Surabaya - Pandemi Covid-19 tampaknya juga membawa berkah bagi peternak sapi perah, produksi susu dan populasi sapi naik drastis. Ketua Koperasi Peternak Sapi Perah (KPSP) Nongkojajar Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Kusnan mengaku pandemi tidak membawa dampak sama sekali bagi peternak sapi perah.
Menurutnya, produksi susu justru meningkat 10 persen. Setiap hari 6.200 peternak mampu menyetorkan susu 124 ribu liter. "Peternak tidak bisa kemana-mana karena pandemi, akhirnya mereka menekuni usahanya," ungkap Kusnan, Jumat 16 Oktober 2020.
Harus ada dukungan penuh agar peternak mendapatkan profit yang cukup.
Tak hanya itu saja, populasi sapi milik peternak di tiap desa juga naik 20 persen, dari 22 ribu ekor menjadi 25 ribu ekor. "Populasi ada peningkatan. Saat sensus sapi, rata-rata tiap desa ada kenaikan 20 persen sapi," tuturnya.
Kusnan menyebut virus corona justru membuat KPSP terpacu untuk memasarkan produk susu ke PT Indolakto, dan PT Cisarua Mountain Dairy (Cimory), perusahan lokal di Surabaya, Malang, dan Jakarta. "Produksi susu naik, sudah tertampug," katanya.
Anggota Komisi B DPRD Jatim, Rohani Siswanto menjelaskan, selama ini suplai susu menjadi komoditas utama. Apalagi ditopang industri susu besar, seperti PT Nestle, dan Indolakto.
Di tengah pandemi ini menurutnya, pemerintah harus mendukung terutama soal proteksi harga. "Harus ada dukungan penuh agar peternak mendapatkan profit yang cukup," ucap Rohani.
Dengan adanya dua industri susu besar, DPRD berharap ada pengembangan. Khususnya koperasi yang mempunyai pioner untuk dapat mengembangkan jumlah anggota untuk suplai susu.
Rohani menambahkan, selama ini anggota koperasi hanya di wilayah Kecamatan Tutur. Untuk itu, diharapkan bisa menjamah peternak lain seperti di Purwadadi, dan Prigen, sehingga bisa menyuplai lebih banyak susu ke pabrik.
Rohani menilai perlu ditingkatkan sinergi antara pemerintah dengan peternak dan koperasi. Hal ini mengingat di peternak persoalannya sangat kompleks, seperti jaminan ketersediaan pupuk untuk rumput pakan sapi.
Politisi asal Partai Gerindra itu menegaskan, sangat ironis jika peternak mempunyai lahan luas, namun tak mempunyai kuota pupuk. Menurutnya, persoalan lain adalah menyangkut kebersihan, seperti masalah kotoran sapi yang membutuhkan biogas. Untuk menyelesaikan persoalan ini sangat diperlukan sehingga menjadi edukasi soal kesehatan serta program biogas di peternakan yang lebih banyak lagi.
Rohani meminta proses core business tetap terjamin keberadaannya. Artinya harga susu harus ada standard sehingga tidak membuat pabrikan susu yang ada di Jawa Timur mencari bahan baku di luar Jatim.
Padahal, kata Rohani, produksi susu masih mungkin bisa dikembangkan di Jatim. "Tidak ada standar pasti dengan harga segitu pasti kurang terhadap proses peternak," ucapnya. []