Akibat Alih Fungsi, Lahan Garam di Sampang Menyusut

Akibat beralih fungsi, lahan untuk produksi garam di Sampang semakin hari semakin menyusut.
Sejumlah petani garam mengangkut hasil produksi garam di Desa Aeng Sareh, Kecamatan Pangarengan, Sampang. (Foto: Tagar/Nurus Solehen)

Sampang - Kabupaten Sampang menjadi salah satu daerah produksi garam di Jawa Timur. Sayangnya, lahan tambak garam, kian tahun kian menyusut alias terus berkurang.

Pemerintah daerah menyebutkan, lahan tambak garam terus menyusut akibat beralih fungsi menjadi kawasan perumahan, pertokoan, dan tempat usaha.

Kepala Bidang (Kabid) Perikanan Budidaya Dinas Perikanan Sampang Moh Machfud mengatakan, awalnya, luas lahan tambak garam di Sampang mencapai 4.382,7 hektare dengan produksi 397.922 ton dengan rata-rata produktivitas tambak garam antara 80-100 ton per hektare. Luas lahan prospektif mencapai 173,7 hektare.

Namun dari 4 ribu hektare lebih lahan tambak garam yang ada jumlahnya kian menyusut. Saat ini tersisa 2.800 hektare. Kondisi tersebut berdampak terhadap penurunan produksi garam.

"Saat ini luas lahan tambak garam produktif masyarakat dan perusahaan hanya sekitar 2.800 hektare," kata Machfud, Jumat 18 Oktober 2019.

Stabilitas harga garam juga sangat mempengaruhi terhadap ketersedian luas lahan tambak garam

Potensi tambak garam terbesar di kota bahari tersebar di Kecamatan Camplong, Sampang, Pangarengan, Sreseh, dan Kecamatan Jrengik dengan jumlah sebanyak 219 kelompok usaha garam.

"Setiap tahun selalu terjadi penyusutan lahan tambak garam 1 persen dari total luas lahan garam produktif yang ada," ucapnya.

Di samping itu, persoalan modal juga menjadi penyebab menurunkannya produksi garam. Pasalnya produksi garam membutuhkan dana tak sedikit. 

“Karena keterbatasan modal, makanya banyak lahan yang kemudian tak digarap,” ujar dia lagi.

Selain dialihfungsikan untuk perumahan, penyusutan lahan garam di Sampang karena sebagian pemilik lahan menggunakannya untuk jenis usaha yang dinilai lebih menjanjikan. Misalnya, pertokoan, dan rumah kos.

Menurut dia, stabilitas harga garam juga mempengaruhi ketersedian luas lahan tambak garam. Pasalnya saat harga garam kurang menjanjikan, mayoritas pemilik tambak kurang bergairah untuk mengelola lahan. Sebagian lahan tambak garam kemudian dialihkan menjadi kawasan usaha yang memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi, semisal gudang, pertokoan, perumahan dan lain sebagainya.

"Harga garam yang cenderung murah membuat rendahnya minat petani atau petambak untuk menggarap lahan," ucapnya.

Menurut Machfud, penyusutan lahan garam tambak garam di Sampang, itu terjadi di kawasan perkotaan. Sedangkan di daerah pedesaan tetap.

Untuk itu, ia meminta agar para petani garam bisa lebih semangat dan giat meningkatkan hasil produksi garam. Petani disarankan bergabung ke koperasi garam. Tujuannya, agar bisa mandiri dan tidak bergantung kepada pengepul untuk mendapatkan modal dan menjual hasil produksi.

"Kami berupaya menangani alih fungsi lahan produktif garam dengan menjalankan program lahan terintegrasi dan rumah kristal garam," ujarnya.

Sementara itu, anggota Komisi II DPRD Alan Kaisan meminta dinas terkait maksimal mengawasi keberadaan tambak garam. Tujuannya, agar alih fungsi tambak bisa lebih diminimalisir. "Harus ada upaya dari pemkab dalam mencegah alih fungsi tambak garam," ujar Alan menegaskan. []

Baca juga:

Berita terkait
Pilkades di Sampang, Calon Kepala Desa Tes Urine Massal
Badan Narkotika Nasional Provinsi Jawa Timur memeriksa urine 132 calon kepala desa di Sampang.
Kejari Tahan Mantan Kepala Disdik Sampang
Mantan Kadis Disdik Sampang ditahan kejaksaan Negeri, sebagai tersangka baru kasus proyek sekolah di SMPN 2 Ketapang.
34 Warga Sampang di Wamena Dipulangkan
Akibat kerusuhan yang terjadi di Wamena Papua, 34 warga Sampang dipulangkan.