Bantaeng - اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لاإِلهَ إلا اللهُ وَاللهُ أَكْبرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الحَمْدُ. Allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar, laa ilaaha illallahu wallahu akbar, allahu akbar wa lillahil hamd. Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tiada tuhan selain Allah, Allah Maha Besar, dan milik Allah lah segala pujian.
Kumandang takbir, tahlil, dan tahmid menggema di langit Bantaeng, Sulawesi Selatan, Sabtu malam, 23 Mei 2020. Pertanda Ramadan berakhir, memasuki masa Idul Fitri. Gema takbir, tahlil, dan tahmid berasal dari masjid-masjid, sahut-menyahut membuat hati adem dan bergetar.
Malam itu Tagar mengikuti mobil patroli satuan lalu lintas Kepolisian Resor Bantaeng, bersama rombongan Bupati Bantaeng Ilham Azikin. Bupati ingin tahu apakah banyak pemudik di kota ini.
Di sebuah ruas jalan di pusat kota, pengendara roda dua dan roda empat segera menepi, saat melihat lampu strobo berwarna biru disertai sirine mobil patroli Satlantas Polres Bantaeng.
Mobil patroli itu memandu jalannya rombongan beberapa unsur forum koordinasi pimpinan daerah (Forkopimda) Bantaeng, di antaranya Bupati, Kapolres dan Dandim, serta para jajaran organisasi perangkat daerah atau OPD. Rombongan ini sedang memantau posko perbatasan dan persiapan di masjid menjelang Idul Fitri 1441 Hijriyah atau 2020 Masehi.
Bupati Bantaeng Ilham Azikin turun dari mobil, dikawal para ajudan. Ia memantau situasi di Posko Gerbang Disinfektan terletak di Rest Area Sasayya atau perbatasan Bantaeng dan Jeneponto.
Allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar, laa ilaaha illallahu wallahu akbar, allahu akbar wa lillahil hamd.
Ilham mengecek data pengendara yang hendak memasuki wilayah Kabupaten Bantaeng, memeriksa laporan jumlah pemudik. Data menunjukkan imbauan untuk tidak mudik di tengah pandemi Coivd-19, cukup efektif. Imbauan disuarakan pemerintah dan berbagai kalangan.
"Pemudik yang kita pantau angkanya masih kecil. Malam ini saja per pukul 22.30 Wita yang tercatat kurang dari 10 orang yang terdata untuk melakukan perjalanan mudik ke Kabupaten Bantaeng," kata Ilham.
Malam yang begitu melelahkan mungkin mereka rasakan, namun demi menjaga kesehatan masyarakat, mereka rela meninggalkan keluarga, beranjak memastikan keadaan aman-aman saja di daerah bertajuk Bumi Butta Toa ini.
Ilham Azikin juga menyebut Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Bantaeng telah melakukan pemantauan di Posko perbatasan marina atau perbatasan Bantaeng dan Bulukumba. Pemantauan menunjukkan keadaan aman dan lancar.
Salat Id di Rumah
Ilham Azikin meminta masyarakat mematuhi imbauan pemerintah, termasuk menjalankan ibadah Salat Idul Fitri di rumah masing-masing. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi penyebaran wabah virus corona.
Apabila ada yang ingin melaksanakan Salat Id di masjid, kata Ilham, pihaknya hanya bisa berharap agar protokol kesehatan tetap menjadi pedoman bersama. Sekali lagi, imbauan Salat Id di rumah adalah bagian dari upaya memutus penyebaran Covid-19.
"Khusus untuk Salat Id, imbauan tetap kita jalankan Salat Id di rumah masing-masing. Tapi kalau ada keluarga kita yang mau melaksanakan ibadah di masjid, itu akan kita perketat dengan protokol kesehatan, dan kita juga akan lakukan pemantauan malam ini tentang kesiapan-kesiapan jelang pelaksanaan Salat Id," kata Ilham.
Ia memastikan akan memberikan rasa aman kepada masyarakat dengan melakukan penyemprotan disinfektan pada malam hari sebelum pelaksanaan Salat Id. Dinas Kesehatan Bantaeng telah menyiapkan cairan disinfektan yang bisa dimanfaatkan Tim Gugus Tugas tingkat desa untuk mensterilkan masjid-masjid.
Di beberapa masjid, kata Ilham, sudah disiapkan bilik sterilisasi. Belum semua masjid di Kabupaten Bantaeng karena keterbatasan alat. Yang pasti, semua masjid di desa-desa sudah dilengkapi thermogun atau alat pengecek suhu. Alat ini disiapkan pihak Gugus Tugas Covid-19 Bantaeng, ada juga yang disiapkan pihak kelurahan.
Masyarakat Pendatang Diminta Patuh
Kepada masyarakat pendatang, pemudik, Ilham Azikin mengharapkan kesadaran semua untuk melaksanakan Salat Id di rumah. Ia khawatir, di antara yang datang tersebut, entah bagaimana caranya, membawa virus corona. Apalagi tidak ada yang tahu apakah di antara mereka itu termasuk carrier atau pembawa virus tanpa gejala. Tampak sehat, padahal dijangkiti virus. Ia secara fisik kuat tapi bisa menularkan penyakit ke orang lain.
"Yang kita harapkan adalah memperketat protokol kesehatan. Kepada para pendatang agar tidak melaksanakan Salat Id di masjid. Yang kita harapkan adalah kesadaran masing-masing. Salat Id di rumah saja," ujarnya.
Kesabaran Masyarakat
Irma, 22 tahun, satu di antara warga Bantaeng yang harus sabar menghadapi situasi pandemi. Hidup, gerak fisik dibatasi, tidak leluasa seperti pada hari-hari yang normal.
Ia mengatakan selama pandemi ini berusaha mengikuti imbauan pemerintah. Di antaranya melakukan aktivitas di rumah, menjaga jarak fisik saat berada di tempat umum, memakai masker saat harus keluar dari rumah.
"Kita pasti menang, kita pasti bisa melewati masa sulit ini bersama," tutur Irma dengan pandangan teduh.
Ibu satu anak ini merasa semua hal yang diupayakan pemerintah akan sia-sia jika warga tidak mempunyai kesadaran yang sama.
"Bulan Ramadan ini tidak terasa, tahu-tahu sudah berlalu. Kita berpuasa, menahan haus dan lapar, menahan diri untuk tidak melakukan aktivitas di luar rumah. Kita punya banyak waktu beribadah, bersama keluarga," tuturnya.
Kita pasti menang, kita pasti bisa melewati masa sulit ini bersama.
Menurutnya yang paling penting saat ini adalah memetik hikmah dari setiap kejadian. "Tak bisa mudik, tapi banyak cara menjalin silaturahim. Saling menghubungi melalui telepon. Saling mendoakan. Semoga badai pandemi cepat berlalu." []
Baca cerita lain: