Buya Syafii, Tokoh Keberagaman Penyuka Tengkleng Kambing

Buya Syafii Maarif penyuka tengkleng kambing, sudah keluar dari Rumah Sakit Umum Pembina Kesejahteraan Umat Muhammadiyah Yogyakarta.
Buya Syafii Maarif saat dijenguk oleh Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Pratikno, di RSU PKU Muhammadiyah Gamping, Sabtu, 27 Juli 2019. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana).

Yogyakarta - Buya Syafii Maarif mengelus perlahan perut bagian bawah, menunjukkan posisi sakit yang dirasakan kepada Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno.

Meski dokter mengatakan ada batu pada ginjal sebelah kanan, mantan Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah itu masih bisa bercanda saat diwawancarai wartawan, termasuk saat Pratikno memberikan keterangan pers.

Pratikno datang atas perintah Presiden Joko Widodo. Ia diutus menjenguk Buya di Rumah Sakit Umum Pembina Kesejahteraan Umat Muhammadiyah, Gamping, Yogyakarta, Sabtu, 27 Juli 2019.

Ia mengatakan Jokowi mengkhawatirkan kondisi kesehatan Buya. "Apalagi bangsa ini membutuhkan (Buya) sebagai teladan dan pencerahan," kata Pratikno.

"Atau penggelapan?" seloroh Buya menimpali pernyataan Pratikno.

Kerutan di tepian kelopak mata Buya menunjukkan usianya kini tak lagi muda. Namun kerutan dan usia itu tak mengurangi kharisma tokoh nasional bergelar doktor dari Universitas Chicago ini.

Saya termasuk tahan sakit. Pakai kursi roda saya ndak mau. Sakitnya baru Selasa, di kamar mandi keluar darah.

Meski saat ini telah menginjak usia 84 tahun, pria asal Sumpur Kudus, Sawahlunto, Sumatera Barat, ini tergolong kuat melawan rasa sakit yang menggerogoti tubuh rentanya. Padahal, ia didiagnosis terserang kencing bercampur darah.

Namun Buya Syafii enggan memanjakan badannya terduduk pesakitan di kursi roda yang sudah disiapkan oleh pihak rumah sakit. Pria yang lahir pada 31 Mei 1935 ini memilih untuk tetap tegap berdiri, tidak ingin terkujur lemah lunglai.

"Kata dokter, saya termasuk tahan sakit. Pakai kursi roda saya ndak mau. Sakitnya baru Selasa, di kamar mandi keluar darah," kata pendiri Maarif Institute ini.

Didampingi dokter yang menangani penyakitnya, dr Prahara Yuri, Buya Syafii menuturkan, kondisi kesehatannya semakin membaik dari waktu ke waktu.

"Sudah agak normal, kemarin kan sakit sekali di sini," ucapnya dengan suara lembut, sambil mengusap bagian perut yang sakit.

Ingin Lekas Bugar

Hari itu kondisi kesehatan Buya Syafii memang belum pulih betul, namun wajahnya mengisyaratkan sudah tidak kerasan lagi tinggal di tempat ia menjalani rawat inap. 

Secara santun Buya Syafii meminta izin kepada dokter yang merawatnya, agar tetap diperbolehkan menguras keringat, menggowes sepeda seperti yang sehari-hari ia lakukan.

Dalam balutan baju batik berwarna coklat muda, pemilik nama lengkap Ahmad Syafii Maarif ini juga menanyakan ke dokter, apakah sudah diperbolehkan untuk menikmati tengkleng kambing yang ia idamkan.

"Tengkleng, yang enak di Solo, karena tanpa santan," ucapnya terkekeh.

Ternyata bukan hanya Jokowi yang mengkhawatirkan kondisi kesehatan Buya Syafii. Beberapa tokoh nasional seperti GKR Hemas, Koordinator Staf Khusus Presiden Teten Masduki, Mahfud MD, serta putri Gus Dur Alissa Wahid menjenguknya di Jogjakarta.

Buya Syafii MaarifBuya Syafii Maarif bersama dokter di RSU PKU Muhammadiyah Gamping, Sabtu, 27 Juli 2019. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana).

Dalam pertemuan tertutup di sana, Mahfud MD menceritakan, ia bersama Alissa diberikan wejangan oleh Buya Syafii. 

"Ngobrol tentang kesehatan. Kita dinasihati supaya menjaga kesehatan, karena kita yang lebih muda," kata Mahfud MD.

Buya Syafii sempat dirawat di Rumah Sakit Umum Pembina Kesejahteraan Umat Muhammadiyah sejak Selasa, 23 Juli 2019, dan sempat dirujuk pula ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara (RSPAU) Hardjolukito.

Pada Jumat malam, 26 Juli 2019 Buya Syafii menjalani tindakan medis electro shock wave theraphy atau pemecahan batu dengan gelombang kejut, sebanyak 3.596 kali. 

Tengkleng yang enak di Solo karena tanpa santan.

Dokter Prahara Yuri, mengatakan, mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah itu sudah diperbolehkan meninggalkan rumah sakit pada Sabtu, 27 Juli 2019 atau setidaknya hingga Minggu, 28 Juli 2019.

Setelah dilakukan tindakan medis non-operasi ini, tim dokter akan membantu pengeluaran pecahan batunya dengan tindakan medikasi.

"Kalau batunya pecah di bawah 4 atau 3 mili (milimeter), Insya Allah bisa keluar 100 persen dengan terapi medikasi," tuturnya.

Torehan Prestasi Buya Syafii Maarif

Tidak heran mengapa Jokowi sampai mengkhawatirkan kesehatan Buya Syafii. Guru Besar Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ini memang dikenal sebagai tokoh lintas agama yang harum namanya dalam perjuangan menegakkan nilai-nilai toleransi di Indonesia.

Salah satu benih-benih toleran yang coba ia tularkan ke masyarakat, saat membela mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang terpeleset mengucap surat Al-Maidah ayat 51, tahun 2016 silam. 

Tak ayal, karena sikapnya berseberangan dengan pedemonstran, membuatnya dihadiahi bermacam cercaan oleh orang-orang yang berseberangan paham dengannya, belum lagi hujatan yang menghujam datang dari media sosial. 

Namun Buya Syafii bukanlah tipe pria yang tergolong pendendam. Dengan karakter mengedepankan aspek memanusiakan-manusia, yang pada akhirnya menghantarkan lelaki baya ini merengkuh beragam penghargaan prestisius. 

Ia dikenal sebagai tokoh kemanusiaan yang acap kali menanamkan benih toleran antar umat beragama dan cinta kasih. 

Beberapa penghargaan yang pernah diperoleh oleh Buya Syafii, diberikan langsung oleh Sultan Hamengku Buwono IX pada tahun 2004, atas kegigihannya memperjuangkan kehidupan yang harmonis membangun hubungan antaragama yang baik.

Penghargaan lain yang pernah ia terima adalah Magsaysay Award pada 2008 untuk kategori Peace and International Understanding, serta penghargaan dari Bacharuddin Jusuf Habibie Award 2010 dalam bidang khusus Harmoni Kehidupan Beragama. []

Baca juga:

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.