AirAsia Berpotensi Delisting dari Bursa Efek Indonesia

Emiten PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) berpotensi delisting dari papan pengembangan dari Bursa Efek Indonesia.
AirAsia menghilang di kanal agen perjalanan daring. (Foto: Tagar/AirAsia)

Jakarta - Emiten maskapai penerbangan, PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP)  berpotensi delisting (penghapusan pencatatan) dari papan pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI). Sehubungan dengan itu, saham perseroan telah disuspensi selama 15 bulan dan masa suspensi akan mencapai 24 bulan pada tanggal 5 Agustus 2021.

Dalam laporan keterbukaan informasi BEI, Kamis, 5 November 2020, potensi delisting AirAsia ini berdasarkan pengumuman Bursa No: Peng-SPT-00012/BEI.PP3/08-2019 tanggal 5 Agustus 2019 perihal Penghentian Sementara Perdagangan Efek AirAsia Indonesia (CMPP) serta Peraturan Bursa Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di

Bursa, Bursa dapat menghapus saham perusahaan tercatat apabila:

a. Ketentuan III.3.1.1, perseroan mengalami kondisi, atau peristiwa, yang secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha, baik secara finansial atau secara hukum, atau terhadap kelangsungan status perseroan sebagai perusahaan terbuka, dan perusahaan tercatat tidak dapat menunjukkan indikasi pemulihan yang memadai;

b. Ketentuan III.3.1.2, saham perseroan yang akibat suspensi di Pasar Reguler dan Pasar Tunai, hanya di diperdagangkan di Pasar Negosiasi sekurang-kurangnya selama 24 bulan terakhir.

Berdasarkan keterbukaan informasi yang disampaikan PT AirAsia Indonesia Tbk, susunan dewan komisaris dan direksi berdasarkan laporan keuangan periode 30 Juni 2020.

Komisaris Utama: Kamarudin Bin Meranun

Komisaris Independen: Agus Toni Sutirto

Komisaris: Pin Harris

Direktur Utama: Dendy Kurniawan

Direktur: Dinesh Kumar

Susunan pemegang saham AirAsia Indonesia berdasarkan Laporan Bulanan Registrasi Pemegang Efek per 30 September 2020:

1. PT Fersindo Nusaperkasa sebanyak 5.252.540.000 lembar atau 49,16 persen

2. AirAsia Investment Ltd sebanyak 5.262.638.300 lembar atau 49,25 persen

3. Masyarakat sebanyak 169.946.141 lembar atau 1,59 persen.

Laporan Keuangan AirAsia

Sebelumnya AirAsia Indonesia sudah mengumumkan laporan keuangan untuk periode kuartal yang berakhir pada 31 Maret 2020 (1Q20) dan semester yang berakhir pada 30 Juni 2020 (‘1H20).

Perseroan mencatatkan pendapatan 1Q20 sebesar Rp 1,3 triliun, lebih rendah 1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pendapatan ditopang oleh permintaan perjalanan yang kuat pada awal tahun dan strategi harga yang lebih baik, yang juga meningkatkan unit pendapatan Revenue per Available Seat Kilometre (“RASK”) sebesar 4 persen menjadi Rp 480.

Perseroan mengalami penurunan pendapatan secara drastis pada kuartal yang berakhir pada 30 Juni 2020 (2Q20) seiring dengan adanya pembatasan perjalanan terkait dengan pandemi Covid-19 yang menghilangkan lalu lintas penumpang. Perseroan menghentikan sementara penerbangan berjadwal mulai 1 April hingga 18 Juni 2020 untuk rute domestik dan internasiona untuk mengurangi resiko penyebaran wabah sekaligus mengurangi kerugian operasional seiring dengan rendahnya permintaan dan pembatasan perjalanan.

Selama periode ini, perseroan telah berhasil mengalihkan beberapa pesawatnya untuk melayani 12 penerbangan sewa kargo dan misi repatriasi. Pada tanggal 19 Juni 2020, beberapa rute telah kembali dibuka secara bertahap termasuk Jakarta-Denpasar, Jakarta-Kualanamu, Kuala Lumpur-Kualanamu, Penang-Kualanamu dan Kuala Lumpur-Surabaya.

Perseroan secara berhati-hati memulai kembali rute penerbangan lainnya seiring dengan pulihnya situasi pembatasan perjalanan. Dari sisi biaya, perseroan telah mengambil beberapa langkah signifikan untuk merasionalisasi biaya keseluruhan dan menghemat cadangan tunai.

Inisiatif yang dilakukan termasuk melakukan negosiasi dengan penyewa, institusi pendanaan, dan vendor untuk merestrukturisasi jangka waktu pembayaran. Selain itu juga penundaan penerimaan pesawat, penundaan pengeluaran modal, dan mengurangi guaranteed hours, mengurangi biaya pemasaran, dan menghentikan pengeluaran lainnya termasuk acara-acara sosial.

Melalui inisiatif-inisiatif tersebut, perseroan berhasil menurunkan pengeluaran operasional keseluruhan pada periode semester I 2020 (1H20) sebesar 21 persen. Secara keseluruhan hilangnya potensi pendapatan besar selama 2Q20 telah menyebabkan EBITDA ( pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) minus sebesar Rp 487 miliar dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 33 miliar. []

Berita terkait
New Normal, Order Tiket AirAsia Naik 400 Persen
Maskapai AirAsia Indonesia mengaku kebanjiran pesanan tiket setelah pemerintah memberikan arahan pembukaan kembali layanan penerbangan
Jokowi Apresiasi Kinerja Bursa Efek Indonesia
Presiden Jokowi mengarepsiasi Bursa Efek Indonesia yang meraih kinerja positif meskipun di tengah pandemi Covid-19.
Kenali Indeks Saham yang Ada di Bursa Efek Indonesia
Bursa Efek Indonesia secara aktif terus melakukan inovasi dalam pengembangan dan penyediaan indeks saham.