Saat Terakhir Gus Sholah di Ponpes Tebuireng

Lantunan ayat-ayat suci Alquran menggema di seluruh sudut Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, pada saat penghormatan terakhir untuk Gus Sholah.
Para jemaah yasin dan tahlil untuk Gus Sholah dilakukan usai salat Isya, di masjid Ponpes Tebuireng Jombang, Senin, 3 Februari 2020. (Foto: Tagar/Haris Dwi Susanto)

Jombang - Lantunan ayat-ayat suci Alquran menggema di seluruh sudut Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Senin, 3 Februari 2020. Para santri dan para kiai beriringan membacakan ayat demi ayat, terasa bersahutan dari setiap ruangan pondok.

Sejak pagi, Senin, 3 Februari 2020, suasana pondok begitu hening, semua santri tak banyak melakukan aktivitas di luar ruangan. Bisa dihitung dengan jari, santri dan santriwati yang melintas di area pondok. Rata-rata mereka memegang Alquran, khusuk memanjatkan doa tahlil dan yasin untuk Gus Sholah.

Saat itu ketika berkeliling pondok, memang tak banyak yang berada di luar. Bahkan hingga pukul 10.00 WIB pun para santri belum ada yang keluar kamar. Hanya terlihat beberapa saja yang mengintip dari jendela kamar, melihat aktivitas para rekan media yang melaporkan kondisi terkini pondok Tebuireng jelang kedatangan jenazah Gus Sholah.

Baru, sekitar pukul 11.00 WIB, para santri banyak yang keluar dari kamar, karena dijadwalkan jenazah Gus Sholah akan tiba di Tebuireng pada pukul 12.00 WIB. Para santri menyiapkan segala kebutuhan, mulai membantu membersihkan halaman pondok, mengambil wud untuk salat jenazah.

Jelang kedatangan jenazah, tepatnya pukul 11.30, para santri membentuk barisan penyambutan mulai dari gerbang masuk pondok hingga masjid pesantren Tebuireng, Jombang. Terik matahari yang cukup menyengat tidak menyurutkan para santri untuk menyaksikan kedatangan jenazah Gus Sholah.

Sebelum kedatangan Jenazah, terlihat para tokoh hadir di antaranya Hotman Paris Hutapea. Pengacara sensasional ini mencarikan kebekuan. Ia mengajak bicara para santri dan berswafoto sambil menunjukkan cincinnya yang sangat besar. 

Aldy 16 tahun, seorang santri, senang bisa melihat Hotman Paris, meski hanya sempat diajak berswafoto. Ia cukup bangga, meski fotonya juga diambil dari handphone Gus Hotman Paris. Karena Aldy akhirnya bisa melihat langsung kegokilan Hotman Paris, tidak hanya melalui Instagram atau YouTube Hotman Paris.

“Cukup senang bisa menyaksikan langsung Bang Hotman Paris, bagaimana kelucuannya tadi dengan para santri. Terus dia juga bercerita tentang gelar Gus yang diberikan oleh Gus Sholah ketika ke Tebuireng,” kata Aldy.

Saat para santri bercengkerama dengan Gus Hotman Paris, janazah Gus Sholah tiba, pukul 13.01 WIB, bersama rombongan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur, dan Panglima Kodam V Brawijaya.

Seketika itu santri bergerak berdesakan menghampiri mobil besar hitam, untuk dapat mengangkat jenazah Gus Sholah. Riuhnya para santri ini membuat mobil jenazah tidak mendapatkan jalan menuju masjid. Akhirnya petugas pondok pun membawa jenazah Gus Sholah ke sisi utara, masuk ke kediaman Gus Sholah.

Wallahualam, memang tadi siang terasa panas, dan begitu jenazah masuk ke area pemakaman jadi mendung dan kayak angin segar itu lewat.

Gus Sholah WafatProsesi pemakaman Gus Sholah di kompleks pemakaman Ponpes Tebuireng Jombang, Senin, 3 Februari 2020. (Foto: Tagar/Haris Dwi Susanto)

Melihat mobil jenazah masuk jalur lain, para santri berlari bermaksud menghampiri jenazah, namun tidak bisa ke sana, karena pagar kediaman sudah ditutup dan dijaga puluhan personel Banser.

Aldy bercerita, saat itu ia yang sangat ingin mengangkat jenazah Gus Sholah tak kesampaian. Ia tidak bisa mendekati jenazah. Jumlah massa yang sangat besar membuatnya sulit bergerak. "Ingin mengangkat jenazah, tidak bisa. Minimal memegang kerandanya saja tidak bisa.”

Mobil jenazah masuk ke halaman kediaman, dilihat keluarga, 30 menit kemudian bergerak lewat pintu selatan menuju Masjid Pesantren Tebuireng.

