Bauzi, Suku Terasing di Papua

Papua, sebelumnya dikenal dengan nama Irian Barat atau Irian Jaya. Ada suku yang terasing bernama Bauzi, mereka terisolasi dengan kehidupan modern.
Suku Bauzi berasal dari daerah Waropen Utara. (Foto: blogpackerindo.blogspot)

Jakarta - Papua, sebelumnya dikenal dengan nama Irian Barat atau Irian Jaya. Provinsi di ujung timur Indonesia ini terdiri dari suku yang sangat beragam. 

Ada sekitar 276 suku di Papua dan diketahui 14 di antaranya telah menghilang, baik fisik maupun bahasanya. Para antropolog sudah kesulitan menemukan lagi orang-orang dari suku Dani asli, seperti Korowai, Kombai, Yali, Goroka, Kalam, Asaro, dan suku Huli yang hanya ditemukan saat pertunjukan atau festival seni budaya. Salah satu suku yang mulai terasing adalah Bauzi atau Baudi. 

Suku Bauzi bisa menyebar, karena memiliki kemampuan berpindah menggunakan perahu menyusuri sungai dan berjalan kaki.

Mengutip dari Wikipedia, Suku Bauzi berasal dari daerah Waropen Utara. Kemudian dalam kurun waktu yang lama mulai menyebar ke selatan danau Bira, Noiadi dan tenggara Neao, dua daerah yang terletak di perbukitan Van Rees Mamberamo. 

Suku Bauzi bisa menyebar, karena memiliki kemampuan berpindah menggunakan perahu menyusuri sungai dan berjalan kaki

Lembaga misi dan bahasa Amerika Serikat bernama Summer Institute of Linguistics (SIL) pada 1991 pernah merilis data yang memperlihatkan jumlah orang Bauzi sekitar 1.500 jiwa. Mereka menyebar di bagian utara dan tengah wilayah Mamberamo. SIL memasukan suku ini di daftar 14 suku paling terasing.

Badan Pusat Statistik (BPS) Papua juga memasukan Suku Bauzi ke dalam daftar 20-an suku terasing yang telah teridentifikasi. 

Luasnya hutan belantara, pegunungan, lembah, rawa hingga sungai-sungai besar di sekitar kawasan Mamberamo membuat orang Bauzi nyaris tidak bersentuhan langsung dengan peradaban modern. Selain itu, kehidupan keseharian Suku Bauzi masih dijalani secara tradisional.

Kuatnya budaya, adat istiadat, dan keadaan suku yang menempati kawasan terisolir membuat sebagian lelaki Bauzi masih mengenakan cawat, berupa selembar daun atau kulit pohon yang telah dikeringkan kemudian diikat dengan tali pada ujung alat kelamin.

Suku BauziSuku Bauzi berasal dari daerah Waropen Utara. (Foto: romadecade)

Suku Bauzi juga memasang hiasan berupa tulang pada lubang hidung. Sedangkan untuk wanita juga mengenakan selembar daun atau kulit kayu, diikat dengan tali di pinggang berfungsi untuk menutup aurat. Namun, tidak mengenakan penutup dada.

Pada acara pesta adat dan penyambutan tamu, para lelaki dewasa akan mengenakan hiasan di kepala dari bulu kasuari dan tubuh diolesi dengan air sagu. 

Sebagian besar Suku Bauzi masih hidup pada taraf meramu, berburu dan semi nomaden. Karena itu, mereka membuat sejumlah peralatan seperti, panah, tombak, parang, pisau belati, dan lain-lain untuk berburu. 

Biasanya orang Bauzi berburu binatang hutan seperti babi, kasuari, kus-kus dan burung. Buruan kemudian dimasak dengan cara dibakar atau bakar batu. 

Selain itu, Suku Bauzi juga mengolah sagu sebagai makanan pokok dan menanam umbi-umbian. Mereka jarang mengkonsumsi sayur-sayuran. Hal itu menjadi penyebab anak-anak balita, ibu hamil dan ibu menyusui sering mengalami gejala kurang gizi dan animea. 

Meskipun begitu, mereka memiliki pengetahuan mengenai cara pengobatan alami dengan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan hutan (etno-medicine). 

Suku BauziSuku Bauzi berasal dari daerah Waropen Utara. (Foto: mazmuzie.blogspot)

Agama Suku Bauzi

Sebelumnya, Suku Bauzi masih menganut kepercayaan suku dan adat istiadat (animisme). Kini, sekitar 65 persen telah memeluk Kristen sebagai dampak penyebaran dari para misionaris dari Eropa, Amerika Serikat, dan Papua. 

Untuk kehidupan sosial tidak dianut model kepemimpinan kolektif yang kuat dan bisa dijadikan panutan bagi anggota komunitas yang lain. Untuk itu, jika terjadi konflik akan sulit diselesaikan. 

Para ahli bahasa (linguist) yang juga misionaris dari SIL dengan dibantu penerjemah lokal telah berusaha mempelajari bahasa dan dialek suku Bauzi selama bertahun-tahun.

Upaya ini berhasil dengan penerbitan berbagai literature tentang suku Bauzi, termasuk penerjemahan Alkitab versi Perjanjian Baru ke dalam bahasa Bauzi oleh Dave dan Joice Briley. 

Dari catatan SIL, bahasa Bauzi memiliki sekitar 1350 kosakata yang terbagi dalam tiga dialek, utama, yakni dialek Gesda Dae, Neao dan Aumenefa. 

Sejak penemuan suku Bauzi pada tahun 1980-an, mereka terus dididik oleh para misionaris asing dan lokal yang selain bekerja mewartakan injil Kristen, juga melakukan misi pelayanan sosial. 

Hasil dari pekerjaan ini melahirkan pembangunan gereja yang digunakan sebagai tempat ibadah, sekaligus menjadi tempat pelayanan sosial bagi suku Bauzi. 

Pekerjaan penginjilan dan pelayanan kepada suku ini juga dilakukan Yayasan Penginjilan dan Pelayanan Masirei (YPPM) sekitar awal 1990-an. Tugas itu kemudian dilanjutkan lagi oleh Yayasan Bethani selama beberapa tahun. 

Sejak tahun 1995, Yayasan Amal Kasih juga bekerja secara khusus menangani Suku Bauzi di Kampung Fona hingga sekarang. []

Berita terkait
Tersangka Kerusuhan Papua Barat Jadi 20 Orang
Tersangka kerusuhan, pembakaran serta penjarahan di Papua Barat pada 19-21 Agustus 2019 bertambah menjadi 20 orang.
Langkah Jokowi dan Aparat Wujudkan Damai di Papua
beberapa kota di Provinsi Papua terkini, seperti di Jayapura, sejak beberapa hari terakhir mulai pulih pasca kericuhan di kota Malang dan Surabaya.
Tarian Yospan untuk Bangkitkan Generasi Muda Papua
Ratusan warga Papua yang tinggal di Jakarta menggelar acara musik dan tarian Yospan asal Papua untuk membangkitkan semangat generasi muda Papua.
0
Ini Alasan Mengapa Pemekaran Provinsi Papua Harus Dilakukan
Mantan Kapolri ini menyebut pemekaran wilayah sebenarnya bukan hal baru di Indonesia.