Banyak Akun Audrey di Media Sosial, Asli atau Palsu?

Banyak akun palsu Audrey membonceng ramainya pembahasan kasus ini di media sosial.
Youtuber tekenal Indonesia, Atta Halilintar (kiri) menjenguk Audrey di rumah sakit. (Foto: Instagram/attahalilintar)

Jakarta - Hingga saat ini kasus siswi SMP di Pontianak, Audrey, mendapat perundungan dari sejumlah siswi SMA menjadi perhatian masyarakat. Bersamaan dengan penyelidikan kepolisian terkait kasus itu, muncul banyak unggahan di media sosial yang diduga berasal dari Facebook milik Audrey.

Pengamat Sosial Vokasi Universitas Indonesia Devie Rahmawati melihat riuhnya postingan diduga dari FB Audrey itu merupakan fenomena alamiah. Tak bisa dipungkuri, jika ada skandal ataupun informasi yang viral di media sosial, selalu saja mendapatkan reaksi dari masyarakat.

"Memang suatu hal yang alamiah ketika ada suatu informasi atau berita atau skandal yang tiba-tiba meruak di publik yang kemudian akan menimbulkan reaksi, yaitu reaksi pertama satu dukungan terhadap situasi yang ada," kata Devi saat dihubungi Tagar News pada Jumat 12 April 2019.

Di samping itu, akun-akun palsu bernama Audrey banyak bermunculan di medsos membonceng ramainya pembahasan kasus ini. Devi mengatakan ada hal positif dan negatif memperhatikan akun-akun mengatasnamakan Audrey bertebaran di medsos. Menurutnya, dampak negatif dari fenomena ini ada sebuah kepentingan kelompok ataupun pribadi.

"Positif misalnya ketika memang dalam konteks kasus Audrey, orang-orang yang selama ini sudah lama memperjuangkan isu perlindungan anak, namun sering kali tidak mendapatkan perhatian publik. Ketika ada problem dia kemudian mengendarai ini untuk mengingatkan kepada orang 'ayo dong kita bergerak bersama nih'," ucap dia.

AudreyAudrey, diduga dikeroyok secara sadis oleh 12 siswi SMA. (Foto: Instagram/@its.chelsy)

"Itu artinya upaya untuk menumpang, dalam istilah komunikasi itu dia melakukan co branding, dengan isu yang sama, kemudian dia menempel lalu berharap orang merespon dengan respon yang sama positifnya dan sama kuatnya ketika menghadapi atau melihat kasus Audrey," tambahnya.

Duplikat akun Audrey palsu dapat merugikan masyarakat. Apalagi, lanjut Devi, kasus Audrey ini dimanfaatkan untuk keuntungan pribadi seperti memperkaya diri hingga numpang tenar.  

"Misalnya niat jahatnya itu dia ingin mengumpulkan dana masyarakat, yang kemudian ketika terkumpul malah digunakan untuk kepentingan pribadi. Tentu saja ini akan merugikan publik. Lalu kemudian akan membuat orang yang betul-betul membutuhkan akhirnya tidak menerima bantuan tersebut gitu. Jadinya kan salah sasaran," ujarnya.

Adanya informasi yang viral di medsos, kata Devi, perlu disikapi dengan hati-hati. Itu karena di zaman teknologi yang semakin canggih ini, tak menutup kemungkinan segala akses di medsos akan dimanfaatkan untuk mencari kepentingan pribadinya.

"Jadi tinggal pandai-pandai publik ketika misalnya ingin memberikan dukungan perlu memverifikasi, apakah kalau bentuk dukungannya dalam bentuk online misalnya yaitu apakah benar sumber akun atau sumber beritanya sudah tepat atau sudah dipercaya misalnya. Itu memang jadi penting bagi publik untuk terus berhati-hati," tuturnya.

Senada dengan Devi, Pengamat Media Ignatius Hariyanto prihatin kasus Audrey ini diboncengi oleh segelintir orang atau kelompok yang ingin memperkeruh situasi. Sehingga mengabaikan empati dari kasus tersebut.

"Jika ada yang memanfaatkan situasi ini, saya kira itu perbuatan tercela dan membuat masalah ini jadi tambah kisruh. Kita menaruh empati yang dalam pada korban dan kita ingin melindungi korban dari kekerasan lain yang mengikutinya," kata Ignatius Hariyanto kepada Tagar News, Jumat 12 April 2019.

Dari kasus Audrey, Ignatius berpesan agar masyarakat tidak membuat kekisruhan yang bisa menghambat proses berjalannya hukum.

"Ia anak di bawah umur telah mengalami kekerasan, janganlah ditambahi dengan mengobok-obok ruang pribadi korban. Hormati dia. Memang ada semacam sensasi yang seolah hebat kalau bisa menunjukkan isi media sosial korban, tapi itu untuk apa? Apa bukan malah makin mengeksploitasi korban. Ingat anak ini masih punya masa depan dan kita harus lindungi dia," pungkasnya.

Baca juga: 

Berita terkait