Bahagianya Bisa Salat Jumat Lagi di Era New Normal

Masjid Al Markaz Al Islami Makassar menggelar salat Jumat pertama di era new normal setelah tiga bulan ditiadakan akibat PSBB.
Warga malakukan salat Jumat di Masjid Al Markaz Al Islami Makassar, Jumat, 5 Juni 2020. (Foto: Tagar/Aan Febriansyah)

Makassar – Suasana Masjid Al Markaz Al Islami Makassar pada Jumat, 5 Juni 2020 terlihat ramai pasca pandemi Covid-19. Kondisi itu merupakan kali pertama masjid terbesar di Kota Makassar tersebut melangsungkan salat Jumat setelah 12 pekan ditiadakan atau tepatnya sejak 20 Maret 2020.

Waktu menunjukan pukul 11.45. Sejumlah warga mulai memadati masjid dua lantai itu. Sebelum masuk, mereka diminta untuk melakukan pengukuran suhu tubuh. Langkah Ini dimaksudkan sebagai antisipasi penyebaran Covid-19 sekaligus protokol wajib di masa pandemi.

Selain itu, warga juga diminta untuk mengenakan masker atau pelindung wajah selama beraktivitas di dalam masjid. Meski pengawasan tergolong ketat dan tidak praktis, namun tidak nampak sama sekali keluhan dari para warga yang hadir di rumah ibadah umat Islam itu. Jamaah terlihat sangat antusias mengisi shaf kosong dengan memperhatikan jarak diantara meraka.

Setelah hampir tiga bulan lamanya tidak menunaikan salat Jumat, akhirnya hari ini saya kembali bisa melaksanakan ibadah ini.

Masjid Al Markaz Al Islami MakassarPembatasan jarak shaf dalam pelaksanaan salat Jumat di Masjid Al Markaz Al Islami Makassar (Foto: Tagar/Aan Febriansyah)

Di sisi kanan-kiri shaf diberikan penanda jarak yang mesti dikosongkan sebagai bagian dari protokol kesehatan. Meski demikian, masih terlihat beberapa warga yang tidak mematuhi aturan ini akibat keterbatasan ruang yang tidak sebanding dengan jumlah jamaah.

Seorang warga yang hadir untuk beribadah mengatakan dirinya sangat bahagia dapat kembali melaksanakan salat Jumat. Walaupun mesti mematuhi sejumlah ketentuan, dia merasa tidak keberatan untuk mengikuti prosedur yang berlaku.

“Setelah hampir tiga bulan lamanya tidak menunaikan salat Jumat, akhirnya hari ini saya kembali bisa melaksanakan ibadah ini. Meski harus mengenakan masker, saya sangat bahagia bisa kembali salat di masjid secara berjamaah,” ujar lelaki yang bernama Sudirman itu kepada Tagar.

Selama tidak melaksanakan salat Jumat, sambung dia, Sudirman tetap melaksanakan salat Duhur di rumah. Pun demikian dengan salat tarawih.

"Merasa lebih afdal jika melaksanakan salat berjamaah di masjid,” ujarnya.

“Sebenarnya ada beberapa masjid kecil yang berada dalam kompleks tempat tinggal saya yang bisa melaksanakan salat berjamaah. Tetapi saya secara pribadi lebih memilih untuk mentaati arahan pemerintah untuk melaksanakan kegiatan ibadah di rumah,” sambung dia.

Tanpa Jabat Tangan

Jamaah lain yaitu Rusdi, mengaku senang bisa kembali mengikuti ibadah di masjid meski dengan sejumlah protokol kesehatan yang harus dipatuhi.

“Banyak yang tidak bisa dilakukan setelah selesai salat. Sebelumnya, selalu ada ritual berjabatan tangan, namun sekarang harus ditiadakan demi kebaikan bersama,” ujar lelaki berusia 36 tahun itu.

Menurut Rusdi, aktivitas lain yang terpaksa dihindarkan adalah kebiasaan jamaah untuk berbincang-bincang usai salat karena dianggap berpotensi menimbulkan kerumunan orang.

