Zona Merah, Wali Kota Batu Keluhkan Warga Covidiot

Wali Kota Batu Dewi Rumpoko mengeluarkan masih adanya warga yang bandel dan tak mengikuti instruksi pemerintah untuk tidak berkumpul.
Kapolresta Banyuwangi Kombes Arman Asmara bersama sejumlah stakeholder melakukan sosialisasi kepada warga untuk tidak berkumpul sebagai pencegahan Covid-19. (Foto: Polresta Banyuwangi/Tagar)

Malang – Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko mengeluhkan warga Covidiot atau egois di tengah wabah Covid-19 atau virus corona. Akibatnya berdasarkan data, jumlah orang dalam pengawasan orang dengan risiko (ODR), orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP) mengalami peningkatan.

Dewanti mengatakan melonjaknya jumlah ini ditengarai warga Covidiot dalam mematuhi anjuran pemerintah daerah (Pemda) setempat maupun pusat.

Kenapa ODP atau ODR naik. Ini karena masyarakat tidak menurut intruksi pemerintah untuk tinggal di rumah.

Di mana, selama masa bencana nasional non alam pandemi virus corona atau Covid-19 ini masyarakat tidak patuh untuk melakukan social distancing atau meminimalisir kerumunan massa.

”Kenapa ODP atau ODR naik. Ini karena masyarakat tidak menurut intruksi pemerintah untuk tinggal di rumah,” tegas Dewanti.

Padahal, dia menyebutkan bahwa Pemda di Malang Raya khususnya Pemkot Batu sendiri sudah mengimbau jauh-jauh hari. Bahkan juga sudah dilakukan operasi cipta kondisi untuk membubarkan kerumunan massa di tempat umum.

”Kalau mau diketahui. Contohnya saya ini, saya oleh tim medis ditetapkan ODP. Jadi bukan ODR lagi,” ungkap istri Edi Rumpoko, Wali Kota Batu periode sebelumnya ini.

Dijelaskan Dewanti, dirinya ditetapkan ODP dikarenakan memiliki riwayat pernah kontak dengan orang yang positif asal Yogyakarta pada awal Maret 2020 lalu. Akan tetapi, usai menjalanii isolasi diri selama 14 hari dirinya dinyatakan sehat secara fisik dan klinisnya.

”Alhamdulillah, setelah 15 hari sampai sekarang saya nggak papa. Karena, apa?. Karena saya kebetulan waktu itu menjaga tubuh agar tetap dalam keadaan fit. Saya menjaga hal itu (saat menjalani masa isolasi diri),” ujarnya.

Artinya, dia menjabarkan bahwa semua masyarakat untuk komitmen tinggal di rumah dan menjauhi keramaian massa. Khususnya mereka yang sudah dikategorikan sebagai pasien ODR, ODP maupun PDP.

”Nggak papa (dikategorikan sebagai pasien ODR, ODP maupun PDP). Tapi harus komitmen orang ini untuk tinggal di rumah. Mengisolasi diri dan hidup yang baik (sehat) hingga kemudian pada waktunya yaitu 14 hari (masa isolasi) dinyatakan nggak papa (sehat),” terangnya.

”Maka dari itu. Alhamdulillah, ketika saya dinyatakan ODP dan saya lulus. Berarti saya punya ketahanan tubuh yang lumayan bagus. Dan gusti Allah memberikannya. Itu yang saya syukuri,” jelas Dewanti.

Masih banyaknya masyarakat Malang yang masih Covidiot juga dibenarkan Kapolresta Malang Kota, Komisaris Besar Polisi (Kombespol) Leonardus Simarmata. Dari beberapa kali razia, disebutkannya memang masih banyak ditemukan masyarakat yang ngeyel berkumpul dalam jumlah banyak seperti di café atau warung kopi.

”Ini bukan lagi himbauan. Tapi, ranahnya sudah penindakan. Makanya, kalau ada masyarakat yang kita temukan berhimpun akan langsung kami tindak dengan memulangkannya,” kata mantan Wakapolrestabes Surabaya ini.

Razia cipta kondisi itu sendiri dijelaskannya menindaklanjuti surat pemberitahuan dari Kepala Kepolisian Negara RI Idham Aziz dengan surat bernomor : Mak/2/III/2020 tentang Kepatuhan terhadap Kebijakan Pemerintah dalam Penanganan Penyebaran Virus Corona (Covid 19) di Indonesia.

