Cirebon - Wali Kota Cirebon, Nashrudin Asiz, mengatakan pembacaan Babad Cirebon memberikan motivasi serta dorongan moral dan spiritual bagi masyarakat Kota Cirebon, Jawa Barat, untuk tetap konsisten pada latar belakang sejarah budayanya.
Hal ini diungkapkan Azis saat memberikan sambutan pada Pembacaan Babad Cirebon sehubungan dengan Hari Jadi Cirebon ke-650 di Keraton Kanoman, Minggu, 1 September 2019, malam.
[Baca juga: Harapan Wali Kota di Hari Jadi Kota Kota Cirebon ke-65]
Azis mengatakan Babad Cirebon mengingatkan kembali kepada titik awal perjalanan sejarah berdirinya Cirebon sebagai pusat penyebaran Agama Islam olah para Wali Allah SWT. Babad Cirebon juga sebagai momentum mewujudkan keteguhan iman dan sikap takwa yang murni dan ikhlas. “Berjuang menyebarkan ajaran Agama Allah SWT yang mengandung anjuran untuk menaati aturan jaga keabadian sampai generasi mendatang,” ujar Azis.
Azis menambahkan sampai sekarang gambaran simbol-simbol bernapas Islam tersebut masih terpelihara dengan tradisi dan budaya khas Cirebon yang mendominasi kehidupan masyarakat. Sebagai masyarakat Cirebon tentu sudah selayaknya harus memelihara pesan tersebut.
“Dengan menetapkan Hari Jadi Cirebon berdasarkan Tahun Hijriyah (tanggal 1 Muharam). Serta memegang teguh amanat leluhurnya hormaten, emanen, mulyaken ing pusaka serta dikenal dengan wangsit Sunan Gunung Jati Yaitu Ingun titip Tajug lan Fakir miskin,” kata Azis.
Wali Kota secara khusus menyampaikan terima kasih kepada Wakil Gubernur Jabar, H. Uu Ruzhanul Ulum, yang menghadiri Babad Cirebon yang telah menjadi bagian panjang sejarah Cirebon. Kehadirannya menjadi semangat agar masyarakat Kota Cirebon terus bangkit dan berinovasi dalam pembangunan.
Sementara Patih Keraton Kanoman, Pangeran Raja Mochamad Qadiran, mengatakan Cirebon merupakan percampuran dari berbagai suku di Asia. Cirebon sejak lama sudah jadi pusat penyebaran Agama Islam.
“Cirebon menjadi puser bumi di tatar Sunda. Kita ingatkan peristiwa awal berdirinya Cirebon dengan pembacaan Babad Cirebon. Seorang pemuda bernama Pangeran Walangsungsang putra Prabu Siliwangi melakukan babad alas kebon pesisir Cirebon,” ujar Qodiran.
Pembacaan Babad Cirebon, lanjut Qodiran, jadi cermin meneladani dan mempelajari riwayat hidup Prabu Siliwangi untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tradisi pembacaan Babad Cirebon akan terus dilakukan agar senantiasa mengingat leluhur yang sudah membumikan Agama Islam di bumi Cirebon. []