Yogyakarta Diguyur Hujan, BMKG: Belum Musim Penghujan

Sejumlah wilayah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sudah diguyur hujan. Meski begitu, BMKG menyebut saatr ini belum masuk musim penghujan.
Droping air bersih masih terus dilakukan di sejumlah daerah yang mengalami kekeringan. Sampai saat ini PMI DIY sudah mendistribusikan lebih 2,9 juta liter air bersih. (Foto : Tagar/Ridwan Anshori)

Yogyakarta - Sejumlah wilayah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sudah diguyur hujan. Meski demikian, Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Yogyakarta menyebut saat ini belum memasuki musim penghujan.

Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta justru memperkirakan awal musim hujan tahun ini mundur 10 sampai 20 hari dibandingkan dengan kondisi normalnya. Awal musim hujan di DIY diprakirakan pada November.

Tetap perlu banyak minum supaya tidak dehidrasi.

Kepala Kelompok Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Yogyakarta Etik Setyaningrum mengatakan, diperkirakan masa pancaroba atau peralihan musim berlangsung pada pertengahan atau akhir Oktober 2019.

Etik mengatakan, ada beberapa imbauan untuk masyarakat dalam menghadapi kondisi iklim saat ini. Mengurangi aktivitas keluar rumah kalau tidak terlalu penting untuk menghindari cuaca panas.

Menurut dia, saat ini masih terhitung musim kemarau sehingga perlu menghemat air.

"Namun tetap perlu banyak minum supaya tidak dehidrasi," kata Etik.

Etik mengatakan, masyarakat diimbau menghindari membakar sampah di sembarang tempat untuk menghindari kebakaran. Menurutnya, hal lain yang perlu diwaspadai terhadap dampak pancaroba musim berupa terjadinya potensi hujan dengan intensitas sedang - lebat.

"Dengan karakter periode musim kemarau yang kering ini, kebakaran mudah terjadi," kata dia.

"Hujan terutama terjadi pada sore menjelang malam hari yang dapat disertai petir dan angin kencang," kata dia.

Baca juga: Krisis Air Bersih Terus Berlanjut di Kulon Progo

Etik mengatakan, hujan sedang - lebat pada periode pancaroba belum dikategorikan musim hujan. Alasannya karena hujan belum konsisten per harinya.

"Masyarakat khususnya petani perlu memahaminya, agar pola tanam menyesuaikan iklim pancaroba atau peralihan," katanya.

Sementara itu, BMKG Yogyakarta merilis sejumlah daerah di DIY yang mengalami kekeringan morfologis. Artinya curah hujan kurang dari keadaan normal dalam jangka waktu yang panjang.

Di Provinsi DIY setidaknya ada 48 kecamatan di empat kabupaten yang mengalami lebih dari 60 hari tanpa hujan berturut-turut. Rinciannya di Kabupaten Kulon Progo ada sembilan kecamatan, Sleman (16 kecamatan), Bantul (17 kecamatan) dan Gunungkidul (16 kecamatan).

Sedangkan hari tanpa hujan selama 31 sampai 60 hari di Kabupaten Kulon Progo terjadi di dua kecamatan. Di Kabupaten Sleman (9 kecamatan), Kabupaten Bantul (1 kecamatan), Kabupaten Gunungkidul (2 kecamatan).

Humas Palang Merah Indonesia (PMI) Warjiyani mengatakan, droping air bersih untuk daerah kekeringan masih berlanjut sampai saat ini. Di Provinsi DIY, daerah yang paling didrop air bersih di Kabuaten Gunungkidul.

Menurut dia, data sampai saat ini jumlah droping air bersih yang sudah masuk di PMI DIY sebanyak 2.965.000 liter.

"Hampir 3 juta liter air bersih. Droping masih berlanjut sampai saat ini," kata Yani. []

Berita terkait
1,5 Juta Liter Air Bersih untuk Korban Kekeringan Tegal
Kantor Perwakilan BI menyalurkan 1,5 juta liter air bersih ke sejumlah wilayah yang mengalami kekeringan di Kabupaten Tegal.
Warga Kulon Progo Semakin Kesulitan Air Bersih
Kekeringan semakin menjadi-jadi di Kabupaten Kulon Progo. Warga semakin kesulitan mendapatkan air bersih.
Kemarau Panjang, Banyuwangi Kesulitan Air Bersih
BMKG memprediksi wilayah Banyuwangi, Jawa Timur, masih terpapar kemarau hingga Oktober 2019. BPBD telah mendistribusikan air bersih kepada warga.
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.