”Kondisi saat ini rawan. Tidak tahu kapan datangnya virus ini dan melekat pada siapa. Makanya, kita harus putus rantai penyebarannya dengan tidak berkumpul masa. Kalau tetap, akan kita tutup dan bubarkan,” tegas mantan Kapolres Mojokerto ini.

Puluhan Mahasiswa Politeknik Malang Dicek Kesehatan

Dikabarkannya ada empat dari satu keluarga di Kecamatan Dau, Kabupaten Malang yang confirm Covid-19 berimbas pada beberapa teman dari anak pasien kasus 01 yang juga dinyatakan confirm. Kurang lebih, ada 21 mahasiswa yang juga temannya itu ikut takziah dan 8 mahasiswa lain ada pula yang ikut takziah serta tahlilnya.

Hal tersebut diungkapkan Hubungan Masyarakat Politeknik Negeri (Humas Poltek) Malang Nur Salam yang menyampaikan anak dari pasien positif Covid-19 di Kabupaten Malang yang meninggal dunia memang masih mahasiswa aktif. Dia tergabung dalam satu kelas dengan 24 mahasiswa lainnya.

Sehingga, saat orang tua mahasiswa tersebut meninggal. Kurang lebih dikatakannya ada 21 mahasiswa Politeknik Negeri Malang yang takziah dan 8 mahasiswa juga ikut tahlinya.

”Semua sudah diperiksa. Nah, dari semuanya ini ada 1 orang (bagian dari 8 orang yang pernah takziah dan tahlil) mengalami gejala batuk dan sesak nafas,” ungkapnya saat dikonfirmasi wartawan pada Rabu 25 Maret 2020.

”Tapi, dia ini sudah dites kesehatannya di RSSA Malang. Hasil sementara yang kami dapatkan masih aman. Itu kondisi pada hari senin kemarin dan kondisi pada Rabu sekarang ini sudah sehat,” jelasnya.

Dia juga menyampaikan bahwa memang ada satu orang mahasiswa Poltek Malang yang sedang dirawat. Akan tetapi, dia menegaskan mahasiswa tersebut tidak ikut ta'ziah dan tahlil di Kecamatan Dau itu.

”Dia sakit dan sedang opname. Tapi, yang satu ini tidak pernah kedua-duanya (tahlil dan takziah). Dia dirawat karena memang sakit lambung,” terang Salam.

Dengan begitu, dia sekali lagi menyampaikan bahwa dari total satu kelas sebanyak 21 orang yang merupakan temannya dilaporkan bahwa kondisi mereka per hari Senin 23 Maret 2020 ditegaskannya dalam keadaan sehat.

”Jadi, hari ini 8 orang di atas yang ikut takziah serta tahlilnya itu sudah memberi kabar. Alhamdulillah semuanya baik-baik saja dan sehat,” tuturnya.

Hoaks Corona Ancaman Baru Warga

Keterbatasan dan kurang cepatnya informasi Covid-19 di Malang Raya juga berdampak merebaknya hoaks dan disinformasi yang beredar luas di masyarakat. Sehingga menambah terjadinya kepanikan dan kegaduhan terhadap wabah pandemi ini.

Misalnya pasien kasus 01 asal Kecamatan Dau, Kabuapaten Malang yang sebelumnya sudah meninggal dunia pada Sabtu 14 Maret 2020 lalu dan kemudian dinyatakan confirm Covid-19 per 17 Maret 2020 kemarin. Sehingga berakibat fatal dengan bertambahnya kasus baru di Malang Raya.

Kasus baru itu menyangkut lima anggota keluarganya PDP Covid-19. Saat ini, semuanya sudah ditangani tenaga medis dengan dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kanjuruhan, Kabupaten Malang sejak Sabtu 21 Maret 2020 malam dan sudah dilakukan perawatan.

Namun, tiga dari lima anggota keluarga pasien kasus 01 di Malang Raya ini ternyata confirm Covid-19. Sedangkan dua orang lainnya masuk kategori pasien PDP.

Tidak hanya itu, dengan total positifnya empat orang dari satu anggota keluarga di Kecamatan Dau, Kabupaten Malang ini berdampak juga pada masyarakat sekitarnya. Beberapa orang yang pernah ikut takziah dan tahlil selama rentan waktu itu harus diperiksa.

Hasilya pun diketahui dikabarkan ada beberapa warga yang diputuskan masuk dalam kategori ODP dan diminta untuk melakukan isolasi diri. Hal itu dikarenakan mereka memiliki riwayat pernah melakukan kontak langsung dengan salah satu dari empat pasien confirm Covid-19 ini.

