Perjalanan 62 Tahun Nabi Muhammad SAW

Bagaimana kisah Nabi Muhammad SAW ketika dilahirkan, seperti apa masa kecilnya, saat remaja hingga dewasa. Ini perjalanan hidup Rasulullah SAW.
Ilustrasi - Mekkah diterangi senja. (Foto: Pixabay/Glady)

Jakarta - Nabi Muhammad SAW lahir pada Tahun Gajah yaitu tahun di mana pasukan gajah yang dipimpin Abrahah Habasyah sedang menyerang untuk menghancurkan Kakbah. Namun, upaya itu digagalkan sekawanan burung ababil dengan menjatuhkan batu-batu yang membawa wabah penyakit. 

Nabi Muhammad SAW lahir di Mekkah dan dibesarkan sebagai anak yatim karena Abdullah, ayah Nabi Muhammad, wafat sebelum Rasulullah lahir. Setelah berusia 6 tahun, ibundanya, Aminah juga wafat. Nabi Muhammad SAW kemudian diasuh kakeknya yaitu Abdul Muthalib.

Umur sang kakek juga hanya sebentar, yakni dua tahun setelah mengasuh Nabi Muhammad SAW, Abdul Mutholib meninggal. Rasul berumur 8 tahun saat itu. Selanjutnya Nabi diasuh pamannya, Abu Thalib. 

Kendati hidup dengan keadaan fakir, Abu Thalib dikenal sebagai orang yang dermawan. Keadaan tersebut membuat Nabi hidup dalam keprihatinan sehingga membentuk karakter dan jiwanya.

Dalam kisahnya, Nabi semasa remaja sempat bekerja sebagai penggembala kambing hingga kemudian ikut berdagang bersama pamannya. Karena sifat mulianya, Rasulullah bisa dikenal luas dan akhirnya menikah dengan Khadijah seorang janda kaya raya di Mekkah. 

Inilah penghulu alam semesta, inilah utusan Rabb alam semesta. Dia diutus oleh Allah SWT sebagai rahmat bagi alam semesta.

Suatu hari Abu Thalib ingin berdagang ke negeri Syam. Pada saat itu Muhammad kecil berusia 12 tahun, masih terlalu kecil untuk diajak berdagang. Oleh karena itu Abu Thalib memutuskan untuk berangkat sendiri tanpa Muhammad. Tapi, Abu Thalib merasa sangat berat hati untuk berjauhan dan meninggalkan Muhammad kecil. 

Ketika rombongan Quraisy telah siap untuk berangkat, Abu Thalib masih mondar-mandir, ragu terhadap keputusan yang telah diambil. Abu Thalib pun duduk sambil melihat Muhammad kecil. Tanpa diduga, Muhammad kecil datang menghampiri Abu Thalib serta duduk di pangkuannya.

Abu Thalib merasa terharu, dan akhirnya dia berkata, “Wallah! Aku tidak akan meninggalkanmu dan kamu harus selalu berdampingan denganku untuk selama-lamanya.” Muhammad kecil pun merasa sangat gembira dan langsung bergegas ke biliknya untuk berkemas dan menata perbekalan yang dibutuhkan nantinya. Setelah itu beliau menunggang kendaraan dan duduk di belakang paman tercintanya.

Dia lah Nabi yang lama dinanti.

Ketika berhenti untuk melepaskan lelah, beristirahat sejenak, tiba-tiba seorang Rahib keluar dari peristirahatannya. Sebelumnya, setiap kali Abu Thalib dan rombongan melewati persinggahan, ia tidak pernah keluar. Rahib mendatangi rombongan Quraisy, Abu Thalib, dan Muhammad kecil, tiba-tiba ia mengambil tangan Muhammad kecil dan mengatakan:

“Inilah penghulu alam semesta, inilah utusan Rabb alam semesta. Dia diutus oleh Allah SWT sebagai rahmat bagi alam semesta,” ujar sang Rahib.

“Sesungguhnya ketika kalian muncul dan naik menuju padang bukit, tidak ada satu pun dari bebatuan dan pohon-pohon melainkan bersujud kepadanya dan mereka tidak akan bersujud kecuali kepada seorang Nabi. Dia lah Nabi yang lama dinanti,” kata Rahib.

“Apa artinya semua itu?” tanya orang Quraisy yang ada di dalam pendapa sang Rahib.

“Sesungguhnya aku dapat mengetahuinya melalui tanda kenabian yang terletak pada bagian bawah tulang rawan di pundaknya yang mirip buah apel,” jawab Sang Rahib.

Tak lama kemudian, Nabi Muhammad SAW beserta rombongan Quraisy yang lain dijamu sang Rahib. Telah disiapkan berbagai macam hidangan makanan dan minuman untuk menghilangkan rasa lapar dan haus selama perjalanan.

Rombongan Quraisy pun tak menyia-nyiakan jamuan makan yang diberikan sang Rahib. Bahkan, sang Rahib juga membuatkan makanan buat perbekalan rombongan untuk dimakan selama perjalanan. Ketika Nabi Muhammad SAW berjalan, selain dinaungi awan, pohon yang sebelumnya menaungi orang Quraisy di tempat duduknya, tiba-tiba saja pohon-pohon itu beralih menaungi Muhammad. Semua orang dibuat takjub dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Padahal, mereka belum pernah sekalipun melihat kejadian aneh seperti itu.

Mendapatkan Wahyu Pertama

Sejak dalam kandungan, Nabi Muhammad telah mendapatkan beberapa karunia istimewa dari Allah seperti wajahnya yang bersih dan bersinar mengalahkan sinar bulan. Bahkan, ketika diasuh Halimah (ibu yang menyusui Nabi) banyak keberuntungan yang didapat seperti suburnya lahan dan gemuk-gemuknya kambing Halimah, padahal tadinya gersang dan kering.

Ketika melakukan diam diri di Gua Hira tepatnya di sebelah atas Jabal Nur, Nabi mendapatkan wahyu pertama yang diturunkan melalui Malaikat Jibril menghampirinya. Malaikat Jibril pun datang kepada Rasul dan turunlah wahyu pertama dari Allah SWT pada 17 Ramadan.

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ◌ اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ◌ الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ◌ عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ◌

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuianya," (QS. Al-‘Alaq, 1-4)

Saat itu Nabi merasakan ketakutan luar biasa sehingga langsung pulang ke rumah. Badan Nabi gemetar dan meminta untuk diselimuti oleh sang istri, Khadijah. Nabi menceritakan apa yang dialaminya kepada Khadijah. Saat itu usia Nabi 40 tahun.

Barangsiapa menyembah Allah, maka Allah selalu hidup dan tak akan pernah mati.

Setelah mendapatkan wahyu pertama, Nabi melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi. Orang-orang yang menjadi pengikut pertamanya adalah Khadijah, Abu Bakar Al-Shiddiq, Zaid bin Haritsah, Ummu Aiman, Ali bin Abu Thalib, dan Bilal bin Rabah.

Setelah beberapa tahun melakukan dakwah secara diam-diam, turunlah perintah Allah SWT dalam surat Al-Hijr ayat 94 yang memerintahkan Nabi berdakwah secara terang-terangan.

فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ

Artinya: “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik."

Perintah Zakat

Pada tahun pertama melakukan hijrah ke Madinah, Rasulullah beserta para pengikutnya kaum muhajirin (orang-orang Islam Quraisy yang hijrah dari Mekkah ke Madinah) mengalami kesusahan secara ekonomi di tempat baru tersebut. Hal ini dikarenakan, selain memang tidak semua di antara mereka orang yang berkecukupan, semua harta benda dan kekayaan yang dimiliki juga ditinggal di Mekkah.

Ketika kondisi kaum muslimin secara bertahap mulai sejahtera, tepatnya pada tahun kedua Hijriyah, barulah kewajiban zakat diberlakukan. Nabi Muhammad SAW mengutus Mu’adz bin Jabal menjadi Qadli di Yaman. Rasul memberikan nasihat kepadanya supaya menyampaikan kepada ahli kitab beberapa hal, termasuk menyampaikan kewajiban zakat.

“Sampaikan bahwa Allah telah mewajibkan zakat kepada harta benda mereka, yang dipungut dari orang-orang kaya dan diberikan kepada orang-orang miskin di antara mereka."

Prinsip zakat yang diajarkan Rasulullah adalah mengajarkan berbagi dan kepedulian, oleh sebab itu zakat harus mampu menumbuhkan rasa empati serta saling mendukung terhadap sesama muslim. Zakat juga harus mampu mengubah kehidupan masyarakat, khususnya umat muslim.

Peristiwa Isra Mi’raj

Pada tahun kesebelas kenabian Muhammad SAW terjadi peristiwa yang menyedihkan. Tahun ini sering disebut dengan tahun kesedihan karena istrinya, Khadijah, wafat, dan pamannya, Abu Thalib, juga wafat pada tahun tersebut.

Tak berselang lama dari peristiwa itu, Allah mengutus Malaikat Jibril mendampingi Rasul dalam melakukan perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang disebut dengan Isra. Selanjutnya Rasulullah melakukan perjalanan kembali dari Masjidil Aqsa ke langit ke tujuh yang disebut sebagai Mi’raj. Di sinilah, Rasulullah mendapatkan perintah salat 5 waktu yang wajib dikerjakan seluruh umat Islam.

Nabi Muhammad Wafat

Duka itu menyelimuti umat Islam di Madinah pada Senin, 12 Rabiul Awal tahun 11 Hijriyah atau 8 Juni 632 Masehi, kurang lebih 1.388 tahun yang lalu. Rasulullah SAW, wafat di pangkuan istrinya, Aisyah RA. 

Abu Bakar kemudian memberikan isyarat kepada semua orang yang ada di sekitar rumah Rasulullah bahwa dia akan bicara. "Saudara-saudara sekalian, barangsiapa menyembah Muhammad, maka Muhammad sudah meninggal. Tetapi barangsiapa menyembah Allah, maka Allah selalu hidup dan tak akan pernah mati," kata Abu Bakar.

Para ulama sejarah bersepakat bahwa Nabi Muhammad SAW wafat pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awal, tahun 11 H atau 8 Juni 632 M. Nabi Muhammad SAW meninggal dunia pada usia 63 tahun lebih 4 hari, atau 62 tahun dalam perhitungan kalender masehi. []

Baca juga:

Berita terkait
Pandemi Corona dan Kisah Wabah Penyakit Zaman Nabi
Pandemi corona Covid-19 menyerang nyaris seluruh negara di dunia saat ini, ternyata peristiwa serupa pernah terjadi pada zaman kenabian.
Tata Cara Puasa Ramadan di Tengah Wabah Corona
MUI mengungkapkan tata cara puasa Ramadan di tengah wabah corona di Indonesia.
Cara Bayar Utang Puasa Ramadan dan Niatnya
Kalau tidak meleset bulan puasa jatuh pada hari Kamis, 23 April 2020 atau 1 Ramadan 1441 H.
0
Menkeu AS dan Deputi PM Kanada Bahas Inflasi dan Efek Perang di Ukraina
Yellen bertemu dengan Freeland dan janjikan kerja sama berbagai hal mulai dari sanksi terhadap Rusia hingga peningkatan produksi energi