Beli Senjata ke AS, Saudi Bangun Rudal Balistik Dibantu China

Aktivitas pengembangan rudal balistik oleh Saudi berpotensi meningkatkan ketegangan di kawasan.
Ilustrasi. (Foto: Tagar/Ist)

Jakarta - Arab Saudi dilaporkan terus mengembangkan teknologi rudal balistik. Bahkan, Riyadh menerima bantuan dan sokongan dari Cina dalam pengembangan senjata tersebut.

Badan-badan intelijen Amerika Serikat (AS) memiliki citra satelit yang memperlihatkan Saudi mempunyai fasilitas manufaktur dan situs uji coba rudal. Bahkan, Saudi menerima bantuan teknis dari China dalam proses pengembangan rudalnya 

Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina mengabaikan perkembangan tersebut.

“Kerja sama semacam itu tidak melanggar hukum internasional dan tidak melibatkan proliferasi senjata pemusnah massal,” katanya dalam sebuah pernyataan dilansir dari Reuters, Jumat, 25 Desember 2021

Sejak masa pemerintahan mantan presiden Donald Trump, AS yang menjadi sekutu dekat Saudi di Timur Tengah disebut telah mengetahui program pengembangan rudal Saudi. Namun Trump mengacuhkan persoalan tersebut, sehingga pemerintahan Trump dinilai memberi persetujuan diam-diam kepada Riyadh.

“Biasanya AS akan menekan Arab Saudi untuk tidak mengejar kemampuan ini, tapi indikator pertama bahwa Saudi mengejar kemampuan ini secara asli muncul selama era Trump. Pemerintahan Trump, untuk membuatnya lebih ringan, tidak tertarik untuk menjatuhkan Riyadh atas masalah ini,” kata Ankit Panda, seorang pakar kebijakan nuklir dan senjata di Carnegie Endowment for International Peace.

Seperti diketahui, Arab Saudi merupakan pelanggan senjata-senjata AS. Belum lama ini, Senat AS menolak permintaan kelompok bipartisan anggota parlemen untuk menghentikan penjualan senjata ke Arab Saudi senilai 650 juta dolar AS, pada Selasa, 17 Desember 2021 lalu.

Namun, aktivitas pengembangan rudal balistik oleh Saudi berpotensi meningkatkan ketegangan di kawasan. Sebab saingan regional Riyadh, yakni Iran, turut memiliki program serupa.

“Produksi rudal balistik dalam negeri oleh Arab Saudi menunjukkan bahwa setiap upaya diplomatik untuk mengendalikan proliferasi rudal perlu melibatkan aktor regional lainnya, seperti Arab Saudi dan Israel, yang memproduksi rudal balistik mereka sendiri,” ujar Jeffrey Lewis, pakar senjata di Middlebury Institute of International Studies.

Saudi dan Iran telah terlibat dalam beberapa putaran pembicaraan rekonsiliasi. Namun, belum ada perkembangan terbaru terkait hal tersebut. 

"Tak ada perkembangan baru dalam pembicaraan dengan Arab Saudi, dan kami masih menunggu tanggapan Riyadh," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh.

Meskipun demikian, Khatibzadeh meminta Saudi mengambil pendekatan diplomatik dan politik serta menghormati prinsip non-intervensi terhadap urusan negara lain. Menurutnya, itu merupakan satu-satunya jalan maju untuk kawasan Timur Tengah. 

"Kami percaya, pengaturan regional yang komprehensif akan dicapai melalui saling menghormati dan memahami fakta dari negara-negara di kawasan," kata Khatibzadeh. []


Baca Juga

Alasan Arab Saudi Batasi Pengeras Suara di Masjid

Bukan Muhrim Boleh Sekamar Hotel di Arab Saudi

Kabar Gembira, Perempuan Arab Boleh Masuk Stadion Olahraga

Desa Wisata Rijal Almaa di Arab Saudi Terkenal Akan Keindahannya


Berita terkait
Amerika Jual Rudal ke Arab Saudi
Senat AS tolak resolusi yang akan larang penjualan rudal jarak menengah udara-ke-udara dan senjata canggih lain ke Arab Saudi
Arab Saudi: Israel akan Diakui 57 Negara OKI dengan Persayaratan
Inisiatif Perdamaian Arab menyerukan agar pendudukan Israel atas semua wilayah Arab pasca perang 1967 segera diakhiri.
Pakistan Terima Pinjaman 3 Miliar Dolar AS dari Arab Saudi
Penasehat keuangan PM Pakistan mengatakan pihaknya menerima pinjaman sebesar 3 miliar dolar AS dari Arab Saudi
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.