BRI Kuat 3 Bulan, OJK Resah Kredit Macet Ugal-Ugalan

BRI telah mengkaji mayoritas nasabah usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) hanya mampu mempertahankan keberlangsungan bisnis hingga tiga bulan.
PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Persero. (Foto: Instagram/@bankbri_id)

Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) telah mengkaji mayoritas nasabah usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) hanya mampu mempertahankan keberlangsungan bisnis hingga tiga bulan selama masa pandemi Covid-19. 

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan asumsi tersebut didapat setelah perseroan melakukan pendalaman profil nasabah yang menjadi debitur.

“Kami telah melakukan riset kecil-kecilan, mereka [UMKM] yang punya usaha produktif sebenarnya memiliki kekuatan sampai tiga bulan. Jadi, kalo pandemi selesai dalam kurun waktu tersebut tidak diapa-apakan saja sudah kuat, cukup ditunda saja [pembayaran] kreditnya,” ujar Sunarso dalam teleconference di Jakarta, Jumat, 15 Mei 2020.

Sehingga, kata Sunarso pihaknya saat ini tengah berlomba dengan waktu untuk segera membereskan sisa nasabah UMKM yang belum mendapatkan fasilitas relaksasi kredit. Upaya tersebut sekaligus langkah strategis BRI untuk menjaga rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) tetap berada dalam kondisi moderat.

“Artinya, angka NPL-nya mungkin sekarang belum keliatan. Kalau kita estimasi tadi tiga bulan dari Februari, maka Maret, April, dan Mei 2020 adalah masa kritisnya. Maka restrukturisasi kredit harus selesai Juni 2020,” tuturnya.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Heru Kristiyana cukup terkejut dengan analisa Sunarso tersebut. Pasalnya, otoritas berharap pelaku usaha perbankan memiliki ketahanan yang lebih kuat dari pada termin waktu yang disebut oleh bos BRI itu.

“Ini malah saya jadi worri, mudah-mudahanan tidak terjadi dengan antisipasi kebijakan yang dirilis OJK, saya mengharapkan daya tahannya lebih panjanglah, jangan hanya tiga bulan,” ucapnya.

Untuk itu, Heru meminta kepada nasabah untuk tidak melakukan upaya moral hazard dengan mengaku sebagai debitur terimbas pandemi padahal masih mempunyai kemampuan menunaikan pembayaran kredit.

"Untuk mempercepat penanganan impact Covid ini masyarakat juga perlu disiplin, harus melakukan social distancing, jangan bepergian, kalau tidak ini kurva pandemi tidak akan turun. Jika begitu prediksi Pak Sunarso bisa kejadian, ini kita tidak harapkan,” kata dia.

Kekhawatiran Heru sangat beralasan mengingat BRI merupakan bank terbesar di Indonesia dengan kapitalisasi aset mencapai Rp 1.287 triliun per kuartal I/2020. Sebagian besar, aset tersebut berbentuk kredit dengan nilai sebesar Rp 884,27 triliun. Adapun, mayoritas nasabah emiten dengan kode saham BBRI itu adalah kalangan UMKM.

Jadi, jangan heran jika BRI dijadikan barometer pemerintah untuk mengukur kesuksesan fungsi intermediasi perbankan pada sektor wong cilik, sekaligus indikator utama penanganan restrukturisasi kredit.

Berdasarkan dokumen yang didapat Tagar, per 30 Maret 2020 total debitur UMKM yang telah mendapat fasilitas restrukturisasi di keempat anggota Himpunan Bank Negara atau Himbara (BNI, BRI, Bank Mandiri, dan BTN) berjumlah 1,5 juta nasabah dengan outstanding kredit mencapai Rp 137 triliun.

BRI sendiri menjadi lembaga jasa keuangan yang paling dominan dengan sumbangan nasabah UMKM sebanyak 1,3 juta dengan nilai portofolio Rp 95,3 triliun.

Sementara itu, jumlah keseluruhan nasabah di Indonesia pada semua bank yang telah memperoleh kebijakan pelonggaran ini mencapai 1,7 juta debitur dengan outstanding sebesar Rp 223 triliun. []

Berita terkait
Imbas Covid-19, Relaksasi Kredit BRI Capai Rp 57 T
BRI menyatakan bakal terus memberikan fasilitas restrukturisasi kredit bagi nasabah perseroan yang terimbas pandemi virus corona.
Ada Relaksasi Kredit, Bank Pilih Pupuk Pencadangan
Kebijakan pemerintah yang mendorong pemberian relaksasi kredit di masa pandemi Covid-19 membuat perbankan memilih langkah antisipatif.
Kembang-Kempis Modal Bank di Masa Pandemi Covid-19
Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) perbankan dinilai cukup rentan tergerus pada masa pandemi Covid-19.
0
Harga Emas Antam di Pegadaian, Kamis 23 Juni 2022
Harga emas Antam hari ini di Pegadaian, Kamis, 23 Juni 2022, untuk ukuran 1 gram mencapai Rp 1.028.000. Simak ulasannya berikut ini.