Biodata dan Profil Siti Latifah Herawati Diah, Tokoh Jurnalis Wanita Indonesia yang Tampil di Google Doodle

Pada 1955, Herawati dan suaminya mendirikan The Indonesian Observer, koran berbahasa Inggris pertama di Indonesia.
Tokoh jurnalis wanita Indonesia, Siti Latifah Herawati Diah, tampil sebagai latae di Google Doodle untuk merayakan 105 tahun kelahirannya. (Foto: Tagar)

Jakarta - Tokoh jurnalis wanita Indonesia, Siti Latifah Herawati Diah, tampil sebagai latae di Google Doodle untuk merayakan 105 tahun kelahirannya pada hari ini, Minggu, 3 April 2022.

Siti Latifah Herawati Diah adalah istri dari mantan Menteri Penerangan, Burhanudin Mohamad B.M. Diah, yang juga sebagai tokoh pers Indonesia.

Selain itu, Siti Latifah Herawati Diah juga merupakan pendiri koran Indonesian Observer dan Yayasan Bina Cerita Indonesia. Ia juga seorang atlet bridge paling senior di Indonesia.

Siti Latifah Herawati Diah lahir di Tanjung Pandan, Kepulauan Bangka Belitung pada 3 April 1917.

Ia menghembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Medistra Jakarta pada 30 September 2016 di usia 99 tahun akibat pengentalan darah.

Herawati dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, di samping makam suaminya, B.M Diah.

Ia merupakan seorang putri dari pasangan Raden Latip, seorang dokter yang bekerja di pertambangan timah Billiton Maatschappij dan Siti Alimah.

Pendidikan

Siti Latifah Herawati Diah berkesempatan mengecap pendidikan tinggi.

Usai dari Europeesche Lagere School (ELS) di Salemba, Jakarta, ia bersekolah ke Jepang di American High School, Tokyo.

Setelah itu, atas dorongan ibunya, Herawati berangkat ke Amerika Serikat untuk belajar sosiologi di Barnard College yang berafiliasi dengan Universitas Columbia, New York dan lulus pada 1941.

Siti Latifah Herawati Diah kemudian pulang ke Indonesia pada 1942 dan kemudian bekerja sebagai wartawan lepas kantor berita United Press International (UPI). Kemudian ia bergabung sebagai penyiar di radio Hosokyoku.

Herawati lalu menikah dengan Burhanuddin Mohammad Diah atau B.M. Diah, yang saat itu bekerja di koran Asia Raja.

Lalu pada 1 Oktober 1945, B.M. Diah bersama istrinya, Herawati mendirikan dan mengembangkan Harian Merdeka. Herawati juga terlibat dalam pengembangan harian tersebut.

Pada 1955, Herawati dan suaminya mendirikan The Indonesian Observer, koran berbahasa Inggris pertama di Indonesia.

Koran itu diterbitkan dan dibagikan pertama kali dalam Konferensi Asia Afrika (KAA) pada 1955 di Bandung, Jawa Barat. The Indonesian Observer bertahan hingga 2001, sedangkan koran Merdeka berganti tangan pada akhir 1999.[]

Baca Juga:

Berita terkait
Profil Arifin Panigoro, Pengusaha Migas Paling Top di Indonesia
Sejak 13 Desember 2019, Arifin Panigoro resmi ditunjuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres).
Diresmikan Jokowi, Ini Profil PLTA Poso Pembangkit EBT Terbesar
Terbangunnya PLTA Poso merupakan bukti nyata agresifnya Indonesia sebagai tuan rumah KTT G20 yang berkontribusi dalam pengurangan emisi dunia.
0
Indonesia Akan Isi Kekurangan Pasokan Ayam di Singapura
Indonesia akan mengisi kekurangan pasokan ayam potong di Singapura setelah Malaysia batasi ekspor daging ayam ke Singapura