Air Mata Laodo Saat Terima Sembako di Bantaeng

Hujan baru saja reda, Laodo dan Nasiah berdiri di depan gubuk, menyambut rombongan polisi dari Polres Bantaeng, membawa paket sembako untuk mereka.
Laodo dan Nasiah, merasa berterima kasih mendapatkan bantuan sembako dari Kepolisian Resor Bantaeng, Sulawesi Selatan, Jumat, 15 Mei 2020. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

Bantaeng - Laodo dan Nasiah, pasangan suami-istri, keduanya tidak tahu usianya berapa. Kerut-kerut memenuhi wajah. Mereka hanya bisa memperkirakan usia masing-masing antara 60 sampai 65 tahun. Mereka adalah keluarga petani, tinggal di sebuah gubuk kayu beratap seng, beralaskan tanah di Desa Batu Karaeng, Kecamatan Pajukukang. Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. Tempat mereka berteduh itu juga bukan milik sendiri, tapi menumpang di tanah milik Pak Kepala Dusun.

Di gubuk tersebut, mereka tinggal bersama seorang anak perempuan dan seorang cucu. Anak-anaknya yang lain merantau ke daerah lain.

"Pergi semua, tidak ada yang pulang," kata Laodo dengan mata berkaca-kaca seperti menahan tangis.

Ia tak menjelaskan anak-anaknya tidak pulang karena tidak punya uang atau karena pemerintah melarang mudik untuk memutus rantai penyebaran virus corona penyebab penyakit Covid-19.

Hari itu, Jumat pagi, 15 Mei 2020, hujan baru saja reda, meninggalkan becek dan genangan di mana-mana. Laode dan Nasiah kedatangan tamu, rombongan polisi membawa paket sembako berisi beras, gula, dan telur. Para polisi ini dari Kepolisian Resor Bantaeng, menjalankan instuksi Kepala Kepolisian RI Jenderal Idham Azis, membagikan sembako kepada masyarakat tidak mampu yang makin susah pada masa pandemi Covid-19.

Ini merupakan instruksi Bapak Kapolri untuk membantu masyarakat yang terdampak Covid-19, juga dalam suasana bulan Ramadan menjelang Lebaran, supaya masyarakat lebih tenang menyambut Idul Fitri 1441 Hijriyah.

Kisah LaodoRombongan polisi dari Kepolisian Resor Bantaeng, Sulawesi Selatan, membawa paket sembako untuk dibagikan kepada orang-orang yang kesusahan pada masa pandemi Covid-19, Jumat, 15 Mei 2020. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

Para polisi itu tidak surut semangat, menembus hujan, melewati jalan becak dan penuh genangan air. Mereka tak peduli sepatu bersimbah lumpur. Semua pupus dan mengalir sendu saat bertemu Laodo dan Nasiah yang tampak saling sayang walau sudah tua dan hidup dalam keterbatasan.

Gurat bahagia juga tergambar jelas di raut wajah Laodo dan Nasiah. Mereka berdiri di pekarangan, menyambut para polisi menenteng paketan sembako.

Pemberian sembako berlangsung di depan gubuk, karena memang tidak ada ruang tamu dalam gubuk. Nasiah mengucapkan terima kasih, tersenyum haru, kemudian membawa paketan sembako ke dalam gubuk.

"Saya tinggal di sini sudah empat tahun, ini menumpang tanahnya Pak Dusun," kata Laodo.

Kisah LaodoLaodo dan Nasiah, merasa berterima kasih mendapatkan bantuan sembako dari Kepolisian Resor Bantaeng, Sulawesi Selatan, Jumat, 15 Mei 2020. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

Ia mengisahkan empat tahun lalu adalah masa krisis keluarganya. Harta terakhir berupa sebidang tanah yang merupakan mahar pernikahan dijual istrinya. Tak ada sumber kehidupan dan merasa malu, Laodo berniat membawa istrinya merantau mengikuti jejak anak-anaknya yang sudah merantau.

"Saya pikir di sini tidak bisa apa-apa lagi, jadi mau merantau, tapi ditahan Pak Dusun, dikasih tanah ini dibangunkan tempat untuk berlindung dan sampai sekarang bertahan jadi petani," tutur Laodo.

Selain sembako, mereka juga dapat masker dari para polisi. Para polisi sebelum pergi, mengajak semua berdoa bersama agar selalu dalam keselamatan pada masa sulit pandemi ini.

"Terima kasih, Nak, sembakonya," ujar Laodo mengiringi langkah rombongan polisi yang pergi menjauh.

Kisah LaodoLaodo memasang masker di wajah istrinyam Nasiah, masker pemberian polisi dari Kepolisian Resor Bantaeng, Sulawesi Selatan, Jumat, 15 Mei 2020. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

Laodo dan Nasiah, bukan mereka saja yang hidup susah di Bantaeng. Ada juga Daeng Gama, pria renta berusia sekitar 90 tahun, tinggal di gubuk berdampingan dengan kandang sapi. Daeng Gama dalam keadaan sakit yang mengharuskan ia memakai kateter.

