remaja berusia 14 tahun itu terlihat pirang akibat terlalu sering terkena sinar matahari. Kulitnya pun terkesan gelap karena hal yang sama. Tapi raut wajahnya terihat ceria,

Siang itu Muhammad Iswan mengenakan kaus oblong berwarna merah. Tangan kecilnya menggenggam alat penyemprot pupuk cair. Dengan bibir tersungging tawa kecil, dia menyiram beberapa tanaman yang ada.

Muhammad Iswan memang sering berada di sawah dan hobi berkebun. Tidak heran jika kulitnya hangus terpapar matahari dan rambutnya menjadi tidak hitam berkilau.

Sejak kelas IV sekolah dasar (SD), Muhammad Iswan akrab disapa dengan panggilan Jokowi, tapi dia sendiri tidak tahu apa penyebabnya.

Saat anak-anak seusianya masih canggung menggunakan beragam alat pertanian, Muhammad Iswan dengan lincah dapat menggunakannya. Pupuk dan alat penyemprotnya pun seperti menjadi teman bermainnya.

Bahkan di usianya yang sebagian orang menganggap masih terlalu hijau, Iswan sudah mampu memilih bahan dan meracik pupuk organik sendiri.

Selain sering menghabiskan waktu untuk berkebun dan bertani di sawah, Iswan masih sering bermain bersama teman-teman sebayanya di desa tempatnya tinggal, yakni Desa Bontosunggu Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Cerita Bocah Pembuat Pupuk di Bulukumba 2

Muhammad Iswan, 14 tahun, memupuk tanaman di areal Kebun Bersama menggunakan pupuk organik cair buatannya. (Foto: Tagar/Dok Kebun Bersama)

Di desa itu Iswan tinggal bersama nenek dan tantenya, sedangkan orang tua dan tiga saudaranya menetap di perantauan, di Pulau Kalimantan.

Siswa kelas VII pada salah satu madrasah tsanawiyah di Bulukumba ini mengaku hobinya berkebun sudah ada sejak dirinya masih kecil, yang terbawa hingga saat ini. Padahal kedua orang tuanya bukan berprofesi sebagai petani.

Cita-cita dan Hobi yang Sama

Mungkin sebagian anak desa enggan bercita-cita menjadi petani, meski sawah dan ladang masih cukup luas di sana. Apalagi remaja seusia Iswan, yang biasanya bercita-cita untuk bekerja di kota.

Tapi tidak bagi Iswan. Meski kedua orang tuanya bekerja sebagai nelayan empang, Iswan memiliki angan-angan untuk menjadi petani saat sudah dewasa kelak, namun bukan petani sembarangan. Iswan ingin mejadi petani yang mampu mengombinasikan teknologi untuk tanaman, tanpa merusak alamnya.

Cita-cita itu tidak aneh, sebab meski masih berusia muda, Iswan sering bergaul dengan orang yang lebih dewasa, bahkan dengan orang-orang yang usianya terpaut hingga puluhan tahun.

Iswan tergabung dalam satu komunitas di desanya, yang bernama Kebun Bersama (KB). Mayoritas anggota komunitas tersebut adalah orang dewasa, yang secara pengetahuan dan pengalaman, jauh di atas Iswan. Itulah sebabnya cara Iswan berpikir tentang pertanian menjadi lebih dewasa daripada anak seusianya.

Kebun Bersama adalah wadah yang diinisiasi pemuda desa setempat, sebagai tempat belajar pertanian alami. Mereka membentuk komunitas itu beberapa saat setelah pandemi Covid-19 melanda Indonesia, tepatnya pada Mei 2020.

Komunitas itu dibentuk dengan pertimbangan banyak pemuda yang tidak memiliki aktivitas akibat pandemi.

Dalam komunitas itu, para pemuda tak jarang meminjamkan ponsel mereka pada Iswan, agar dia belajar menggunakan aplikasi yang ada, salah satunya adalah belajar dengan cara menonton video di YouTube.

Salah satu hasil dari menonton video di YouTube dan belajar di komunitas Kebun Bersama adalah Iswan dengan fasih mencampur bahan-bahan pupuk organik cair.

"Campuran tanah humus, sekam mentah, sekam bakar, pupuk kandang sama kompos. Kemudian difermentasi pake larutan EM4 (bakteri Genus Lactobasilus dan bakteri Saccromices)," jelas Jokowi, Rabu, 19 Agustus 2020.

Pupuk cair racikannya sering digunakan sendiri untuk menyemprot bunga-bunga dan sayur yang ditanam di areal Kebun Bersama.

Bukan hanya membuat pupuk organik cair. Iswan juga lihai dalam memroduksi media tanam berbahan arang dan sekam. Bahkan media tanam buatannya sudah laku dijual seharga Rp15 ribu per tiga kilogram.

