Bersepeda Menebar Ke-bike-an di Bantaeng

Sore itu cuaca cerah, dua jam jelang matahari terbenam di sebelah barat Pantai Seruni, Kabupaten Bantaeng. Sekelompok orang muda siap bersepeda.
Segenap anggota Bonthain Cycling saat ditemui Tagar, Senin, 10 Februari 2020. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

Bantaeng - Bersepeda bukan sekadar untuk berolahraga. Di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, beberapa tokoh masyarakat mulai menjadikannya sebagai gaya hidup, termasuk mengampanyekan bersepeda menuju kantor dan sekolah.

Sore itu, sekitar dua jam menjelang matahari terbenam di sebelah barat Pantai Seruni, Kabupaten Bantaeng. Cuaca cukup cerah dan mendukung untuk mengayuh sepeda angin.

Tidak jauh dari Lapangan Hitam dan Taman Bermain Pantai Seruni, Kecamatan Bantaeng, Kabupaten Bantaeng, belasan pesepeda atau pegowes, duduk di trotoar dekat persimpangan jalan Pantai Seruni, termasuk seorang perempuan berhijab.

Mereka adalah sebagian anggota komunitas bersepeda di Kabupaten Bantaeng, Bonthain Cycling. Raut wajah mereka tampak segar dan ceria saat duduk di pinggir jalan.

Satu sama lain bercanda akrab dan seru. Mereka tidak berseragam. Beberapa hanya mengenakan sendal jepit. Keseruan tidak membuat mereka lupa kepada orang di sekitar. Mereka sesekali menoleh kepada pengunjung lain di tempat itu, menyapa ramah jika mengenal orang-orang yang lewat, dan mengajaknya untuk bergabung. Terlebih jika orang yang melintas adalah sesama pegowes.

Jika pegowes lain tidak sedang terburu-buru maka hukumnya wajib untuk singgah dan bersilaturahim di situ.

Awalnya saya naik sepeda karena ikut tren, namun setelah semakin lama dan tergabung dalam BTC saya jadi mengerti.

Bonthain CyclingIndra, anggota Bonthain Cycling, banyak berbagi cerita tentang hobi bersepeda. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

Baru Dua Bulan Terbentuk

Komunitas Bonthain Cycling ini baru terbentuk sekitar dua bulan lalu, tepatnya Desember 2019. Meski demikian, para anggotanya sudah sangat akrab. Saat berkumpul, bisa dipastikan mereka akan bercengkerama, bercerita tentang apa saja, bukan hanya tentang sepeda.

Seperti hari itu, Senin, 10 Februari 2020, sambil berdiri di belakang sepeda masing-masing, mereka berbincang mengenai berbagai topik, mulai dari saling menanyakan kabar dan kerabat antara satu dengan yang lain, sampai pada pembahasan dunia sepeda, hobi yang menyatukan mereka.

"Banyak sih yang jadi pembahasan teman-teman kalau ketemu, yang pasti seputar gowes, sepeda, atau kemungkinan bakal ada event, modifikasi yang keren yang terbaru kadang sampai ngelapak di sini," ujar pria berkacamata yang disapa Indra, anggota Bonthain Cycling.

Pria berkumis melintang ini banyak berbagi kisah tentang gowes. Ia mewakili rekan-rekannya di BTC untuk sedikit menggambarkan keseruan dunia gowes. Lelaki kelahiran Jayapura, yang kini berusia 29 tahun ini mengisahkan awal ketertarikannya terhadap dunia gowes yang bukan sekadar untuk berolahraga.

Saat ini, kata dia, gowes menjadi salah satu tren atau gaya hidup yang kian menjamur. "Awalnya saya naik sepeda karena ikut tren, namun setelah semakin lama dan tergabung dalam BTC saya jadi mengerti. Gowes bukan sekadar hobi bersepeda karena  tren tapi ada banyak hal besar yang diciptakan dari kebiasaan-kebiasaan kecil," tuturnya.

Selain menjadi bagian dari gaya hidup yang sehat, gowes juga merupakan bentuk aksi nyata dalam memberi solusi atas polusi kota. Dengan membiasakan bersepeda akan mengurangi jumlah pengendara kendaraan bermotor, yang selama ini menyumbangkan banyak polusi dari asap knalpot mereka.

"Ya, kan kalau sudah nyaman bersepeda, ke sekolah, ke kantor, ke pasar itu bisa meminimalkan penggunaan kendaran bermotor. Selain itu badan juga bisa lebih sehat saat aktif bergerak dengan mengayuh sepeda," tutur Indra.

Syahrul BayanSyahrul Bayan, Kepala Dinas Kominfo, Statistik dan Persandian Kabupaten Bantaeng, dalam perjalanannya bersepeda di Kabupaten Bantaeng. (Foto: Facebook/Syahrul Bayan)

Tebarkan Ke-bike-an dengan Bike

Indra optimistis untuk menebarkan virus ke-bike-an (baca:kebaikan) melalui ajakan nge-bike atau bersepeda. Bukan hanya meminimalisir polusi, dengan bersepeda, katanya, akan mampu mengurangi kemacetan di jalan raya. Terutama bagi mereka yang tinggal di kota-kota besar yang rawan macet.

