Belajar Ilmu Kebal di Tanah Jawara Banten

Banten sudah turun temurun dikenal banyak melahirkan jawara. Bukan tanpa sebab, karena di provinsi terujung Barat Pulau Jawa ini orangnya kebal.
Salah seorang Murid Abah Sakud pada saat melakukan pertunjukan di Anyer, Kecamatan Cinangka, Serang, Banten, 9 September 2019. (foto: Tagar/Moh Jumri).

Banten - Pagi itu, Kamis, 24 Oktober 2019 tepat pukul 9.00 WIB cuaca di Banten yang tersohor menjadi pelahir jawara bertubuh kebal, cukup cerah. Terlihat banyak orang berlalu lalang berangkat bekerja dan ada sebagian lainnya hilir mudik ke Pasar Petir untuk berbelanja, membeli kebutuhan memasak di rumah. 

Entah kenapa, tiba-tiba saja, tebersit rasa penasaran di pikiran untuk mengetahui asal usul ilmu kekebalan yang harum di provinsi paling ujung Barat Pulau Jawa ini. 

Tentu saja harus digali kebenaran menyoal "ilmu hitam" atau "ilmu putih" yang biasa dipertontonkan kepada masyarakat saat festival debus di Banten.

Pedal gas kendaraan roda dua yang saya pacu harus dihentikan seketika, kemudian memarkirkan kendaraan roda dua ini di halaman Sekretariat Dewan Pimpinan Cabang (DPC) organisasi kemasyarakatan (ormas) Badan Pembinaan Potensi Keluarga Besar Banten (BPPKB), yang bersebelahan dengan lapangan Desa Tambiluk, Kecamatan Petir, Serang. 

Persilatan di Banten sudah tak asing lagi di telinga. Bisik-bisik warga yang sampai ke telinga saya, di sini ada istilah Tjimande Tarik Kolot Kebon Djeruk (TTKKDH) atau sebuah aliran yang memang tergolong cukup besar, terkenal, dan memiliki pengaruh pada dunia persilatan khususnya di Tanah Jawa.

Banyak kalangan pengurus ormas di lokasi ini mempersiapkan jiwa, menjaga dirinya dengan cara mempelajari ilmu-ilmu kanuragan atau ilmu yang berfungsi untuk bela diri secara supranatural, semisal, agar tidak mempan disayat senjata tajam.

Saat ditemui Tagar, Hadi, 38 tahun, yang merupakan salah seorang anggota ormas BPPKB bercerita, untuk di wilayah Petir, yang kerap terlibat pada festival pertunjukan debus di sini adalah perguruan pimpinan Abah Sakud.

Waktu tiga minggu belum cukup untuk mempelajari semua ilmu kebal yang memang nantinya bisa diwariskan kepada orang lain.

Abah Sakud telah mendirikan Padepokan Bedah Suci sejak medio 90-an. Dia memiliki ribuan murid yang tersebar di Banten, bahkan hingga ke pelosok daerah lain. 

Selanjutnya, Hadi memberikan alamat tempat dia sempat berlatih bersama orang-orang sakti yang memiliki kelebihan ilmu kebal. Apabila ditusuk dan disayat dengan senjata tajam tidak terluka. 

Hadi berujar, perguruan itu terletak di Kampung Lembur Jati, Desa Mekarbaru, Kecamatan Petir. 

Waktu pertama kali ke sana, dia takjub, melihat langsung dengan mata telanjang cara berlatih Abah Sakud dan calon jawara dalam mempelajari ilmu kebal. Lokasi padepokan persis terletak di sebelah rumah Abah Sakud. 

"Jarak dari sini ke padepokan sekitar satu kilometer," ucapnya. Hadi bersedia mengantarkan saya ke padepokan milik jawara Banten itu.

Padepokan Abah Sakud Sang Jawara 

Banten KebalSalah seorang murid Abah Sakud saat melakukan pertunjukan di Anyer, Kecamatan Cinangka Serang, Banten, 9 September 2019. (foto: Tagar/Moh Jumri).

Setiba di Padepokan Bedah Suci, sekitar jam 11 siang, terlihat banyak anak-anak kecil bermain layang-layang. Sekelilingnya terdapat petak sawah menghitam, sisa masyarakat memanen beras.

Hal mencolok siang itu, ada seorang pria tua sendirian. Badannya memang kecil, namun karismanya sungguh besar. Dia terlihat sedang sibuk memperbaiki kendaraan roda. Hadi, menunjuk, dia-lah Abah Sakud yang disegani itu. 