“Dulu sebelum adanya pandemi, kami biasa ngobrol dengan jamaah lainnya. Di sekitaran masjid juga banyak pedagang yang menjajakan kue tradisional maupun minuman,” tutur Rusdi.

Masjid Al Markaz Al Islami MakassarPelaksanaan salat Jumat berjamaah dengan menerapkan protokol kesehatan social distancing (Foto: Tagar/Aan Febriansyah)

Lelaki yang bekerja di salah satu instansi pemerintahan itu berharap pandemi Covid-19 dapat segera berakhir. Sehingga, aktivitas kehidupan bermasyarakat bisa kembali dalam kondisi normal seperti sedia kala.

“Meski pemerintah telah menggulirkan wacana untuk menerapkan new normal, saya tetap berharap kehidupan bisa kembali seperti dahulu sebelum virus corona menyerang,” jelasnya.

Terapkan Protokol Kesehatan Ketat

Sementara itu, Ketua Yayasan Islamic Center (YIC) Al Markaz Al Islami Prof Basri Hasanuddin mengatakan pihaknya menanggungkan salat Jumat selama tiga bulan guna memutus mata rantai penyebaran virus corona. Langkah ini sekaligus upaya YIC Al Markaz untuk membantu mensukseskan kebijakan pemerintah selama masa pandemi.

“Meskipun sudah terbuka untuk pelaksanaan salat Jumat namun kami tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat dan  jamaah wajib mengukuti ketentuan ini,” ujar Basri.

Adapun beberapa protokol kesehatan yang dimaksud Basri antara lain setiap jamaah yang datang wajib mengenakan masker, membawa sajadah sendiri, serta menjaga jarak shaf.

Basri menambahkan, guna mengontrol pergerakan jamaah, pihak pengelola tidak membuka semua pintu masjid. Upaya ini juga dimaksudkan untuk memudahkan petugas melakukan pengukuran suhu tubuh jamaah yang hadir.

“Kapasitas Masjid Al Markaz Al Islami sendiri dalam keadaan normal mampu menampung lebih 10.000 jamaah. Namun karena ada pembatasan, maka shaf jamaah meluber hingga ke halaman masjid,” kata dia.

Penyemprotan Disinfektan

Sementara itu, guna memastikan masjid Al Markaz Al Islami dapat digunakan secara aman, Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Makassar turut berpartisipasi dalam melakukan sterilisasi dengan penyemprotan cairan desinfektan.

Ketua PMI Kota Makassar Syamsu Rizal MI mengatakan prosedur ini ditujukan untuk mereduksi penularan Covid-19 di area rumah ibadah.

“Penyemprotan cairan desinfektan dimulai dari halaman masjid, tempat wudhu hingga seluruh bagian masjid,” kata Deng Ical, sapaan akrab Syamsu Rizal.

Mantan Wakil Wali Kota Makassar itu menyebut penyemprotan disinfektan juga bertujuan agar masyarakat merasa nyaman dan tenang dalam pelaksanaan ibadah. []

Baca cerita lain: 

Berita terkait
Saat Takbir Idul Fitri 2020 Berkumandang di Bantaeng
Allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar, laa ilaaha illallahu wallahu akbar, allahu akbar wa lillahil hamd. Gema takbir Idul Fitri di Bantaeng.
Bagaimana Nabi Muhammad SAW Merayakan Idul Fitri
Hari raya Idul Fitri momen penting bagi umat Islam yang biasanya dirayakan dengan meriah. Bagaimana Nabi Muhammad SAW merayakan Idul Fitri.
Lebaran Online Warga Bantaeng dan Keluarga Indonesia
Lebaran online keluarga Mohtarom di Tulungagung Jawa Timur, dan keluarga Muhammad Siddiq di Bantaeng Sulawesi Selatan. Idul Fitri 2020 tanpa mudik.
0
Ini Alasan Mengapa Pemekaran Provinsi Papua Harus Dilakukan
Mantan Kapolri ini menyebut pemekaran wilayah sebenarnya bukan hal baru di Indonesia.