Wishnutama Pelupa, Kebijakannya Sering Bikin Gaduh

Anggota DPR Fraksi PAN Abdul Hakim Bafagih berharap, Wishnutama mengeluarkan kebijakan yang bermanfaat bukan yang mengundang kegaduhan.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio. (Foto:Tagar/Kemenparekraf)

Jakarta - Abdul Hakim Bafagih menceritakan, sebagai Anggota DPR RI dirinya sering berdiskusi dan beradu pendapat dengan Menteri Pariwisata dan ekonomi kreatif Wishnutama saat rapat-rapat di DPR. Menurutnya, Wishnutama adalah sosok yang pelupa setiap kali berjanji akan sesuatu.

“Setiap kali berjanji akan sesuatu sering lupa beliaunya, mungkin karena kesibukan sebagai menteri,” kata Hakim Bafagih melalui aplikasi pesan singkat kepada Tagar, Senin, 8 Desember 2020.

Harapannya adalah ketika Menparekraf mengeluarkan kebijakanan itu bisa dirasakan manfaatnya dan bukan malah mengundang terjadi kegaduhan.

Meski demikian, Anggota DPR Fraksi Partai Amanat Nasional ini menyadari, bahwa setiap orang punya kelebihan dan kelemahan masing-masing. Sedangkan untuk kemajuan Pariwisata Indonesia, Hakim Bafagih menyarankan agar Wishnutama bisa mendengarkan pendapat para stake holder. Sehingga dalam mengeluarkan Kebijakan bisa bermanfaat bukannya mengundang kegaduhan.

“Saya mungkin sedikit memberi masukan kepada Menparekraf Wishnutama agar lebih bisa mendengarkan masukan-masukan dari seluruh stake holder dan bisa lebih peka didalam melihat kondisi yang ada di lapangan. Harapannya adalah ketika Menparekraf mengeluarkan kebijakanan itu bisa dirasakan manfaatnya dan bukan malah mengundang terjadi kegaduhan,” ungkapnya.

Hakim Bafagih juga menjelaskan, kompetensi yang harus dimiliki seorang Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif adalah Bersih, Tidak eksklusif , tapi inklusif , kolaboratif, mau mendengar masukan, kuat dalam leadership , memiliki banyak prestasi di bidang pariwisata.

Bukan hanya itu, seorang Menparekraf juga harus memahami persoalan pariwisata dan ekonomi kreatif dari hulu hingga hilir, dan tentunya berusia matang dan memiliki passion yang kuat di bidang parekraf.

Abdul Hakim BafagihAnggota DPR RI Fraksi PAN Abdul Hakim Bafagih.(Foto:Tagar/Fb Sahabat Mas Hakim)

Hakim Bafagih melanjutkan, Wishnutama harus mengembangkan potensi wisata alam dan budaya kita, karena ini menjadi kekuatan Pariwisata Indonesia dibanding dengan negara-negara lain di dunia.

Selain itu, harus menemukan destinasi-destinasi baru yang dapat menjadi representasi dari destinasi new normal di Indonesia. Jangan hanya fokus di promosi saja tetapi juga mempersiapkan destinasi.

Tercatat, dalam lima tahun terakhir sektor pariwisata Indonesia mampu menyumbangkan devisa yang terus meningkat signifikan. Sumbangan devisa dari sektor pariwisata meningkat dari 12,2 miliar dolar AS pada 2015, menjadi 13,6 miliar dolar AS di 2016, dan naik lagi menjadi 15 miliar dolar AS pada 2017.

Kemudikan tahun 2018 sebesar 17 miliar dollar AS dan 20 miliar dolar AS di 2019. Data ini menunjukkan bahwa potensi pariwisata Ri tetap menjadi sektor unggulan untuk meraih devisa bagi negara.

Baca juga:

Secara garis besar Hakim Bafagih menilai, Pariwisata membutuhkan sosok Menteri yang memiliki passion yang kuat untuk mengembalikan kejayaannya kembali, yang kekuatan kebijakannya ada pada masyarakat Indonesia bukan pada kepentingan sekelompok orang saja, yang mampu memastikan kelestarian alam budaya kita untuk tetap lestari dan bisa diwarisi hingga anak cucu kita nanti.

“Lebih daripada itu kita berharap pula pariwisata ditangan Menparekraf masa depan akan menjadi sektor prioritas nomor 1 penyumbang devisa bagi Indonesia,” ujarnya. []

Berita terkait
Ekonom Indef: Pariwisata Ekonomi Kreatif Melempem Dipimpin Wishnutama
Ekonom Indef Nailul Huda menyebutkan dua sektor yang dipimpin Menparekraf Wishnutama Kusubandio saat ini melempem.
Wishnutama Jadi Menparekraf, Kunjungan Wisman Turun 89,22 %
Kunjungan wisatawan mancanegara Indonesia melalui seluruh pintu masuk menurun drastis hingga mencapai 89,22 persen.
Pengamat: Kinerja Wishnutama? Jelas Kurang Inovasi
Pengamat Kebijakan Publik menilai kinerja Menteri Wishnutama relatif tidak baik dan tidak mempunyai inovasi apa-apa.