Jakarta - Mungkin banyak yang belum mengetahui beberapa bahaya yang ditimbulkan dari penyemprotan cairan disinfektan ke tubuh manusia. Banyak yang salah dalam penerapan penyemprotan bahan kimia berbahaya tersebut.
Dikutip Tagar dari video YouTube milik dr. Haekal Anshari, Sabtu, 4 April 2020, menjelaskan bahwa menyemprotkan cairan disinfektan ke tubuh manusia sebenarnya tidak ada manfaatnya. Malahan berbahaya bisa menyebabkan gangguan iritasi pada kulit, mata, dan mulut.
Disinfektan bukan untuk digunakan langsung ke tubuh manusia. Cairan disinfektan merupakan zat kimia yang digunakan untuk membersihkan dan membunuh kuman pada benda dan barang-barang.
"Menyemprotkan cairan disinfektan ke seluruh tubuh tidak akan membunuh virus corona. Bahkan, menyemprotkan disinfektan dapat menyebkan gangguan pada mukosa tubuh seperti mata dan mulut. Sebab, cairan disinfektan mengandung klorin yang dapat menyebabkan gangguan tersebut," ujar dr. Haekal Anshari.
Lebih lanjut, dokter Haekal mengatakan tidak ada rekomendasi dari Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) untuk penggunaan cairan disinfektan disemprotkan langsung ke tubuh manusia.
Menyemprotkan cairan disinfektan ke seluruh tubuh tidak akan membunuh virus corona.
"Disinfektan bukan untuk digunakan langsung ke tubuh manusia. Cairan disinfektan merupakan zat kimia yang digunakan untuk membersihkan dan membunuh kuman pada benda dan barang-barang. Umumnya, cairan disinfektan ditemukan pada produk pembersih lantai, dapur, dan pembersih rumah tangga lainnya," ujar dr. Haekal.
Bahkan, kata dokter Haekal, sejumlah disinfektan mengadung bahan kimia kuat berbahaya yang penggunannya untuk membersihkan perkakas rumah tangga. Bukan disemprotkan langsung ke tubuh manusia, sangat tidak dianjurkan.
"Cara terbaik untuk terhindar dari virus corona dan tidak menularkan kepada orang lain adalah rutin mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir sesuai standar WHO minimal selama 20 detik. Lakukan physical distancing, atau tetap di rumah, dan tidak keluar kalau tidak perlu," kata dr Haekal.[]