Mendung dan Angin Dingin

Keranda jenazah Gus Sholah berselubung kain hijau seperti bergerak sendiri menuju masjd, karena para santri mengangkat secara bergilir dari tangan ke tangan hingga pada akhirnya ke barisan depan masjid untuk disalatkan. Dengan iringan lantunan kalimat tauhid “laa ilaaha illallah” tak putus-putus.

Usai disalatkan, jenazah dibawa ke area pemakaman dengan diiringi ribuan santri melantunkan tauhid. Suara menggema hingga sudut-sudut pondok pesantren, melepas kepergian Gus Sholah menuju peristirahatan terakhir.

Dalam perjalanan ke pemakaman, para pentakziah merasakan sesuatu yang berbeda, cuaca seketika berubah. Padahal awalnya panas tanpa dilewati angin, tapi tiba-tiba berubah mendung gelap dan angin sejuk pun lewat.

Usman Ali 65 tahun, seorang pentakziah asal Mojokerto, datang dengan mengayuh sepeda. Ia mengatakan sejak siang cuaca panas, tapi seketika dingin dan mendung.

“Wallahualam, memang tadi siang terasa panas, dan begitu jenazah masuk ke area pemakaman jadi mendung dan kayak angin segar itu lewat,” ujar Usman.

Bukan hanya itu. Saat jenazah dimasukkan ke liang lahat, disambut rintik hujan. Hal ini tidak berselang lama. Setelah pentakziah meninggalkan makam dan Pesantren Tebuireng, hujan pun langsung turun.

Usman, seorang alumnus pondok pesantren yang didirikan Hadrtusyeakh KH Hasyim Asyari. Ia menimba ilmu di sini pada 70-80-an. Ia juga mengaku simpatisan kakak Gus Sholah, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang juga merupakan Presiden keempat RI.

"Ini penghormatan saya untuk keluarga Gus Dur, karena saya simpatisan beliau, saya pernah dipimpin beliau. Sekarang saya datang untuk Gus Sholah," ucap Usman.

Tahlil di Pondok Pesantren Tebuireng berlangsung hingga hari ketujuh wafatnya Gus Sholah. Diikuti para santri, warga sekitar, dan orang-orang jauh yang mengenal betul siapa Gus Sholah.

Gus Sholah Wafat

Prosesi pemakaman Gus Sholah di kompleks pemakaman Ponpes Tebuireng Jombang, Senin, 3 Februari 2020. (Foto: Tagar/Haris Dwi Susanto)

Wasiat Gus Sholah

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Profesor Haedar Nashir mendapatkan wasiat dari Gus Sholah, supaya film Jejak Langkah Dua Ulama dapat segera dirilis dan disaksikan seluruh masyarakat.

Haedar sempat diajak mengirimkan surat kepada Presiden Jokowi, padahal saat itu kondisi Gus Sholah mulai kurang sehat. Surat dibuat, dikirimkan ke Jokowi agar dapat datang pada pemutaran film sekaligus me-review film tersebut.

“Gus Sholah sempat mengajak saya untuk berkirim surat ke Pak Jokowi agar dapat menyaksikan film Jejak Langkah dua Ulama. Karena beliau ingin film tersebut dapat segera diputar,” kata Haedar.

Film Jejak Langkah 2 Ulama adalah karya kolaborasi antara Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, dan Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) Muhammadiyah. Film mengangkat kisah perjalanan dua orang tokoh pendiri ormas keagamaan terbesar di Indonesia, NU dan Muhammadiyah, KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan.

Haedar Nashir diberi mandat oleh Gus Sholah, supaya film tersebut segera rampung, karena ingin masyarakat menyaksikan dua ulama, KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan, dalam berjuang menyebarkan agama Islam dan membangun bangsa Indonesia. "Beliau sangat ingin film ini dapat diputar dan disaksikan masyarakat. Kemarin sebelum beliau wafat, kami sempat me-review film tersebut. Mungkin secepatnya film ini bisa disaksikan masyarakat." []

Baca juga:

Berita terkait
Ini Pengasuh Ponpes Tebuireng Pengganti Gus Sholah
KH Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Kikin dipastikan menjadi pengasuh Ponpes Tebuireng Jombang menggantikan almarhum Gus Sholah.
Isyarat Gus Sholah Jelang Wafat
Gus Sholah sempat memberikan isyarat kepergiannya kepada KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus, sekitar dua bulan lalu.
Ketua PC NU Bantaeng Kenang Gus Sholah
Ketua PC NU Bantaeng Muhammad Ahmad Jailani mengenang sosok Gus Sholah yang sangat lembut dan santun.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.