Abu Bakar Ash Shiddiq, Sahabat Karib Nabi Muhammad SAW

Kisah persahabatan indah Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Nabi Muhammad SAW. Abu Bakar yang membenarkan Isra Miraj saat mayoritas penduduk Mekkah ragu.
Ilustrasi - Langit-langit masjid. (Foto: Pixabay/TheUjulala)

Jakarta - Abu Bakar Ash-Shiddiq, sahabat karib Nabi Muhammad SAW. Ia lahir di Mekkah 2 tahun 6 bulan setelah tahun Gajah. Ayahnya bernama Utsman bin Abu Quhafah dan ibunya Salamah, yang bergelar Ummul Khair. Abu Bakar memiliki nama asli Abdul Ka’bah, namun setelah memeluk Islam, namanya berganti menjadi Abdullah.

Nama Abu Bakar merupakan hadiah diberikan langsung oleh Rasulullah SAW yang artinya “Bapak anak unta muda”. Nabi SAW memberikan julukan tersebut karena Abu Bakar adalah orang yang bersegera memeluk agama Islam, setelah sampai kepadanya risalah dakwah.

Sejak kecil Abu Bakar sudah belajar mandiri dengan berprofesi sebagai pedagang. Bahkan di umur yang ke-18, ia sudah melakukan perjalanan ke Syam dan Yaman untuk misi perdagangan. Hal ini tidak mengherankan hingga Abu Bakar termasuk sahabat Nabi yang dikenal kaya dan dermawan.

Dari sifat dermawannya ini, ia mendapat sebutan ‘Atiq' yang berarti orang yang paling dermawan. Pada perang Tabuk, seluruh harta yang dimiliki Abu Bakar diinfakkan untuk keperluan pasukan muslimin. Gelar lainnya adalah Ash-shiddiq, yang berarti orang yang terpercaya. Gelar tersebut disematkan setelah Abu Bakar membenarkan peristiwa Isra’ dan Mi’raj Rasul, saat mayoritas penduduk Mekkah meragukan kebenaran tersebut. Sejak peristiwa tersebut, gelar “Ash-Shiddiq” senantiasa melekat padanya.

Keistimewaan Abu Bakar

Abu Bakar adalah sahabat terdekat Rasulullah SAW. Sebagai orang laki-laki dewasa merdeka yang pertama kali masuk Islam, sekaligus sebagai pendukung pertama Rasulullah. Ia membantu dakwah nabi dengan harta dan jiwanya. Selain itu, Abu Bakar juga menjadi sahabat yang menemani Rasul saat Hijrah ke Madinah.

Loyalitas dan totalitasnya dalam perjuangan menegakkan agama Allah bersama Rasul sejak awal era keislaman menunjukkan kemuliaannya di sisi Rasulullah. Ketegaran dan semangat jihad Abu Bakar yang menjadikannya tidak ragu untuk menghunuskan pedang melawan Abdullah, putranya sendiri yang berperang dalam barisan kafir Quraisy pada perang Badar.

Nama Abu Bakar juga tercatat sebagai sahabat yang berjasa besar melindungi Rasul pada saat terjadi serangan bertubi-tubi dalam perang Uhud. Keistimewaan lain dari Abu Bakar adalah satu-satunya orang yang dipercayai Rasul menggantikan untuk mengimami salat, pada saat Rasulullah sakit.

Problematika Muhajirin dan Anshar

Sebelum menjabat sebagai khalifah, kepiawaian Abu Bakar dalam berdiplomasi sudah terlihat. Ketika terjadi perdebatan antara dua kelompok, Muhajirin dan Anshar, terkait kelompok mana yang paling berhak memegang legitimasi kekuasaan setelah wafatnya Rasul, Abu Bakar mampu menyelesaikannya.

Kubu Anshar merasa mereka adalah kelompok yang paling berhak memimpin. Alasannya, mereka menganggap Madinah adalah negeri yang mereka miliki, sedangkan kalangan Muhajirin hanya pendatang. Sehingga pasca-wafatnya Rasul, sangat wajar kalau mereka kembali berkuasa. Sementara kelompok Anshar memilih Sa’ad bin Ubadah, pimpinan bani Khazraj sebagai pimpinan baru kaum muslimin.

Kondisi tersebut semakin diperparah dengan realitas yang sudah berjalan secara turun-temurun bahwa bangsa Arab pada waktu itu sulit menerima pemimpin dari luar suku Quraisy. Bahkan untuk mempertahankan prinsip tersebut mereka tidak segan-segan mengangkat senjata.