"Sebaiknya memang gowes bisa jadi pilihan buat mereka yang suka mengeluh soal macet dan panas. Asal mau bersabar dan berani mengalahkan ego pribadi, memberi contoh ke orang lain, hal kecil akan jadi besar nantinya," ucap pria yang hari itu mengenakan kaus hitam.

Kehadiran BTC yang saat ini sudah memiliki anggota sebanyak 60 orang ini, juga diharapkan turut berkontribusi dalam penebaran virus ke-bike-an tersebut. Mereka memanfaatkan grup aplikasi WhatsApp untuk sarana komunikasi.

Bonthain Cycling memiliki agenda rutin mingguan untuk saling bertemu dan gowes bareng. Rutinitas itu di luar nongkrong di persimpangan Jalan Lapangan Hitam Pantai Seruni. 

Banyaknya frekuensi pertemuan antaranggota, kata Indra, disebabkan latar belakang anggota yang berbeda-beda, mulai dari pelajar hingga karyawan, sehingga waktu senggang mereka pun berbeda.

Bagi anggota yang kesulitan untuk gabung di kongkow sore hari, bisa mengikuti kegiatan mingguan yang juga dibentuk sebagai agenda rutin. Yaitu Night Ride yang dilaksanakan setiap minggu kedua dan keempat, dan Long Ride pada minggu pertama dan ketiga. Saat Long Ride, biasanya seluruh anggota Bonthain Cycling bersepeda atau gowes ke tempat-tempat dengan jarak tempuh yang cukup jauh.

"Biasanya jaraknya kurang lebih sejauh 60 kilometer," kata Indra yang selama ini mengendarai sepeda merk Pacific Noris 2.0 sebagai kawan ber-bike-nya. "Bike kan bahasa asing sepeda, disandingkan dengan kata 'baik' dalam bahasa Indonesia adalah konotasi yang positif. Jadi bike adalah aktivitas yang baik."

Sementara, saat Long Ride, mereka berkeliling seputar kota Kecamatan Bantaeng, biasanya dilaksanakan pada Jumat malam, pukul 20.00 hingga selesai, sekitar 45 hingga 60 menit.

Berharap Dukungan Pemerintah

Indra, wakil dari anggota Bonthain Cycling berharap pemerintah setempat berkenan menengok kehadiran mereka di Bantaeng, dan menyediakan fasilitas, setidaknya lahan parkir sepeda di areal mereka biasa nongkrong.

"Iya akan lebih baik kalau sudah tersedia parkiran khusus sepeda. Biar lebih tertata dan keren, jadi pengunjung yang datang tidak merasa terganggu dengan sepeda yang menumpuk saat parkir bebas seperti ini," tuturnya.

Harapan atas dukungan pemerintah tersebut sebenarnya bukan hal yang mustahil, apalagi salah satu anggota Bonthain Cycling adalah Syahrul Bayan, Kepala Dinas Kominfo, Statistik dan Persandian Kabupaten Bantaeng.

Syahrul kerap menyosialisasikan aktivitas gowes melalui unggahan di media sosial pribadinya. SBY, begitu ia dikenal, memang terbilang akrab dengan kawula muda dan kerap hadir di berbagai komunitas yang eksis di kabupaten bertajuk Butta Toa.

"Bike to work, Bike to School," kalimat ini sering mewarnai beranda media sosial Syahrul.

"Bersepeda itu bike," ujar SBY sambil mengacungkan jempol.

Matahari perlahan beranjak menuju tempatnya beristirahat di seberang horizon, menyisakan semburat jingga bercampur oranye di ujung langit. Senja segera hadir sebelum gelap malam menyelimuti. []

Baca cerita lain:

Berita terkait
Remaja Klitih di Yogyakarta Itu Ternyata Anak Manis
Saya percaya ia tidak pernah melakukan klitih. Anak saya jujur, manis. Ujar orang tua dari satu di antara enam anak ditangkap polisi di Yogyakarta.
Mantan Preman Jadi Penghapus Tato di Sleman
Prianggono 43 tahun, seorang mantan preman, membuka jasa menghilangkan tato gratis dan mendirikan panti asuhan bernama Daarul Qolbi di Sleman.
Saat Terakhir Gus Sholah di Ponpes Tebuireng
Lantunan ayat-ayat suci Alquran menggema di seluruh sudut Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, pada saat penghormatan terakhir untuk Gus Sholah.
0
Penduduk Asli Pertama Amerika Jadi Bendahara Negara AS
Niat Presiden Joe Biden untuk menunjuk Marilynn “Lynn” Malerba sebagai bendahara negara, yang pertama dalam sejarah Amerika Serikat (AS)