”Warga di sini (Kecamatan Dau, Kabupaten Malang) tidak tahu kalau mereka (empat dari satu anggota keluarga) ternyata positif. Ya kami santai saja ikut bantu-bantu saat itu. Bahkan sebagian warga ada yang takziah serta tahlilnya,” kata salah satu warga yang tidak mau disebutkan namanya kepada Tagar, Selasa, 24 Maret 2020.

Dia juga mengungkapkan bahwa pihak keluarga sendiri tidak mengetahui pasien kasus 01 dan mereka ternyata confirm positif Covid-19. Sehingga, komunikasi ataupun mobilitas antara satu keluarga tersebut dengan warga setempat berjalan normal seperti biasanya.

”Mereka lima anggota keluarga. Orang tua pasien yang meninggal itu beserta suami dan dua anaknya,” ungkap salah satu warga tersebut.

Telatnya informasi tersebut pun membuat petaka lain dengan banyaknya hoax dan disinformasi perihal postifnya empat anggota dari satu keluarga tersebut. Salah satunya saat dilakukan penyemprotan di sekitar rumah keluarga tersebut oleh Satgas Covid-19 Pemkab Malang pada Minggu 22 Maret 2020.

Beberapa disinformasi tersebar di beberapa media sosial, khususnya WhatsApp Grup (WAG) di Malang Raya. Misalnya disinformasi yang beredar dengan berisi narasi menyatakan bahwa kawasan di Kecamatan Dau atau tepatnya Jalan Wijayakusuma itu diisolasi. Berikut narasinya:

Maaf sekedar info...hati2....jln wijaya kusuma sengkaling hari ini diisolasi...lokasi gang sebelah kiri sebelum tracficlight setelah Sengkaling...gang jln wijayakusuma sepanjang 250 meter sdh diisolasi dan ditutup karena ada satu keluarga terjangkit corona setelah menjenguk keluarganya di Solo....jadi sepanjang jl wijayakusuma sengkaling ditutup dan dijaga aparat kepolisian dan TNI

Padahal informasi yang tepat yaitu di wilayah tersebut dilakukan penyemprotan total oleh Satgas Covid-19 dengan mengerahkan mobil Pemadam Kebakaran (PMK) Kabupaten Malang dan memang juga melibatkan TNI serta Polisi. Sehingga, informasi bahwa adanya isolasi di wilayah tersebut tidak dibenarkan.

Hal tersebut juga dibenarkan Camat Dau, Eko Margianto yang mengatakan bahwa situasi dan kondisi di Kecamatan Dau yang khususnya Jalan Wijayakusuma dikatakannya aman. Dan kegaduhan yang ditimbulkan beredarnya pesan berantai di beberapa media sosial itu disebutkannya adalah hoaks atau tidak benar adanya.

”Sampai saat ini, Alhamdulillah situasi di sini (Kecamtan Dau, Kabupaten Malang) masih aman terkendali,” kata Eko saat dikonfirmasi waktu itu.

Ada pula informasi yang beredar di percakapan whatsApp dengan narasi bahwa ada 110 orang suspek virus corona di wilayah Sengkaling. 

Di sekitar kita di daerah Sengkaling ada 110 orang suspect corona,” kata narasi dalam pesan berantai yang diterima wartawan di WAG pada Minggu 22 Maret 2020.

Perihal informasi itupun juga dibantahnya. Dia mengungkapkan tidak benar informasi yang menyebutkan ada 110 warga Kecamatan Dau yang suspek Corona. Khususnya di wilayah Sengkaling sebagaimana yang diinformasikan dalam pesan tersebut.

”Tidak benar informasi kalau ada 110 warga kami yang suspek Corona. Terutama di wilayah Sengkaling sana,” tegas kembali []

Berita terkait
Rapid Test, Khofifah Utamakan Dokter dan Perawat
Rapid Test untuk dokter, perawat, PDP, dan keluarganya akan dilakukan setelah Pemprov mendapat bantuan dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.
Cerita Pengantin di Surabaya Batalkan Resepsi Nikah
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengundang dua pasangan pengantin yang rela meniadakan resepsi pernikahan untuk mencegah pandemi Covid-19
Polisi Tangkap Guru di Pamekasan Sebar Hoaks Corona
Meski telah menyebarkan informasi hoaks virus corona, Polsek Pademawu belum menetapkan MS sebagai tersangka dan menunggu gelar perkara.