Zara Berjanji Proses Produksinya Akan Lebih Ramah Lingkungan

Fast fashion adalah industri yang memproduksi secara massal pakaian yang diproduksi dengan cepat
Pengunjung di toko ritel Zara di Beijing, China (Foto: Dok/voaindonesia.com/AP)

TAGAR.id - Fast fashion mendapat kecaman karena gunungan limbah yang dihasilkannya. Fast fashion adalah industri yang memproduksi secara massal pakaian yang diproduksi dengan cepat, murah dan mengikuti tren.

Kini, merek fesyen Zara berjanji untuk lebih ramah lingkungan. Perusahaan induknya, Inditex – peritel fesyen terbesar di dunia – mengatakan pada Selasa, 11 Juli 2023, bahwa pihaknya akan meningkatkan aspek berkelanjutan bisnisnya.

Perusahaan itu bertekad membuat semua produk pakaiannya dari bahan yang menghasilkan “dampak lingkungan yang lebih sedikit” mulai 2030.

Inditex mengatakan sekitar 40% bahan pakaiannya akan berasal dari serat daur ulang, seperempat akan berasal dari bahan generasi berikutnya yang ia investasikan, seperempat lainnya akan berasal dari tanaman yang ditanam secara berkelanjutan, dan sisanya berasal dari sumber ramah lingkungan lain.

ritel zaraPengecer ritel mode cepat Spanyol, Zara (Foto: ourfashionpassion.com)

Target baru itu dibuat ketika Komisi Eropa menyusun kebijakan yang akan mewajibkan peritel pakaian membayar limbah yang dihasilkan industrinya.

Komisi itu mengatakan, sektor fash fashion mendorong orang berbelanja secara impulsif dalam jumlah besar, sehingga menciptakan budaya membuang pakaian.

Inditex sendiri sudah berinvestasi dalam bahan pakaian yang lebih ramah lingkungan, namun tidak menetapkan target spesifik untuk kegiatan daur ulang.

Perusahaan itu sudah menanamkan investasi pada perusahaan seperti Circ.

Perusahaan rintisan itu mengembangkan teknologi yang memisahkan kapas dan polyester – bahan yang sering kali dicampur dalam tekstil – yang memungkinkannya untuk didaur ulang. (rd/jm)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Kota Chicago di AS Beralih ke Bus Listrik untuk Transportasi yang Lebih Ramah Lingkungan
Harga bus listrik hampir dua kali lipat harga bus bermesin diesel, tetapi biaya operasinya jauh lebih rendah