Dalam sehari Iswan mampu menghasilkan delapan media tanam dan tiga paket sekam bakar.

Arang sekam dijualnya seharga Rp10 ribu rupiah per dua kilogram. Setiap pekannya Iswan mampu memperoleh omzet hingga sekitar Rp700 ribu.

Rencana Buat Konten YouTube

Kemampuan Iswan dalam bercocok tanam dan memroduksi pupuk cair serta media tanam dinilai akan lebih bermanfaat jika disebarluaskan dan diajarkan pada orang lain, agar keterampilannya tersebut bisa ditiru dan dilakukan oleh orang lain yang membutuhkan.

Cerita Bocah Pembuat Pupuk di Bulukumba 3Areal Kebun Bersama yang ditanami sayur dan buah dikelola komunitas Kebun Bersama di Desa Bontosunggu, Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba, Sulsel. (Foto: Tagar/Dok Kebun Bersama).

Oleh karena itu, Iswan berencana akan membuat konten YouTube tentang cara bercocok tanam.

"Jokowi anak yang rajin, dalam waktu dekat dia mau bikin channel youtube berkebun organik," ucap Muhammad Harisah alias Gatot, salah satu fasilitator dalam komunitas Kebun Bersama,

Gatot menilai bahwa Iswan atau Jokowi merupakan anak yang tekun dan berbakat. Ketekunannya itu diiringi dengan kedisiplinan saat melakukan sesuatu.

Gatot menambahkan, keahlian Iswan dalam memroduksi pupuk merupakan hal yang sangat bagus dan bermanfaat, terlebih dengan merebaknya isu kelangkaan pupuk di kalangan petani.

Secara pribadi, Gatot berpendapat bahwa pupuk subsidi lambat laun akan dihilangkan. Sehingga pupuk organik yang dirakit sendiri adalah salah satu solusi di tengah semakin langka dan makin mahalnya pupuk subsidi.

Yang jadi soal adalah petani kita secara kebudayaan sudah terlanjur berat meninggalkan pupuk kimia karena persoalan praktis dan mudah digunakan.

"Karenanya, harapan terbesar ada di generasi muda untuk memutus ketergantungan akan penggunaan bahan-bahan kimia yang jelas tidak ramah lingkungan. Harapan besar ada di pundak generasi muda untuk kembali lebih dekat dengan alam," tuturnya.

Saat ini kemampuan Iswan dalam memroduksi pupuk organik cair dan media tanam serta arang sekam sudah tersebar di daerah Bulukumba, termasuk kabar bahwa dia mempelajarinya secara otodidak.

Kabar itu pun sampai di telinga Kepala Unit Tindak PIdana Tertentu (Kanit Tipidter) Satuan Reserse Kriminal (Reskrim) Kepolisian Resor (Polres) Bulukumba, Aipda Ahmad Fathir.

Aipda Ahmad Fathir mengaku tergugah saat mendengar kabar tentang Iswan, terlebih ketika dia mengetahui bahwa Iswan tidak memiliki ponsel sendiri untuk belajar tentang bercocok tanam maupun belajar jarak jauh.

Ahmad Fathir pun rela merogoh kantongnya demi membelikan satu unit ponsel untuk Iswan.

"Saya lihat lewat pemberitaan, adik kita ini (Iswan) punya keterampilan hebat, dan sayang kalau hanya persoalan handphone dia ketinggalan pelajaran sekolah di masa Covid-19 ini,” kata Aipda Ahmad Fatir.

Aipda Ahmad Fatir bahkan sengaja mengundang Jokowi ke Ruang Unit Tipidter Satreskrim Polres Bulukumba untuk bersilaturahmi dengannya sekaligus memberikan langsung ponsel tersebut.

“Harapan saya handphone ini bisa dipakai untuk belajar daring dan update pelajaran sekolah. Selain juga dimanfaatkan untuk lebih mengasah kemampuan Iswan di bidang berkebun,” harapnya. []

Berita terkait
Pucuk Pinus Saksi Refleksi Kemerdekaan di Bantaeng
Puluhan pemuda yang tergabung dalam Aliansi Pemuda Uluere, di Kabupaten Bantaeng, menggelar kegiatan arak bendera di hutan pinus.
Harapan Ayah Korban Perkosaan di Aceh Nyaris Pupus
Sudah hampir dua tahun Amin berjuang mencari keadilan untuk anak gadisnya yang diperkosa oleh kenalan di media sosial.
Bendera 120 Meter di Maros, dari Gunung ke Laut
Sejumlah pemuda di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, membentangkan bendera sepanjang 120 meter di laut. Awalnya bendera akan dibentang di gunung.
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.