Jakarta - Pengamat ekonomi dan pasar modal, Siswa Rizali, menilai rencana penggabungan usaha atau merger tiga bank syariah pelat merah oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan langkah yang tepat. Menurutnya, langkah ini bisa menjadikan bank syariah naik kelas nantinya.
"Merger ini membuat bank syariah jadi naik kelas sebagai salah satu pemain besar perbankan Indonesia," kata Siswa saat dihubungi Tagar, Rabu, 14 Oktober 2020.
Banyak kelas menengah muslim yang memerlukan layanan wealth management yang prima.
Secara pasar, kata Siswa, porsi bank syariah kecil yakni sekitar 6 persen dari bisnis perbankan. Bila tiga bank syariah BUMN bergabung, menjadi potensial ekspansi di berbagai bisnis yang sebelumnya mungkin kurang optimal saat masih sendiri-sendiri.
"Selain segmen korporasi, bisa saja segmen wealth management syariah. Ini yang selama ini kurang tergarap dengan baik," ucap Siswa.
Padahal, kata dia, banyak kelas menengah muslim yang memerlukan layanan wealth management yang prima. Demikian juga dengan pengembangan bisnis treasury syariah, dengan bank merger ini nantinya bisa menjadi penyedia likuiditas di pasar uang syariah dan menjadi stabiliser sektor keuangan syariah.
"Dengan adanya bank syariah besar ini, diharapkan porsi perbankan syariah dari segmen-segmen korporasi, wealth management, dan treasuri akan naik lebih cepat dan besar," ujar Siswa.
Sebagai informasi, Kementerian BUMN menyiapkan skema penggabungan usaha atau merger untuk bank syariah pelat merah. Ketiga bank syariah tersebut, seperti Bank BNI Syariah, Bank BRI Syariah, dan Bank Syariah Mandiri.
Setelah merger nantinya, total aset bank syariah baru tersebut akan mencapai sekitar Rp 220 triliun hingga Rp 225 triliun. Dari sisi aset, jumlah tersebut menjadikan bank syariah ini menjadi bank terbesar ketujuh di Indonesia. []
- Baca Juga: Merger Bank Syariah BUMN, Ini Kinerja BRI Syariah
- Merger Bank Syariah BUMN, Ini Profil Bank Syariah Mandiri