Perlahan saya memberanikan diri untuk mendekatinya. Setelah berbasa-basi sedikit, saya beranikan diri bertanya kepada dia mengenai sisi-sisi supranatural.

Abah Sakud saat itu menjelaskan, selain mengisi sebagai guru sekaligus pelatih di padepokan, dia mengaku sering berkeliling kampung untuk mengikuti pengajian rutin yang biasa dilakukan di Desa Panosogan, Cikeusal. 

Setelah saya lihat dia sudah merasa lebih nyaman dan ramah untuk diajak berbincang, saya mulai beranikan diri menanyakan mengenai kegiatan debus dan ilmu kebal yang biasa dia mainkan di setiap pertunjukannya untuk menghibur rakyat.

Abah Sakud menginformasikan, tidak semua TTKKDH di Banten mempunyai debus. Memang tidak salah, ada anggapan banyak orang, soal ilmu kebal, karena yang dia pelajari selama ini memang hal itu.

Dia mengisahkan, sejak dahulu kebanyakan orang di Banten belajar silat terumbu. Namun seiring perkembangan zaman, silat ini sudah mulai ditinggalkan, dikarenakan tak mempunyai seni unik dalam setiap pertunjukannya.

"Mungkin karena sudah modern, Tapi memang sejarahnya dulu saya sendiri mewarisi silat terumbu. Tetapi sekarang saya bergeser, karena debus TTKKDH lebih fleksibel dalam setiap pertunjukan dan mempunyai seni sebagai ciri khas," tutur pria berusia 58 tahun ini.

Dia mulai belajar debus TTKKDH sejak tahun 1990 dari guru yang dia tidak mau sebutkan namanya.

Tidak Sembarang Orang Bisa Jadi Jawara

Abah Sakud tiba-tiba menyela pembicaraan. Sambil berdiri dia bercerita, Padepokan Silat Bedah Suci yang dipimpinnya mulai didirikan tahun 2003.

Tentu saja dibangun setelah dia merasa puas berkeliling, mengikuti banyak festival, sekaligus melakukan penyebaran ajaran silat debus TTKKDH di sekitar Banten. 

Dengan suara lantang dia menerangkan, untuk belajar debus tentu bukan-lah hal mudah, membutuhkan proses yang panjang. Dan perlu dia tegaskan, orang yang ingin belajar debus ataupun kebal harus mempunyai sikap sabar, dan yang tak kalah penting adalah menjaga kesucian hati. 

Jawara itu ada artinya, 'Ja' berarti jangan merasa jago, 'Wa' jangan merasa Wani (berani), 'Ra' jangan merasa Rahul (sok). Jangan sampai radikal.

Ilmu yang Abah Sakud pelajari didapatnya secara bertahap, karena banyak sekali pantangan yang tak boleh dilanggar. Untuk bisa tampil dalam pertunjukan debus, menghibur masyarakat, setidaknya dibutuhkan waktu mencapai dua hingga tiga tahun. 

"Ada yang memang lewat puasa seminggu dalam sebulan. Tapi waktu tiga minggu ini belum cukup untuk mempelajari semua ilmu kebal atau sakti yang memang nantinya bisa diwariskan lagi kepada orang lain," ujarnya.

Namun ada opsi instan, belajar menggunakan metode lain yang lebih cepat bisa dengan mahar. Namun sayangnya hal terakhir yang Abah Sakud sebutkan, tidak bisa menurunkan ilmu kepada orang lain.

"Sekarang juga abang bisa kalau memang mau," tutur dia sambil menyeruput kopi hitamnya di atas meja.

Setiap kali Abah Sakud menurunkan ilmu silat kepada calon muridnya, dia selalu berpesan agar kelak tak mempunyai karakter sombong, takabur, dan ria dalam mempelajari debus. 

Bahkan, dia harus mewanti-wanti para calon jawara untuk tidak melanggar sumpah dan mempergunakan ilmu dengan hal-hal negatif, seperti mengonsumsi minum-minuman keras menjadi pantangan, bahkan hal yang diharamkan.

Apabila melanggar, konsekuensinya harus dihukum, konsekuensi terberat bisa didepak dari padepokan. 