Kateter adalah sebuah alat berupa tabung kecil yang fleksibel dan biasa digunakan pasien untuk membantu mengosongkan kandung kemih. Pemasangan alat ini dilakukan khusus untuk pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri secara normal.

Daeng Gama tidak lagi mempunyai kemampuan mengontrol buang air kecil. Ia sering mengeluarkan air seni tanpa disengaja.

Di tengah kehidupan yang begitu sulit, Daeng Gama tidak mendapatkan kateter dari petugas medis, tapi dari toko bangunan. Ia menggunakan selang kecil difungsikan sebagai kateter.

Seperti Laodo, Daeng Gama pada Jumat pagi itu didatangi rombongan polisi yang membawa paket sembako.

Seorang warga setempat menuturkan Daeng Gama memiliki putra-putri yang tinggal sekampung dengannya. Mereka punya rumah dan kehidupan masing-masing. Tapi Daeng Gama menolak diajak tinggal dengan salah satu dari mereka. Ia memilih nyaman menghuni gubuk di samping kandang sapi.

Kisah LaodoRombongan polisi dari Kepolisian Resor Bantaeng, Sulawesi Selatan, membawa paket sembako untuk dibagikan kepada orang-orang yang kesusahan pada masa pandemi Covid-19, Jumat, 15 Mei 2020. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

Kepolisian Resor Bantaeng dalam sepekan terakhir menggelar bakti sosial kepada masyarakat Bantaeng. Masyarakat lanjut usia, warga tidak sejahtera, warga asimilasi narapidana, serta mantan narapidana.

Bakti sosial melibatkan seluruh kepolisan sektor, menjangku semua warga yang kesusahan yang tinggal di tempat-tempat terpencil.

Pembagian sembako ini berdasarkan program sekaligus instruksi Kapolri Jenderal Idham Azis. Sebanyak 10 ton beras disalurkan Polri melalui personel jajaran Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan. Sepuluh ton khusus disiapkan Polri untuk masing-masing wilayah jajaran. Program 10 ton beras ini disalurkan serentak di seluruh wilayah Indonesia.

Kisah LaodoRombongan polisi dari Kepolisian Resor Bantaeng, Sulawesi Selatan, membagikan paket sembako kepada orang-orang yang kesusahan pada masa pandemi Covid-19, Jumat, 15 Mei 2020. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

Kepala Kepolisian Resor Bantaeng Ajun Komisaris Besar Wawan Sumantri mengatakan pembagian 10 ton beras dilakukan door to door, dari pintu ke pintu, untuk menghindari kerumunan massa yang haram dilakukan pada masa pandemi. Petugas mengantar bantuan langsung ke rumah warga. Demi keselamatan, juga memastikan bantuan tepat sasaran.

Sepuluh ton beras dibagi-bagi, dikemas dalam plastik berukuran 10 kilogram, ditujukan terutama kepada warga yang belum mendapat bantuan sembako dari pemerintah.

"Sebanyak 1000 paket beras dibagikan kepada 1000 keluarga," ujar Wawan Sumantri. “Ini merupakan instruksi Bapak Kapolri untuk membantu masyarakat yang terdampak Covid-19, juga dalam suasana bulan Ramadan menjelang Lebaran, supaya masyarakat lebih tenang menyambut Idul Fitri 1441 Hijriyah.”

Wawan mengharapkan bantuan ini dapat meringankan keluarga kurang mampu di tengah pandemi Covid-19, "Dan yang juga penting, jaga selalu kesehatan dengan tetap menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah." []

Baca cerita lain:

Berita terkait
Petaka Amonia di Aceh Utara
Aroma busuk amonia mengotori udara Desa Tambon Baroh, Kecamatan Dewantara, Kabupaten Aceh Utara. Bikin warga pusing, muntah sampai pingsan.
Sanggupkah Industri Event di Bali Hadapi Terjangan Covid-19
Jika seorang turis MICE menghadiri sebuah konferensi atau event, keluarga pun diajak untuk sekalian berlibur di Bali dengan biaya sendiri tentunya.
Bulan Madu Menunggang Kuda Besi ke Pulau Dewata Bali
Bulan madu menunggang kuda besi ke Pulau Dewata Bali, kenangan sebelum Covid-19 datang. Kaum jomlo pada masa pandemi harus tabah membaca ini.
0
Jumlah Perokok Remaja Melesat di Amerika
Suatu pukulan terbaru bagi, Juul, perusahaan yang dinilai bersalah karena ikut memicu lonjakan jumlah remaja yang menggunakan vaping