Berziarah ke Makam Tenggelam di Semarang

Di Semarang ada sebuah makam yang kala rob melanda berubah menjadi seperti laut. Saat itu, Warga harus berdoa di atas perahu saat ziarah
Kondisi pemakaman umum di pesisir utara Semarang, Jawa Tengah, tergenang air laut. (Foto: Tagar/Sigit Aulia Firdaus)

Semarang - Pemakaman umum di pesisir utara Semarang, Jawa Tengah ini kondisinya memprihatinkan. Mayoritas area makam tenggelam oleh air laut laut. Butuh niat dan tekat kuat untuk berziarah, mendoakan mereka yang dikubur di tempat itu.  

Bagi sebagian umat Islam, ziarah atau mengunjungi makam merupakan ritus keagamaan yang disunahkan. Tak hanya untuk mendoakan, kegiatan itu juga sebagai momen mengenang kebaikan orang yang sudah meninggal.

Sayangnya, bagi sebagain umat Islam di Semarang Utara, tepatnya Kelurahan Tambakrejo, ziarah menjadi hal tak mudah. Bagaimana tidak, satu-satunya pemakaman yang berada di wilayah tersebut, kini nyaris hilang ditelan ganasnya lautan.

Tagar berkesempatan mengunjungi satu-satunya tempat pemakaman umum (TPU) yang pernah dijadikan rujukan pemakaman masyarakat di tiga wilayah Semarang Utara, yakni Tambakrejo, Tambaklorok, dan Kemijen.

Untuk mencapai lokasi harus menggunakan kapal kecil bermotor milik nelayan Tambakrejo dengan membayar biaya Rp 50 ribu. Butuh waktu 15 menit, untuk sampai di lokasi. Bisa dibilang, jalur laut merupakan satu-satu akses untuk menuju ke sana lantaran jalur darat tak lagi bisa digunakan.

Kira-kira 50 meter sebelum bibir makam, terlihat banyak tiang-tiang bambu yang tertancap. Tiang bambu tersebut menjadi penanda talud pencegah abrasi yang dahulu dibuat untuk menghalangi air laut masuk ke pemakaman.

Pembuatan talud dilakukan lebih dari sekali. Namun karena kondisi air laut yang terus naik dan penurunan tanah, membuat talud tersebut hancur dan tenggelam.

Saat sampai di lokasi TPU, Tagar bersandar pada bekas talud yang hancur akibat tidak kuat menahan terjangan ombak. Tampak sejumlah nisan yang sudah tak berbentuk akibat gerusan air laut. 

"Wilayah ini dipakai pemakaman kalau tidak salah di tahun 70-an. Nah mulai rusak air laut naik itu di tahun 2000-an. Beberapa kali talud dibuat tapi tetap saja hancur," ujar Sabar, salah satu warga Tambakrejo, Rabu 11 Desember 2019.

Selain itu, terlihat juga beberapa makam yang ditinggikan, makam yang terendam air laut hingga makam yang hancur diterjang ombak.

Kalau pas rob di sini tenggelam semua Mas. Tidak ada yang kelihatan nisannya.

Makam Laut2Warga harus menancapkan kayu atau bambu sebagai penanda makam agar tidak kebingungan berziarah kala rob melanda. (Foto: Tagar/Sigit Aulia Firdaus)

Beberapa makam terlihat berlubang, menyisakan nisan yang sudah rusak. Lubang itu adalah sisa galian dari pihak ahli waris makam yang sengaja memindahkan jenazah keluarganya.

Beberapa nisan, baik terbuat dari semen batu maupun dari kayu, terlihat sudah dicabut. Ada juga yang dipinggirkan di daratan.

Langkah pencegahan, dengan menanam mangrove sebenarnya sudah pernah diupayakan. Sayangnya, kesadaran tersebut datang ketika laut sudah muslim menggila.

"Sebenarnya, lokasi itu sudah ditanami mangrove, baik oleh warga maupun para aktivis lingkungan. Tapi itu terjadi setelah abrasi parah menerjang. Laju abrasi lebih cepat dari pertumbuhan mangrove," katanya.

Sabar menambahkan, mulai tahun 2014 TPU tersebut sudah tidak dipergunakan sebagai tempat pemakaman mengingat kondisi air laut yang semakin meninggi.

"Kalau pas rob di sini tenggelam semua Mas. Tidak ada yang kelihatan nisannya," ujar dia.

Saat ditanya bagaimana kondisi saat ada warga yang berziarah di pemakaman tersebut, Sabar menjelaskan, jika warga yang akan berziarah harus menggunakan perahu kecil untuk mencapai lokasi makam.

Bahkan saat rob naik dan makam tenggelam. Warga berziarah dan berdoa di atas kapal itu."Mau bagaimana lagi Mas, makamnya sudah tidak kelihatan pas rob," ujar dia.

Sebagian warga ada yang sengaja menancapkan bilah bambu sebagai penanda makam sanak saudaranya. Dengan demikian saat rob muncul tidak sulit mencari makam untuk diziarahi. 

"Tancapkan bilah bambu yang diberi nama. Gunanya kalau saat ziarah bersamaan dengan rob. Tanda makamnya ya bilah bambu itu. Tapi kadang bilah bambunya hilang kalau nggak kuat diterjang ombak," katanya.

Saat ini, TPU Tambakrejo tak lagi difungsikan untuk pemakaman. Warga sekitaran kini lebih memilih, mengubur sanak saudaranya yang meninggal di TPU Sayung Kabupaten Demak atau Karanganyar Demak yang berbatasan dengan kota Semarang. []

Baca juga:

Berita terkait
Bebek Emas dan Harta Karun Gunung Brintik Semarang
Alkisah pada zaman Semarang lampau hiduplah seorang perempuan sakti mandraguna. Tubuhnya kecil, berparas cantik dengan rambut brintik.
Sejarah Panjang Sunan Kuning Semarang
Ketika mendengar Sunan Kuning, apa yang terbersit di benak Anda? Imajinasi melayang ke Walisongo atau tempat prostitusi di Semarang?
500 Orang di Semarang Tertular HIV AIDS Tiap Tahun
500 penderita baru HIV Aids ditemukan di Semarang tiap tahunnya. Kaum homoseksual memberi kontribusi besar di penularan penyakit itu.
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.