Kedua kelompok saling menguatkan argumennya dan membuat mengambil keputusan sangat rumit, bahkan untuk bersikap netral. Di sinilah kebijakan Abu Bakar terlihat dan dapat diterima dua kelompok yang bersengketa.

Abu Bakar dengan kebesaran hatinya bangga dan menghargai pengorbanan serta loyalitas Anshar yang berjuang menegakkan Islam, sehingga kaum muslimin menjadi kelompok yang diperhitungkan. Dedikasi tanpa henti dan kesetiaan kepada Rasul hingga meninggal adalah bukti tingginya akhlak para Anshar. Sehingga secara logika, kaum Anshar berhak mendapatkan kemuliaan menjadi pimpinan kaum muslimin.

Tawaran Solusi Abu Bakar

Kendati memberikan hak kepada kaum Anshar, Abu Bakar meminta kalangan Anshar untuk bertindak dengan pikiran yang jernih dan hati yang bersih. Hal ini terkait realitas bahwa bangsa Arab adalah bangsa yang sulit menerima kepemimpinan di luar Quraisy.

Sehingga, konsekuensi logisnya jika dipaksakan akan membuat perpecahan umat Islam dan menuju pada kerugian yang besar. Maka Abu Bakar meminta para pembesar dari kalangan Anshar yang berkumpul di Tsaqifah Bani Saidah untuk memilih satu di antara dua orang Quraisy yang hadir pada pertemuan tersebut, yaitu Umar bin Khattab atau Abu Ubaidah bin Jarrah sebagai khalifah yang baru.

Kelapangan hati Abu bakar ini memberikan solusi dengan tidak menyatakan dirinya sebagai calon khalifah. Padahal sangat nyata keistimewaan Abu Bakar di antara para sahabat Muhajirin adalah realitas yang tidak terbantahkan. Hal ini yang kemudian menggerakkan hati para pembesar Anshar untuk kemudian membaiat Abu Bakar menjadi khalifah, yang juga disetujui oleh kalangan Muhajirin tentunya.

Praktik Lain dari Diplomasi Abu Bakar

Selain itu, ketika kaum muslimin enggan membayar zakat pasca-mangkatnya Rasul membuat Abu Bakar berpikir untuk mencari solusi terbaik. Dalam dua tahun kepemimpinannya, persoalan tersebut bisa diatasi dengan ketegasan Abu Bakar dengan memerangi mereka yang tidak mentaati perintah Allah.

Sebaliknya, sikap pemurahnya terlihat di kala dengan sangat ringan hati menerima kembali beberapa kelompok yang bertobat dan kembali ke jalan Allah. Padahal sebelumnya telah nyata-nyata memberontak.

Diplomasi nyata Abu Bakar juga terlihat ketika ia dapat meyakinkan suku-suku yang hidup di sekitar Madinah, yang secara keyakinan agama berbeda. Seperti Suku Najran yang berlatar belakang nasrani, yang sejak kepemimpinan Rasul diberikan kebebasan untuk menjalankan agama mereka, di era kepemimpinan Abu Bakar situasi ini tidak berubah, dengan konsekuensi tetap membayar jizyah (pajak per kapita yang diperuntukkan untuk penduduk non-muslim pada suatu negara di bawah peraturan Islam) sebagai jaminan perlindungan.

Begitu pula kabilah Hiran yang ditaklukkan oleh Khalid bin Walid sebagai komandan pasukan muslimin yang diangkat Abu Bakar, juga diberikan kebebasan menjalankan perintah agama yang mereka yakini, dengan syarat menjalankan kewajiban membayar jizyah.

Kondisi yang sama juga berlaku kepada penduduk Basrah. Artinya, masa kepemimpinan Abu Bakar bisa berjalan dengan baik di kala perdamaian antar kabilah-kabilah yang berada di dalam dan luar Madinah dapat terjaga, dan perdamaian hanya tercipta dari kesuksesan proses diplomasi. []

Baca juga:

Berita terkait
Bagaimana Nabi Muhammad SAW Merayakan Idul Fitri
Hari raya Idul Fitri momen penting bagi umat Islam yang biasanya dirayakan dengan meriah. Bagaimana Nabi Muhammad SAW merayakan Idul Fitri.
Kapan Pertama Kali Idul Fitri Dirayakan
Idul Fitri, hari kemenangan kaum muslim setelah satu bulan menjalankan puasa Ramadan. Tapi sebenarnya, kapan pertama kali Idul Fitri dirayakan?
Perjalanan 62 Tahun Nabi Muhammad SAW
Bagaimana kisah Nabi Muhammad SAW ketika dilahirkan, seperti apa masa kecilnya, saat remaja hingga dewasa. Ini perjalanan hidup Rasulullah SAW.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.