"Jawara itu ada artinya, 'Ja' berarti jangan merasa jago, 'Wa' jangan merasa Wani (berani), 'Ra' jangan merasa Rahul (sok). Intinya harus jujur, mengasuh, dan jangan sampai radikal. Harus tetap sopan santun," tuturnya.

Untuk menguasai ilmu ini Abah Sakud harus melakukan ritual yang ia dapat secara turun-temurun, warisan dari gurunya yang dilakukan tiap hari Jumat. 

Setiap calon yang hendak mempelajari debus harus menyediakan persyaratan, di antaranya menyiapkan kembang tujuh rupa dan makanan tujuh model. 

Nantinya persyaratan tersebut, kata dia, akan disajikan pada saat ritual di malam Jumat, sambil memanjatkan doa untuk keselamatan dan kelancaran calon muridnya.

"Kalau calon murid biasanya harus mengikuti ritual selama tujuh kali setiap malam Jumat, mereka juga akan diurut tangannya agar kuat. Sementara itu kembang tujuh rupa dan makanan akan dipakai pada saat ritual tersebut," kata dia. 

Debus BantenPerayaan festival debus di Anyer Serang, banten 9 September 2019. (foto: Tagar/Moh Jumri).

Selanjutnya, calon jawara bakal disumpah agar takut dan taat pada peraturan. "Kalau mereka melanggar pertalekan (sumpah) padepokan tak akan bertanggung jawab lagi," ucapnya sambil memalingkan wajah.

Abah Sakud berani menjamin, sejauh ini, dari ribuan murid yang dia ajari tak pernah ada yang melanggar aturan, karena sudah dilakukan ritual dan telah disumpah terlebih dahulu. 

"Alhamdulilah di dalam persilatan Padepokan Bedah Suci, mereka sebelum berlatih harus terlebih dulu mengaji dan salat dan kita juga tidak memperbolehkan murid yang akan berlatih tidak mengaji," ucapnya.

Silat salah satu kebudayaan bangsa Indonesia sudah ada turun temurun. Jauh sebelum Indonesia merdeka silat telah ada. Semoga silat bisa tetap ada.

Dirinya tidak memungkiri, sempat menerima beberapa murid yang dulunya memiliki latar belakang negatif. Murid yang bisa dikategorikan anak nakal. Semisal terbiasa minum-minuman keras hingga mencuri. Namun, begitu tiba di padepokan, hal-hal semu duniawi harus ditinggalkan, menggantinya dengan penyaluran enerji positif. 

"Nyatanya pas murid-murid saya disumpah dan dididik, mereka tak ada yang melanggar. Kita ajarin akhlak dan agama," tuturnya.

Di tempat terpisah, Kang Juheni namanya. Dia adalah salah seorang warga Kecamatan Petir.

Juheni berpendapat bahwa saat ini pelajaran pencak silat di kurikulum pelajaran sekolah formal sudah jarang terlihat masuk dalam ekstra kulikuler. 

Dia berharap, adat ini tidak hilang tergerus zaman. Sebab, bagaimana pun juga, pencak silat memang mengharumkan nama Indonesia di dunia. 

"Padahal silat salah satu kebudayaan dari bangsa Indonesia sudah ada turun temurun. Jauh sebelum Indonesia merdeka silat telah ada. Semoga silat bisa tetap ada dan terus ada," tutur Juheni.

Untuk diketahui pada era Kesultanan Banten sekitar tahun 1651-1692 yang dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa atau Pangeran Surya, kesenian debus atau kebal, kerap digunakan sebagai alat untuk penyebaran agama, juga memberikan semangat juang kepada para penduduk Banten untuk melawan penjajah Belanda waktu itu. Seiring perkembangan zaman, debus telah dikombinasikan melalui seni tari dan suara. []

Berita terkait
Hari yang Sederhana di Pesantren Ma'ruf Amin
Hari yang sederhana di Pesantren Syeikh Nawawi di Banten. Tak ada yang berlebihan pada hari pelantikan Maruf Amin sebagai Wakil Presiden RI.
Kenken, Burung Seharga Lebih Mahal dari Mobil Avanza
Belasan ekor burung beraneka warna itu terbang menuju langit biru. Satu di antaranya bernama Kenken, burung seharga lebih mahal dari mobil Avanza.
Setan Geunteut, Usai Magrib Culik Anak Kecil di Aceh
Hantu geunteut boleh saja dianggap sebagai mitos belaka. Namun, kesaksian korban yang diculik di Aceh, membuktikan jika makhluk gaib ada di sana.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.