Bos BPJS Kesehatan yang Baru Harus Visioner dan Inovatif

Pemelihan pimpinan BPJS Kesehatan yang baru nanti harus yang benar-benar visioner dan inovatif.
Pemelihan pimpinan BPJS Kesehatan yang baru nanti harus yang benar-benar visioner dan inovatif. (Foto:Tagar/wikipedia.org/BPJS Kesehatan).

Jakarta - Ketua Advokasi BPJS Watch, Timboel Siregar menanggapi proses seleksi direksi dan dewan pengawas BPJS Kesehatan. Ia menilai, pemilihan pimpinan BPJS yang baru nanti harus yang benar-benar visioner dan inovatif.

"Kalau menurut saya memang harus ada pemilihan direksi yang benar-benar visioner dan inovatif. Kalau menjalankan hanya seperti yang sekarang ini, hanya administrasi, itu susah," kata Timboel saat dihubungi Tagar, Minggu, 1 November 2020.

Mereka yang takut ke rumah sakit karena pandemi t bisa dijembatani dengan telemedicine, sehingga penyakitnya bisa terkontrol.

Timboel mengatakan direksi harus bisa menjelaskan terjadi penurunan 40 persen kunjungan ke rumah sakit, ini lantaran orang-orang takut dengan  pandemi Covid-19. Untuk mengatasinya diperlukan inovasi seperti telemedicine.

"Artinya apa? Kalau swasta kita bayar sendiri berapa itu Halodoc? Kan artinya ada konsultasi, obatnya dikirim, kan artinya bisa. Nah sekarang kenapa tidak dilakukan? Artinya kita butuh sebuah inovasi dari pelayanan yang terkait dengan masa pandemi," ucapnya.

Invoasi tersebut, kata Timboel, perlu dilakukan untuk memudahkan masyarakat yang takut ke rumah sakit. Dengan demikian, orang-orang yang mempunyai sakit kronis bisa terkontrol tanpa perlu ke rumah sakit di tengah pandemi Covid-19.

"Sekarang gimana kalau JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) dengan Halodoc? ya ada inasibijis (sebuah aplikasi yang digunakan rumah sakit untuk mengajukan klaim pada pemerintah)  untuk konsultasi secara telepon," ucap Timboel. 

Menurutnya, pemerintah bisa membuat Permenkes dengan mengacu dengan inasibijis yang dibuat direksi rumah sakit. Dengan begitu, orang-orang yang sakit kronis tidak perlu ke rumah sakit tapi tetap konsultasi dengan dokter, dan obatnya dikirimin.

"Mereka yang takut ke rumah sakit karena pandemi t bisa dijembatani dengan telemedicine, sehingga penyakitnya bisa terkontrol. Kalau 40 persen orang takut ke rumah sakit, belum tentu penyakitnya sembuh, malan bukan semakin kronis," ujar Timboel.

Jadi menurutnya, direksi terpilih  memang harus benar-benar bisa menjawab persoalan-persoalan yang ada saat ini dan menjawab tantangan-tantangan kedepan. Ini akan menjadi modal bagi kemajuan JKN.

"Tidak perlu menurut saya, direktur utama seorang dokter, yang penting ia  punya background manajerial yang tinggi, profesionalnya bagus dibandingkan hanya sekadar dokter," tutur Timboel.

Timboel menjelaskan, pansel BPJS Kesehatan harus mencari orang-orang yang bisa membenahi perusahaan yang mau bangkrut menjadi hidup kembali, berkembang, dan maju. Selain itu, perlu juga mencari orang-orang yang membuat pelayanan berkualitas.

"Pansel harus bisa memilih direksi BPJS yang bisa menekan tunggakan yang mencapai Rp 14 triliun per bulan. Harus ada profesional yang secara manajerial bisa mengatasi masalah-masalah seperti ini," kata Timboel.

Sebagai informasi, pemerintah tengah menyeleksi pimpinan baru BPJS Kesehatan. Tercatat, sekitar 180 pendaftar lolos seleksi administrasi. Salah satunya, Achmad Yurianto yang sebelumnya juru bicara Covid-19. []

Berita terkait
Aulia Rachman Pastikan BPJS Kesehatan Warga Medan Diaktifkan
Calon Wakil Wali Kota Medan Aulia Rachman mendorong pengaktifan BPJS Kesehatan warga.
Syarat Mencicil Tunggakan Iuran BPJS Kesehatan
Selama tahun 2020, BPJS Ketenagakerjaan memberikan keringan bagi peserta yang menunggak iuran.
BPJS Kesehatan Surplus, Dari Mana Uangnya?
Sejak berdiri pada 2014 silam, BPJS Kesehatan diprediksi akan mengalami surplus keuangan untuk kali pertama pada tahun ini
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.