Semarang - Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo memberi ucapan selamat atas pelantikan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen yang terpilih kembali. Ucapan selamat itu direspons oleh China dengan skenario serangan militer ke Taiwan.
Semua orang mengerti hari ini adalah hari yang istimewa.
Pertama kalinya dalam sejarah, Menlu AS memberikan ucapan selamat kepada pihak Taiwan, dialamatkan ke Presiden Taiwan Tsai Ing-Wen. Tsai yang dilantik pada Rabu, 20 Mei 2020 waktu setempat, memiliki pendirian tegas menolak proposal 'satu negara, dua sistem' yang selama ini dianut China.
Pendirian presiden Taiwan itu dan ucapan selamat dari pihak AS membuat pihak China meradang. Saat Tsai secara resmi memulai masa jabatan keduanya, media militer China bernama Naval and Merchant Ships merilis skenario serangan pada Taiwan lewat video berdurasi 11 menit.
Kronologi Skenario Serangan terhadap Taiwan
Dilansir dari South China Morning Post, video skenario serangan terhadap Taiwan yang diupload di media sosial bernama Weibo itu dibuka dengan kalimat, "Semua orang mengerti hari ini adalah hari yang istimewa." Tentu saja pernyataan itu merujuk pada pelantikan Presiden Taiwan.
"Tentara Pembebasan Rakyat [PLA] memiliki kemampuan dan tekad untuk melindungi persatuan nasional China," lanjut pernyataan itu.
Berikut ini Kronologi Selanjutnya
- Serangan itu bertujuan menghancurkan pertahanan pasukan udara dan laut Taiwan, guna membuka jalan untuk pendaratan.
- China meluncurkan dua set rudal. Satu set ditembakkan dari pangkalan rudal di Provinsi Fujian, sedangkan yang satunya ditembakkan dari armada roket bergerak ke arah pertahanan udara dan bandara di seluruh Taiwan.
- Dalam waktu empat menit, kekuatan udara Taiwan akan lumpuh. Sedangkan beberapa pesawat Taiwan yang telah lepas landas menjadi sasaran empuk rudal China.
- Rudal kembali ditembakkan ke pangkalan peluncuran rudal di utara pulau Taiwan dan pangkalan militer di Taiwan timur.
- Jet tempur China terbang untuk menguasai wilayah udara Taiwan dan menyerang kapal perang Taiwan.
- Dua jam kemudian China berhasil melumpuhkan semua pangkalan pertahanan anti-udara dan hampir semua pesawat tempur Taiwan.
- Saat Taiwan berusaha tersadar dari kehancuran, China mempersiapkan serangan sebelum fajar. Pasukan serbu akan tiba pukul 05:00 untuk pendaratan dan menguasai Taiwan yang masih terlelap kelelahan.
Yang patut dicatat dari skenario yang rapi itu, China tidak memperhitungkan potensi keterlibatan pasukan Amerika atau Jepang. Dua negara itu sudah pasti akan berada di pihak Taiwan.
Meskipun begitu, pihak pemerintah China dan para ahli strategi militer menyerukan untuk menahan diri lewat media dan hal itu sangat kontras dengan video skenario serangan itu. Bahkan, pada awal Mei 2020, ahli strategi militer China Qiao Liang telah mengingatkan kalau sekarang bukan waktunya merebut Taiwan secara paksa karena terlalu mahal.
Profesor PLA National Defense University di Beijing itu menyatakan tujuan utama China bukan menyatukan kembali Taiwan, namun demi pembaruan nasional agar 1,4 miliar penduduk China bisa hidup makmur. Dan tujuan itu tidak dengan merebut Taiwan karena terlalu besar pengorbanan untuk ambisi itu.
Satu Negara, Dua Sistem Gagal di Hong Kong
Pendirian Presiden Taiwan Tsai Ing-Wen yang menolak sistem ‘satu negara, dua sistem’ bukan tanpa alasan. Sistem yang juga digunakan Beijing untuk menyatukan Makau itu bermasalah di Hong Kong.
Penduduk Hong Kong mengalami kecemasan setelah pihak China dianggap mulai bertindak represif yang memicu gelombang demo besar-besaran dan anarkis.
Pompeo Akui Kinerja Tsai
Pernyataan Menlu AS Mike Pompeo yang membuat China marah besar dibacakan dengan keras pada upacara pelantikan Tsai Ing-Wen. Dia menyatakan Tsai yang mendapat suara dengan selisih suara yang besar telah mendapatkan rasa hormat, kekaguman, dan kepercayaan dari warganya.
Dilansir dari Reuters, pihak Kemenlu China mengatakan pernyataan Pompeo itu secara serius merusak perdamaian dan stabilitas Selat Taiwan dan China-AS. China akan melakukan tindakan pencegahan, di mana AS akan menanggung resikonya.
Meskipun begitu, Tsai mengatakan Taiwan siap berdialog dengan Beijing dan tetap menjaga keamanan regional.
Pada waktu yang sama, Pompei juga menuding WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) telah merusak kredibilitasnya dengan mengabaikan Taiwan. Sejak awal, Taiwan sudah mengingatkan WHO tentang Covid-19 di Wuhan dan diabaikan.
Sampai sekarang, Taiwan adalah negara yang terdampak paling ringan covid-19 karena sedari awal sudah melakukan tindakan pencegahan, yaitu dengan 440 kasus, 401 sembuh, dan 7 kematian. []