Yogyakarta - Andong sudah menjadi ikon Yogyakarta. Keberadaannya menjadi warisan budaya Jawa sekaligus menjadi daya tarik wisatawan saat mengunjungi Kota Gudeg.
Sejak dahulu, angkutan tradisional roda empat ini mendukung dalam meningkatkan kualitas moda transportasi lokal ikonik di Yogyakarta. Di sejumlah sudut kota, khususnya di Malioboro banyak ditemui moda transportasi yang ditarik kuda ini.
Puluhan andong berjejer itu mirip seperti kereta kerajaan yang kental dengan nuansa budaya. Dengan sejumlah kusir yang sedang asyik berbincang, mereka kompak mengenakan setelan batik berbagai macam corak dan warna.
Kini transportasi yang menjadi andalan di zaman dulu, berangsur tergeser. Salah satu penyebabnya, maraknya layanan transportasi yang menawarkan biaya murah, misalnya seperti transportasi online. Minat kalangan masyarakat dan wisatawan untuk menggunakan andong berkurang.
Ketua Paguyuban Andong Daerah Istimewa Yogyakarta, Purwanto, 49 tahun mengungkapkan minat menggunakan andong di kawasan Malioboro saat ini hanya menyentuh momen tertentu saja. Seperti pada saat liburan sekolah, libur Lebaran serta Tahun Baru menjadi kondisi yang ditunggu para kusir.
Pada hari biasa, pengguna andong sangat sepi. "Kita dapat uang itu pas momen Lebaran, Tahun Baru sama liburan sekolah. Itu pun pengguna andong kebanyakan murni dari wisatawan, terutama wisatawan dari luar Yogyakarta," katanya saat ditemui di Kantor Paguyuban Andong DIY di Jalan Ibu Ruswo No 35, Prawirodirjan, Gondomanan pada Rabu, 18 Maret 2020.
Purwanto tak memungkiri, andong saat ini kalah bersaing dengan transportasi lain karena harga yang lebih murah. Purwanto juga mengakui bahwa tarif andong berbeda dengan transportasi umum lain.
Kita dapat uang itu pas momen Lebaran, Tahun Baru sama liburan sekolah.
Jumlah andong di Malioboro sendiri mencapai 466 buah. Dari jumlah tersebut semuanya sudah melalui uji seleksi dan dipastikan sesuai dengan standar dan aman. "Anggota 540 yang ditetapkan dari Dinas Perhubungan Yogyakarta, yang aktif sekitar 466. Semua yang terdaftar dalam paguyuban sudah mempunyai sio KTB itu seperti STNK dan sio NKTB seperti plat nomor kendaraan," katanya.
Untung Rugi Pedestrian Malioboro
Purwanto menceritakan, moda transportasi trandisional itu dulunya mempunyai peminat yang cukup luas utamanya di Kota Yogyakarta. Beberapa daerah seperti Kotagede, Pasar Beringharjo, Stasiun Lempuyangan, Tugu dan beberapa daerah lain akses transportasi menggunakan andong.
Namun kondisi itu semakin menurun di era modern ini. Perkembangan sarana tranportasi yang tidak terbendung semakin menghilangkan andong. Bahkan penduduk lokal yang dulunya menjadikan andong sebagai moda transportasi utama, sudah banyak beralih.
"Padahal Yogyakarta minat kunjungan wisata nomor dua wisatawan setelah Bali, namun setelah banyak kendaraan yang murah-murah ini, situasinya jadi berbeda, denger-denger Yogyakarta malah nomor 9 sekarang kunjungannya," ucapnya.
Keberadaan andong sendiri kini juga tengah tergerus dengan diubahnya kawasan Malioboro menjadi kawasan pedestrian. Perubahan itu, membuat tempat mangkal andong sendiri jadi makin terbatas. Padahal mereka menggantungkan penghasilannya dari andong.
Meskipun belum jelas bagaimana nasib ke depan, pihaknya tetap mendukung Malioboro menjadi kawasan pedestrian. Bukannya tanpa kritik, dari beberapa uji coba yang sudah dilakukan, menurut Purwanto ada beberapa hal yang masih perlu diperbaiki oleh pemerintah.
"Untuk sosialisasi pedestrian itu kan yang bisa masuk, pejalan kaki, sepeda ontel, becak ontel, Trans Jogja, mobil patroli, ambulance dan andong. Sekarang dicoba, malah banyak yang pakai jalan itu buat jalan dan duduk-duduk, buat selfie, sepeda jalan ke utara, becak jalan ke utara malah terkesan seperti car free day. Salah kaprahnya di situ," kata dia.
Penuh harap, kata dia, andong yang merupakan warisan budaya asli tetap dilestarikan utamanya oleh Dinas Pariwisata. Dengan menonjolkan andong yang kini mungkin hanya bisa ditemui di Yogyakarta, bukan tidak mungkin makin menambah minat wisatawan khususnya di Yogyakarta.
Jika masyarakat memanfaatkan jasa andong, secara tidak sadar dia mendukung permasalahan transportasi tradisional dan bebas polusi lingkungan. []
Baca Juga: