10 Provinsi dengan Jumlah Kasus HIV Positif Terbanyak Periode Juli Sampai September 2022

Dari jumlah 12.588 kasus HIV-positif sebanyak 10.423 mendapat pengobatan antiretroviral (ART)
Ilustrsi. (Sumber: dentistry.uic.edu)

Oleh: Syaiful W. Harahap*

TAGAR.id – Jumlah kasus HIV-positif yang ditemukan pada periode Juli-September 2022 secara nasional sebanyak 12.588 dari 1.154.257 yang jalani tes HIV sesuai dengan standar prosedur operasi tes HIV yang baku.

Dari jumlah 12.588 kasus HIV-positif sebanyak 10.423 mendapat pengobatan antiretroviral (ART). Itu artinya ada 2.165 warga pengidap HIV yang tidak menerima ART.

Mereka itu jadi mata rantai penyebaran HIV secara horizontal di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Yang celaka jika ada di antara 2.165 warga pengidap HIV merupakan pekerja seks komersial (PSK), maka ada potensi besar penyebaran HIV/AIDS di masyarakat melalui laki-laki dewasa heteroseksual dan biseksual yang jadi pelanggan dan pengguna jasa PSK untuk layanan hubungan seksual.

Bagi laki-laki yang tertular HIV/AIDS dari PSK yang beristri akan menularkan HIV/AIDS ke istrinya secara horizontal, jika istrinya tertular maka ada pula risiko penularan vertikal ke bayi yang dikandungnya kelak, terutama saat persalinan dan menyusui dengan air susu ibu (ASI).

Jika dikaitkan dengan epidemi HIV/AIDS, jumlah kasus yang terdeteksi periode Juli-September 2022 sebanyak 12.588 tidak menggambarkan jumlah kasus yang sebenarnya di masyarakat.

Soalnya, epidemi HIV/AIDS karena epidemi HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es.

Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan atau terdeteksi digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus HIV/AIDS yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut (Lihat gambar).

fenomena gunung esFenomena Gunung Es pada epidemi HV/AIDS. (Foto: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)

Maka, warga yang mengidap HIV/AIDS tapi tidak terdeteksi juga jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah, tanpa mereka sadari.

Hal itu terjadi karena tidak ada tanda-tanda, ciri-ciri atau gejala-gejala yang khas AIDS pada fisik dan keluhan kesehatan orang-orang yang tertular HIV/AIDS sebelum masa AIDS (secara statistik terjadi antara 5-15 tahun setelah tertular jika tidak mengikuti ART).

Peringkat provinsi kasus kumulatif aids jul-sep 22Jumlah kasus HIV/AIDS yang terdeteksi pada periode Juli – September 2022 (Foto: TAGAR/Syaiful W. Harahap)

Sepuluh provinsi dengan jumlah kasus HIV-positif terbanyak yang terdeteksi priode Juli-September 2022, yaitu:

  1. Jawa Barat (Jabar) 2.199
  2. DKI Jakarta 1.611
  3. Jawa Timur (Jatim) 1.461
  4. Jawa Tengah (Jateng) 1.384
  5. Sumatera Utara (Sumut) 788
  6. Banten 641
  7. Papua 608
  8. Bali 462
  9. Sulawesi Selatan (Sulsel) 352
  10. Kepulauan Riau (Kepri) 265

Berdasarkan kelompok umur persentase HIV-positif yang ditemukan pada periode Juli-September 2022 yang terbanyak terdeteksi pada kelompok umur 25-49 tahun (67,3%), diikuti kelompok umur 20-24 tahun (17,7%), dan kelompok umur ≥ 50 tahun (9%).

Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, persentase kasus HIV-positif yang ditemukan pada periode Juli – September 2022 terdapat pada laki-laki (71%) dan perempuan (29%).

Berdasarkan faktor risiko persentase kasus HIV-positif yang ditemukan periode Juli-September 2022, yaitu pada homoseksual 30,2 %, heteroseksual 24,5%, dan penggunaan Narkoba dengan jarum suntik bergantian 0,4%.

Sedangkan persentase kasus HIV-positif yang ditemukan pada periode Juli – September 2022 pada populasi LSL 29,2%, pasien TB 12,4%, PSK 3,5%, Waria 1,0%, Penasun 0,4%, warga binaan di Lapas 1,2%, ibu hamil 11,3%, dan pasien IMS 0,8%.

Tidak ada penjelasan yang terkait dengan LSL (Lelaki Suka Seks Lelaki) karena secara faktual di sana ada gay (homoseksual – laki-laki yang secara seksual tertarik dengan laki-laki) dan biseksual (laki-laki yang secara seksual tertarik dengan perempuan dan laki-laki).

Baca juga: Penyebutan LSL yang Rancu dalam Berita HIV/AIDS

Yang juga menyesatkan berdasarkan kasus penjangkuan disebutkan bahwa ada gay yang mempunyai istri. Tentu ini sudah salah kaprah karena gay tidak tertarik secara seksual dengan perempuan.

Ternyata mereka itu memang gay yang dipaksa atau terpaksa secara sosial menikah untuk menutupi orientasi seksualnya.

Maka, dengan menyamaratakan gay murni dan gay beristri penyebutan LSL jadi rancu. Ini terjadi karena dalam pelaporan yang ada hanya LSL tanpa ada keterangan yang rinci.

Satu hal yang perlu dipahami oleh masyarakat adalah biarpun tidak ada tanda-tanda, ciri-ciri atau gejala-gejala yang terkait dengan HIV/AIDS, tapi pernah atau sering melakukan perilaku seksual berisiko tinggi tertular HIV/AIDS sebaiknya segera konsultasi ke Puskesmas.

ilustrasi opini aidsIlustrasi. (Sumber: agenciaaids.com.br)

Adapun perilaku seksual berisiko tinggi tertular HIV/AIDS, yaitu:

(a). Laki-laki dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan perempuan yang berganti-ganti di dalam atau di luar nikah,

(b). Perempuan dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan laki-laki yang berganti-ganti di dalam atau di luar nikah,

(c). Laki-laki dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan perempuan yang sering ganti-ganti pasangan, yaitu pekerja seks komersial (PSK) dan cewek prostitusi online,

(d). Laki-laki dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan Waria, dan

(e). Perempuan dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan gigolo.

Sebaliknya, biarpun seseorang mengalami tanda-tanda, ciri-ciri atau gejala-gejala yang terkait dengan HIV/AIDS tapi tidak pernah melakukan perilaku seksual berisiko di atas, maka hal itu sama sekali tidak terkait dengan infeksi HIV/AIDS.

Baca juga: Masih Saja Ada Berita dan Artikel tentang Ciri HIV/AIDS yang Menyesatkan

Soalnya, belakangan ini sering ada berita dan artikel di berbagai media yang selalu mengumbar tanda-tanda, ciri-ciri atau gejala-gejala yang terkait dengan HIV/AIDS tapi tidak menyebutkan prakondisi yang bisa menyebabkan tertular HIV/AIDS.

Hal itu membuat masyarakat panik dan berita serta artikel itu misleading (menyesatkan). []

* Syaiful W. Harahap adalah Redaktur di Tagar.id

Berita terkait
Masih Saja Ada Berita dan Artikel tentang Ciri HIV/AIDS yang Menyesatkan
Tidak otomatis ada tanda-tanda, ciri-ciri atau gejala-gejala yang khas HIV/AIDS pada fisik dan keluhan kesehatan pada orang dengan HIV/AIDS